Kutukan atau Karma

1K 23 5
                                    


.
.

Happy reading ;-)
.
.
.
.
Tirai hujan memang tidak rapat masih gerimis namun sesekali buliran air hujan bervolume lebih besar jatuh dari atas pepohonan atau atap kanopi rumah warga. Hujan tidak lagi bisa diprediksi kapan turun kapan waktunya deras maupun hanya sekedar gerimis kencingnya awan.

Macam perasaan perempuan, cuaca tidak bisa ditebak dan selalu berubah-ubah.

Sekarang entah sudah jam berapa? jam di dinding tidak bisa menunjukkan angka dengan benar, mesinnya rusak atau baterai jam yang sudah mati. langit juga tidak menunjukkan waktu yang tepat. Terlalu gelap.

Tidak ada yang tahu soal jam malang itu, Raka si pemilik rumah yang tiba-tiba berubah bodo amat seminggu belakangan tidak lagi menghiraukan hal-hal kecil dalam rumahnya seperti jama dinding yang berhenti berdetak, teras rumah kotor akibat hujan sebab kaki kumal Odah yang sering keluar masuk tanpa melayang lagi dan tanpa menggunakan alas kaki.

Entah apa yang dilakukannya di dalam kamar seminggu ini Raka benar-benar membatasi kegiatan di luar rumah setelah pulang dari sekolah.

Tidak ada lagi acara ngumpul-ngumpul bareng, Ikut kegiatan ekstrakurikuler kesukaan Raka, atau sekedar pergi ke perpustakaan kota yang sering dilakukannya dulu.

Tidak ada lagi telpon atau komunikasi lewat sosial media kepada ketiga sahabatnya. Ah sepertinya hubungan persahabatan mereka benar-benar telah berakhir.

Si hantu Odah kepo yang hobinya ngintilin Raka kapanpun dan di manapun tidak berani mengintip apa saja kegiatan Raka di dalam kamar, pintu kamarnya dikunci rapat-rapat yang artinya ia benar-benar tidak bisa diganggu.

cowok jangkung itu keluar hanya saat lapar, haus, dan butuh kamar mandi. Selebihnya mengunci diri dalam kamar macam manusia patah hati yang tidak lagi memikirkan alasan tuk hidup.

Odah mengetuk-ngetukkan jari jemarinya pada kaca bening dapur yang berembun menampilkan langsung pemandangan buram area belakang rumah yang mulai ditumbuhi lumut coklat licin dan tumbuhan-tumbuhan kecil yang nantinya akan menjadi semak belukar.

Sudah empat kali si hantu terpeleset di sana, menginjak lumut saat melompat pagar kayu pembatas rumah Raka dengan tetangga mencari sisa makanan yang dibuang sesuai pemahamannya. Makanan sisa di atas piring dengan asap mengepul.

Odah masih mengetuk-ngetukkan jari jemarinya pada kaca menimbulkan bunyi yang menjadi melodi pengantar bosan rumah yang sepi. Harusnya hantu itu bahagia bukan? Tidak ada lagi omelan macam emak-emak, kata-kata kasar Raka, maupun sejenisnya. Ia benar-benar bebas.

Bebas lompat pagar, menjahili siswa-siswi SMA Bakti, bebas melakukan apa saja di dalam rumah Raka, bahkan Si Odah bebas keluar masuk rumah tanpa alas kaki, ini adalah keajaiban dunia.

Dan benar-benar Raka tidak ambil pusing dengan keonarannya.

Empat hari lalu si Odah senang bukan main bisa bebas melakukan apa saja tanpa cercaan Raka, namun setelahnya terasa berbeda. Rasa tak biasa menyusup dalam hati Odah.

Ia rindu dimarahi.

Si hantu diam melamun, pikirannya berputar lalu matanya membulat setelah melihat kucing putih yang lompat naik ke atas pagar, pikirannya berhenti pada berita yang disiarkan di tv tadi pagi, seorang remaja tewas bunuh diri dalam kamar.

Dua bulan belakangan sedang trennya anak muda bunuh diri, mereka biasanya mengurung diri di kamar dengan beraneka ragam beban dan masalah hidup.

Jangan-janagan?

Odah melompat turun dari lemari rendah sekaligus berfungsi sebagai tempat duduk di depan kaca, tak kalah heboh dengan lompatan si kucing putih tadi, lalu berjalan cepat menuju pintu kamar Raka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mendadak TransgenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang