12

134 23 2
                                    

"Ari Han, apa kau tahu? Di duniaku ada yang namanya taman bermain," Yurin berbicara santai, ia duduk di atas bebatuan, memperhatikan Ari Han yang berdiri sambil memegang jarumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ari Han, apa kau tahu? Di duniaku ada yang namanya taman bermain," Yurin berbicara santai, ia duduk di atas bebatuan, memperhatikan Ari Han yang berdiri sambil memegang jarumnya.

"Taman bermain?" Ari Han merespon, tidak terlalu mengerti ucapan Yurin.

"Iya, itu tempat untuk bersenang-senang. Mereka bilang itu adalah tempat yang paling membahagiakan," Yurin berdiri, memposisikan dirinya tepat di sebelah Han.

"Mereka bilang seperti itu karena mereka pasti belum merasakan bagaimana rasanya berdiri di sebelahmu."

"A-a-apa yang kau katakan Yurin..., be-bercanda di situasi ini sama sekali tidak lucu...," Ari Han terperangah, suaranya bergetar dengan volume yang semakin mengecil. Yurin yang melihatnya tersenyum lebar.

"Aku tidak bercanda,"

Ari Han memalingkan wajahnya, ia berjalan ke kiri menjauhi Yurin. "Aku akan berkeliling di sekitar sini untuk melihat situasi...," Ari Han melanjutkan langkahnya. Yurin tidak mengatakan apa pun, gadis itu mengikuti Ari Han dari belakang seperti anak ayam yang mengekori induknya.

"Kenapa kau mengikutiku, Yurin?"

"Um, seseorang mengatakan padaku untuk mengikuti hatiku."

Ari Han terdiam, terlalu malu untuk berbicara. Yurin menatapnya dengan mata berbinar yang penuh cinta, tetapi bagi Han, omongan Yurin tak lebih dari sekadar candaan, lelucon yang mempermainkan hatinya.

"Yurin, aku—"

"Awas, Han!" Serangan tak terduga menghampiri secara tiba-tiba, seekor makhluk aneh yang tinggi dan besar melompat ke arah mereka, hampir saja memakan kepala Han yang tampan itu.

Ari Han yang ditarik mendadak langsung jatuh ke dalam pelukan Yurin. Pikirannya kosong, namun tangannya dengan cepat menebas makhluk itu sebelum otaknya selesai memproses kejadian yang dialaminya.

Sulit dimengerti.

"Kau tidak apa-apa, Yurin?" Han menegakkan tubuhnya dan memegang bahu Yurin, gadis itu terlihat jauh lebih terkejut darinya. Yurin mengangguk, pipinya memerah. Tidak salah lagi, Ari Han memang husband material

Makhluk aneh itu belum kalah sepenuhnya, Ari Han ingat, pasti ini yang mereka sebut 'banteng'. Hewan mirip kadal yang berdiri tegak dan membawa jarum panjang.

Yurin masuk ke mode seriusnya, dia harus segera mengalahkan banteng ini dan melanjutkan aktivitas romantis(?)nya dengan Han. 

"Ayo kalahkan makhluk jelek ini, Han."

Yurin melemparkan banteng itu ke langit-langit gua. Ia melompat ke atas, memperkuat kakinya dengan shinsu dan menendang leher banteng tersebut. Suara retakan tulang yang renyah terdengar keras. Han melesat seperti kilat, menebas tubuh banteng itu sepersekian detik sebelum terjatuh ke tanah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RESETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang