.
.
.
.
Selamat membaca 😚 maafkan tayponya.Selamat hari raya idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin 🙏
.
.
.
.Dalam salah satu bilik kamar tiga orang anak kecil meringkuk di atas tempat tidur. Detik suara jam dinding berbunyi memenuhi kekosongan tidak ada yang mulai berbicara hingga malam semakin gelap.
"Kapan Ayah pulang?" Tanya Rega anak perempuan itu mulai bergerak gelisah.
Kakak tertua membalikan posisi tidur melihat adik perempuannya. "Dua Minggu lagi." Jawabnya lemas.
"Kenapa lama sekali. Aga laper." Rega terduduk dengan wajah yang siap menangis.
Raka buru-buru meraih tas sekolahnya di meja belajar lalu mengambil sesuatu dari dalamnya. "Nih roti tadi aku sisain dari kantin." Raka menggangsurkan sebungkus roti tawar itu kepada kedua saudaranya.
Rava dan Rega sumringah perut mereka benar-benar lapar. "Sama-sama sepotong, kita bagi tiga." Putus Rava kakak tertua lalu memotong roti itu menjadi tiga bagian.
Raka saudara kembarnya dan Rega langsung melahap roti itu dan mengunyahnya tergesa-gesa roti biasa yang terasa amat nikmat.
Disaat mereka mengigit roti untuk ketiga kalinya pintu kamar dibuka dengan kasar hingga menimbulkan suara bedebum keras, membuat ketiganya tersentak kaget.
"Bukannya tidur malah enak-enakan makan!" Wanita paruh baya berjalan mendekat membuat ketiga anak itu menunduk takut. "Saya sengaja hukum kalian nggak dapat jatah makan malam, malah nyolong roti!" Ia mengambil paksa roti itu dari tangan ketiga cucunya.
Rava terlihat tidak rela kedua tangannya terkepal erat. "Nggak Oma, itu rotinya Raka dari sekolah!" Ujar Rava dengan nada sedikit meninggi, ia kesal pada neneknya kenapa setiap kali ayah pergi mereka diperlakukan selayaknya hewan peliharaan.
"Mau rotinya Raka kek Reva kek, Oma ngak perduli kalian sudah berani melanggar peraturan Oma." Nada suara Oma tidak kalah tinggi, matanya mendelik tajam kearah Rava namun anak itu tak gentar sama sekali.
Oma bertepuk tangan. "Owh, mulai berani kamu?!" Oma menjepit pipi Rava dengan jari-jarinya yang dihiasi kuku cat merah.
"Kita cuma laper Oma tadi hanya makan di sekolah sekali." Raka mencekal pergelangan tangan neneknya memohon untuk melepaskan wajah Rava.
Oma menghempaskan wajah Rava hingga terpelungkup. "Oma jangan!!" Rega menjerit saat Nenek malah menginjak roti itu.
"Ma apa sih ribut-ribut." Wanita berparas cantik datang berdecak sebal di ambang pintu.
"Ini nih anak-anak kamu pada ngelawan semua." Oma memukul kepal Rava keras.
"Mama....." Rava meloncat dari tempat tidur berlari memeluk mamanya yang jarang sekali ada di rumah. "Rega laper ma." Gadis itu merengek berharap simpati dari ibunya yang tidak pernah ia dapat
"Aduhh, mama capek jangan manja!" Mama berdecak sebal memberi jarak pada anaknya.
Rega mulai menangis "Ma mau sama mama.... Tadi aku dapat seratus di kelas ma, kemarin Aga ulang tahun maaa..." gadis itu menangis sambil menarik-narik gaun indah yang dikenakan ibunya.
"Udah sana!" Wanita itu jengah lalu mendorong putrinya membuatnya terduduk di lantai.
"Orang tua sialan!!" Rava yang kesal tidak terima atas apa yang ibunya lakukan.
Mengigit tangan ibunya juga menarik kasar bajunya hinga robek, mata kedua wanita itu mengelap ditariknya kerah baju Rava lalu mendorong anak itu hinga terpental.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Transgender
Teen FictionMemiliki kenangan buruk dimasa lalu yang dilakukan oleh ibu dan neneknya, membuat Raka kini membenci dan bersikap dingin pada makhluk bernama perempuan. Empathal yang Raka tau soal makhluk bernama perempuan. pertama egois, kedua menyusahkan, ketiga...