76 𝙗𝙖𝙡𝙞𝙠

85 9 0
                                    


Setelah beberap minggu menginap di rumah sakit, sekitar 6 hari, Arvero sudah boleh pulang, tetapi harus pergi konsultasi ke dokter jika sakit kepala lagi.

"Lo yakin udah bisa ke sekolah?" tanya Rea.

Kini Rea sudah berada di rumah Mamanya, sementara waktu mereka berdua tinggal disana, karena jika sakit begini tidak ada yang bisa merawat Arvero kecuali mamanya Rea.

Banyak sekali pertanyaan yang ingin Arvero tanyakan kepada sepupunya ini, tetapi jika dilihat dari ekspresi wajah cewek ini yang sangat senang sepertinya ini bukan saat yang tepat untuk bertanya.

"Kamu naik taxi aja yah sama Arvero soalnya mama mau pergi kerja, jangan naik motor kepala kamu juga masih sakit kan Ar" ucap mamanya Rea dan Arvero hanya mengangguk.

Kepala cowok itu masih di perban karena belum pulih sepenuhnya.

***

Di taxi

"Ar masih sakit?" tanya Rea dan Arvero hanya menggeleng saja.

"Rasanya dioperasi gimana?" tanya Rea penasaran.

"Lo mau coba?" tanya Arvero.

"Ya nggak gue penasaran aja rasanya gimana?"

"Sakit? Sedang atau nggak?" tanya Rea lagi.

"Sakit" ucap Arvero.

"Kayak gimana?" tanya Rea semakin penasaran.

"Kayak lahiran"

"Lah emang lo pernah rasa gimana ngelahirin lo kan cowok"

"Nggak tapi pasti lo bakalan rasa kan" ucap Arvero membuat Rea sedikit canggung dan berhenti membicarakan soal operasi yang mengarah ke lahiran, kenapa juga Arvero pakai nyangkutin ke ngelahirin.

Sesampainya mereka didepan sekolah banyak yang memperhatikan mereka

Line!

: Rea udah balik?
: lo gak liat dia jalan bareng sama
  Arvero
: Yah padahal bagus kalau dia gak
  pernah balik
: Berdosa banget lo!
: Kak Arvero kenapa yah?
: Dia abis operasi lo kulot sih gak tau
: Rea kabur karena apa?
: gak tau pansos kali dia biar di cariin
: Rea keknya udah absen seminggu
  lebih deh
: Iya juga sih tapi Arvero udah
  seminggu
: Bentar tanyain Rea yok biar dia
  gugup gitu jawab kenapa dia kabur
: Bisa buat bahan candaan nih

___

Rea merasa bahwa semua siswa menatapnya aneh, dia tahu semua siswa hanya menghawatirkan Arvero dan sebagian kecil mengkhawatirkan dirinya.

"Rea lo gak papa kan?" tanya seorang siswa seangkatan, dan mulailah sebagian siswa berkerumun mengerumuni mereka.

"Gue denger lo kabur" ucap sinis seorang cewek.

"Karena apa?" lanjutnya dengan sinis.

"Kak Arvero kecelakaan karena apa?" timpal sebagian siswa membuat Rea menggulungkan bibirnya.

"Gue denger sih Arvero di dorong cewek entah bener atau nggak" celetuk beberapa siswa.

Mendengar hal itu, Arvero menatap Rea, dan sedikit memikirkan cara keluar dari kerumunan ini.

"Shhh" desah Arvero seraya memegang kepalanya dan mendapatkan perhatian sebagian siswa.

"Bisa minggir gak sih?" ucap Arvero dengan sedikit irama dan bumbu-bumbu kesakitan dan hasilnya siswa memberikan jalan untuk Arvero dan juga juga Rea untuk berjalan.

"Ar lo gak papa?" tanya Rea dan Arvero segera menghilangkan ekspresi kesakitannya.

"Gak"

"Tadi lo boong yah?" tanya Rea dan tidak mendapatkan respon dari Arvero.

"Nanti sakit beneran loh" ucap Rea lagi.

Ada sebuah bola volli yang hampir mengenai Arvero, namun bola itu melah berguling didepan kaki Arvero. Dilihat dari pelempar bola itu itu adalah Gavril.

"Eh my best friend" ucap Gavril alay.

"Main bola volli yok bro" ucap Gavril seraya memukul bahu Arvero, namun dengan cepat tangan Gavril di pukul oleh Rea.

"Lo gak punya mata?" tanya Rea kepads Gavril.

"Maksudnya?"

"Lo mau ajak dia main bola volli? Lo waras? Lo gak liat kepalanya?" tanya Rea seraya menunjuk kepala Arvero yang di perban.

"Lo mau dia menyundul pake kepalanya terus kepalanya lubang lagi?" ngamuk Rea kepada Gavril.

"Oh iya gue lupa lo habis di operasi kan" ucap Gavril lagi seraya tersenyum.

"Itu lo tau" ucap Rea lagi seraya mengalihkan pandangannya dari cowok ketua osis menyebalkan ini.

"Iya terserah cewek hilang" ucap Gavril sedikit mengejek Rea. Membuat Rea yang mengalihkan pandangannya langsung menatap Gavril dengan tatapan aneh.

"Maksud lo apa ha?" marah Rea tidak terima jika diejek sebagai gadis hilang.

"Udah ah" ucap Arvero seraya menyuruh Rea jalan didepannya.

Sedangkan di pinggir lapangan ada Ilen yang sedang menatap ponselnya.

Sedikit kesal karena Mbak Lala tidak memberikannya pekerjaan, karena diirnya yang pernah menelfon kepada saudara bu lala, bahwa dia tidak akan sex berbayar disana lagi, selain itu juga gara-gara Arvero yang memberi tahukan cowok Pelanggan terakhir Ilen sebelum Arvero. Untuk meminta mbak Lala tidak menerima Ilen lagi.

"Ah sialan" ucap Ilen frustasi.

Padahal uang sekolah dibayar terakhir besok setelah itu tidak ada toleransi lagi, jika ia tidak bayar maka dirinya akan di keluarkan dari sekolah tanpa mendapatkan ijazah, terus tujuannya capek kesekolah selama 2 tahun lebih akan hancur jika tidak mendapatkan selembar kertas yaitu ijaza.

"Gue mau dapat uang dimana?" ucap Rea seraya mengacak rambutnya, salahkan juga Ian yang tidak mau memberikannya kompensasi dan selalu mau agar Ilen meminta kompensasinya tapi dia tidak mau memberikannya, aneh betul.

"Aaaaaa gue bosan hidup miskin"

"Kapan gue kaya coba kalau bayar uang sekolah aja gue gak bisa?" batin Ilen lagi, sedangkan ia sudah mendapatkan surat peringatan untuk membayar uang sekolah.

"Kapan gue kaya coba kalau bayar uang sekolah aja gue gak bisa?" batin Ilen lagi, sedangkan ia sudah mendapatkan surat peringatan untuk membayar uang sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



ʷʳⁱᵗᵉ ʸᵒᵘʳ ᵈᵃᵗᵉ ᵒᶠ ᵇⁱʳᵗʰ ᵃⁿᵈ ᶠⁱⁿᵈ ʸᵒᵘʳ ᵗʷⁱⁿ

4 Secrets【COMPLETED】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang