00

834 95 43
                                    

Ruangan itu membelenggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruangan itu membelenggu. Jiwa yang ada di sana tertahan, menunggu apa yang akan terjadi pada dirinya yang telah meninggal. Bentuk tubuhnya yang hampir transparan itu berlutut, rantai-rantai kemerahan mengunci tubuhnya yang penuh darah.

"Telah siap untuk penghancuran?"

Suara asing muncul dengan efek gema, pria bersurai kuning keemasan menoleh mencari sumber. Nihil, suara itu merayap dari segala arah.

"Menghancurkan jiwaku, huh?"

Nada angkuhnya berlayar dan memecahkan keheningan, suara yang entah dari mana itu mulai tertawa, cukup terkesiap dengan kesombongan yang lain.

"Astaga kau bahkan tidak takut pada dewamu sendiri,"

"Dewa? Omong kosong, akulah yang kau sebut dewa,"

Tawa yang datang semakin kencang, kepulan angin datang dan menerbangkan helaian emas, membentuk tangan yang mengangkat dagu dia yang pernah menjadi raja.

"Kau bercanda, kau sendiri yang mengemis padaku untuk menjadi penguasa menara, kau pikir aku tak ingat?"

"Aku tak ingat, aku raja yang sibuk. Bukan sepertimu, dewa tanpa profesi,"

"Manusia tidak tahu malu!!"

Gema kembali muncul, kali ini jauh lebih kuat. Ruangan tanpa batas itu bergetar, mengungkapkan kemurkaan.

Zahard bergeming, ia tak gentar, matanya tak menujukkan ketakutan apapun.

"Kau lihat matamu ini?! Mata terkutuk yang memalukan, kecacatan terbesarmu, bukti jelas bahwa kau bukan dewa!"

Manusia itu terbelalak, visi lamanya muncul seperti potongan film, otaknya berdengung keras, memilih untuk tidak mengingat.

"Kau tahu bila kau melihat dengan mata hina itu, maka kau akan lepas kendali. Monster dalam tubuhmu tak dapat lagi kau kekang, itulah kau, manusia lemah yang sangat sombong,"

"Kau pikir aku tidak mengetahui masa lalumu yang menyedihkan? Bahkan asumsiku meluap dan terasa sangat menjijikkan untuk menganggap bahwa jiwa kotor sepertimu dapat berbuat manusiawi. Lihatlah bajingan ini, dirimu yang dulu berlagak pura-pura baik,"

"Tidak!!"

Teriakan protes melambung, kedua mata oranyenya mulai memancarkan cahaya. Kekesalan memuncak, amarah ia kumandangkan.

"Lalu kau sebenarnya tidak pernah berniat—...,"

Perkataan itu terus dilanjutkan sampai Zahard tak dapat lagi mendengar. Telinganya menolak untuk berfungsi, ingatan-ingatan masa lalu memaksa menyeruak tetapi mantan raja itu menahannya. Zahard mulai kehilangan kewarasan, rahasia yang ia pendam erat-erat mulai terungkap, kepalanya berdenyut nyaring.

"—...Tetapi di saat terakhir, monster dalam dirimu menguasai. Kau membunuh bayi miliknya, kau menghancurkan segalanya,"

Frekuensi bunyi yang tinggi memekakkan telinga si manusia. Bagian lain dalam dirinya bangun, membuat tubuhnya menjadi tak stabil.

"Aku ingin memberikan hadiah untuk kebaikanmu yang terkunci itu. Aku harap kau menyukainya, hei, petualang,"

Sebelum visinya mengabur, hanya kehangatan yang dirasakannya. Sesuatu asing yang sudah lama tak ia cicipi, sesuatu yang entah bagaimana dapat menidurkan monster dalam dirinya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RESETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang