73 𝙨𝙪𝙢𝙥𝙖𝙝

93 10 0
                                    


"Lo kenapa si Re" ucap Rea bergetar seraya duduk bersembunyi dibalik meja barista, sejak kejadian beberapa menit lalu, Rea langsung pergi masuk ke dalam Cafe.

"K-kalau A-Ar-vero ma-mati gi-gimana?" Rea semakin gemetar.

Rea menatap ponselnya yang terus saja bergetar dari Mamanya, Rea tahu pasti Mamanya mau mengabari bahwa Arvero kecelakaan

"Aaaa" teriak Rea seraya menutup telinganya

Kejadian dirinya yang mendorong Arvero ketengah jalan masih saja menghantui diirnya seperti film yang diputar ulang, apakah ada yang melihat dirinya mendorong Arvero.

Dengan sedikit menangis Rea masuk ke kamar sewaannya dan segera memasukkan bajunya berpikir ingin pergi.

Kemudian saat hendak pergi terlintas sesuatu di kepala Rea, bagaimana Arvero menjaganya saat dirinya masuk rumah sakit, setega apa dirinya jika ingin pergi tanpa tanggung jawab kata "Kau pembunuh" terus terlintas di kepalanya.

"Nggak" ucap Rea seraya menjatuhkan kopernya.

"Lo gak boleh gini Re" ucap Rea lagi, seraya mengingat bagaimana 3 tahun lebih dia tinggal dirumah Arvero, bagaimana cowok itu membangunkannya saat hendak tes dan dia tidak tidur, bagaimana Arvero menjaganya pergi bersama kesekolah, membuat Rea berhenti dari langkahnya. Rea segera keluar mengambil ponselnya dan berlari ke rumah sakit.

***

"Sialan awas aja lo Ar" ucap Ilen yang keluar dari ruang pemeriksaan, setelah memperban kepalanya yang kata dokter lukanya sedikit dalam.

"Awas aja tu cowok hampir aja gue buta gue sum-" ucap Ilen terhenti setelah banyak orang dan bunyi ambulance yang keras, ada bankar yang di dorong, dan darah menetes di lantai membuat Ilen membalikkan tubuhnya dia tidak suka darah

Saat bankar itu lewat, Ilen menatap dari belakang, Dia berpikir siapa itu, pasti lukanya parah sampai banyak darah yang menetes di lantai jejak bankar tadi.

Ilen memutuskan untuk berbelok dan membayar tagihan rumah sakit, sedangkan Rea baru masuk ke rumah sakit dan berlari.

"Sus k-korban ke-kecalakaan yang ba-baru da-datang di-dimana?" tanya Rea sedangkan Ilen tidak melihat Rea karena sedang menelfon Halin padahal posisi mereka ada di kasir.

Rea dengan cepat berlari menuju PICU, Didepan PICU sudah ada Mamanya Rea yang menunggu, "Kamu dari mana saja Rea?" tanya Mamanya yang mau memeluk Rea, namun dengan segera Rea terjatuh didepan pintu PICU.

"M-maa" ucap Rea gugup.

"R-Rea g-gak se-sengaja do-dorong Ar" ucap Rea lagi.

"Maksud kamu?"

"M-MAA HIKS AR-AR VE-VERO KE-KECELA-LAKAAN GA-GA-RA-RA NGE-NGEJA-JAR R-REA" ucap Rea seraya menangis.

Rea segera berdiri dan mengintip dari pintu ruangan melihat darah penuh mengalir dari kepala Arvero.

"Ma-ma-maaf Ar" ucap Rea menatap Arvero yang sedang mendapatkan penanganan dari dokter.

"Kenapa lo dorong Arvero" batin Rea lagi.

"Ma-maaf" ucap Rea lagi.

"Kamu gak salah sayang"

"GIMANA MAMA BILANG AKU GAK SALAH JELAS-JELAS AKU YANG DORONG ARVERO MA, KALAU ARVERO MENINGGAL GIMANA? MAMA NGERTIIN AKU DONG JANGAN BELAIN AKU YANG JELAS-JELAS SALAH" teriak Rea seraya memeluk Mamanya.

"Sabar sayang"

"GIMANA REA BISA SABAR HIKS KALAU ARVERO GAK BUKA MATA GIMANA?" tangis Rea

Rea mengintip lagi dan melihat dokter menstabilkan pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah Arvero.

Dokter keluar dan membuat Rea tersenyum, "Dia kenapa dok? Gak kenapa-kenapa kan?" senyum Rea.

"Semua faktor Respons verbal, pergerakan fisik Kemudahan membuka mata berada di skala 3 yang artinya"

"Dokter berjanda kan? Pasti nilainya 15 bukan 3, dokter tau kalau dokter bilang 3 artinya dia koma jangan main main dok hiks"

"Kami akan melakukan MRI untuk mendapatkan gambaran tulang yang patah dan mendeteksi kemungkinan pendarahan di otak, mungkin saja dikepalanya terjadi pembekuan darah, jaringan otak yang memar atau pembengkakan jaringan otak"

"Gak perlu Arvero gak sakit ih" ucap Rea tersenyum.

"Udah diam" ucap Mamanya Rea seraya membawa Rea berdiri dibelakangnya, Rea seperti orang gila menggigit kukunya.

Dokter kembali masuk dan Rea berlari ingin masuk ke ruangan itu namun ditahan oleh Mamanya, Rea hanya menatap dari luar dan melihat dokter yang melakukan RJP.

"Nafasnya berhenti kita harus melakukan RJP" ucap dokter itu

Sebagian suster melap darah yang keluar terus menerus di kepala, dan juga bagian pinggang sedangkan dokter memberikan penyangga leher dan juga pinggang.

Dokter juga memberikan cairan infus kepada Arvero, sedangkan Rea berdiri didepan pintu PICU, seraya menenggelamkan kepalanya.

"Re ayo duduk disini" ucap Mamanya.

"DIAM" bentak Rea.

"Kamu harus istirahat"

"KALAU MAMA MAU ISTIRAHAT ISTIRAHAT AJA GAK USAH NGAJAK-NGAJAK BISA?" ucap Rea.

"Kalau dokternya mau lewat kamu ngalangin Rea" ucap mamanya lagi.

"HIKS" tangis cewek itu dan Mamanya hanya menggeleng, mamanya Rea memutuskan untuk membayar tagihan saja, dari pada menyuruh anaknya yang keras kepala itu untuk duduk.

Dokter segera membuka pintu dan menyuruh suster untuk mendorong bankar ke ruang operasi.

"Ka-kalian mau kemana?" tanya Rea.

"Ar" ucap Rea yang menghampiri Arvero yang berbaring di atas bankar.

Rea sedikit takut melihat bagian kepala Arvero

"Kenapa lukanya terbuka?" tanya Rea dan Mamanya Rea segera datang dan bertanya, "Dia kenapa dok?" tanya Mamanya Rea

"Dia harus segera di operasi karena terjadi pendarahan otak, patah tulang tengkorak, dan kami menemukan adanya benda asing" ucap dokter itu.

"Gak mungkin seserius itu" ucap Rea lagi.

"Dia cuma pura-pura tertabrak dok supaya saya pulang ke Apartementnya dia hiks dia cuman main-main sama saya"

ʷʳⁱᵗᵉ ʸᵒᵘʳ ᵈᵃᵗᵉ ᵒᶠ ᵇⁱʳᵗʰ ᵃⁿᵈ ᶠⁱⁿᵈ ʸᵒᵘʳ ᵗʷⁱⁿ

4 Secrets【COMPLETED】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang