01

728 107 94
                                    

Gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gelap.

Langit-langit yang dilihatnya seperti tak berujung, mengingatkannya kepada kepingan memori paling awal saat pertama kali ia menginjakkan kakinya di menara.

"Sampai kapan Anda akan terus terbaring di sana?"

Pemilik manik oranye itu menoleh, ia sedang berada dalam jeruji besi yang besar. Tubuhnya lembap, ketika ia mengangkat tangannya, ia melihat darah. Tak terasa sakit, jadi ini bukan miliknya.

Ia bangkit dengan mudah meski jejak darah mengganggu dirinya, cukup tak nyaman mengingat tubuhnya selalu dalam keadaan bersih sebelumnya. Visinya menatap lurus, ada semacam belut yang jelas familiar baginya, itu belut yang dia ingat diatur administrator untuk menjadi ujian di lantai 20 ke atas. Ia menoleh ke tangan kanannya, terdapat jarum berwarna merah yang juga dialiri darah belut itu.

'Oh?'

"Headon,"

"Ya? Anda cukup lama tersesat dalam lamunan Anda, Anda dapat langsung naik ke lantai dua, tetapi Anda termenung sehingga saya menunggu terlebih dahulu,"

Manusia berjubah merah itu mengarahkan jarumnya ke arah leher administrator, matanya menatap tajam dan ia berbisik, "Lantai dua katamu? Kau sedang bercanda padaku? Aku seorang raja menara dan tidak ada alasan di mana aku harus mengulang menaiki lan—!"

Suaranya tercekat, matanya membola, ia menyentuh lehernya sendiri sebelum melanjutkan perkataannya, "...Tidak ada alasan di mana aku harus mengulang menaiki lanta—."

Suaranya tak muncul, seperti ia tak diperbolehkan menyebut kalimat itu, ia menatap ke arah kelinci putih di depannya tanpa petunjuk.

"Apa yang ingin Anda katakan? Anda seorang irregular dan Anda baru saja memasuki menara, sama sekali bukan hal aneh,"

'Apa?'

Zahard berhenti sejenak, pikiran dan spekulasi berkecamuk dalam otaknya. Tak lama, sebuah bar hologram muncul di depannya. Ia melihat bar itu sebelum kembali menatap Headon. Kelinci itu memandang balik ke arahnya, tidak menyadari ada bar aneh di sekitarnya. Zahard mengambil kesimpulan bahwa hanya dirinya yang dapat melihat bar ini.

[Anda mengatakan hal yang tak boleh Anda katakan, suara Anda diblokir!]

'Diblokir? Siapa di antara makhluk menara yang dapat sesuka hati memblokir suaranya? Berani sekali dia!'

[Pertanyaan anda tidak dapat dijawab oleh sistem]

Zahard menaikkan satu alisnya, ini seperti bar di depannya dapat membaca pikirannya. Kurang lebih sama dengan game yang pernah dimainkan putrinya, Repellista. Ia kembali berpikir, 'Mengapa aku harus mengulang menara? Aku bahkan sudah mati,'

[Beruntungnya Anda belum mati! Anda sekarang harus mengulang menara supaya Anda mendapat akhir yang lebih baik! ^O^]

Mantan raja itu terdiam, mencoba mengabaikan emoticon aneh yang dipakai bar merah itu. Ia menghela napas lelah. Membuat catatan mental untuk mengutuk siapapun yang membuat dirinya menjadi seperti ini.

RESETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang