14. Firasat Buruk

5.8K 938 145
                                    

Rosé berjalan santai menuju halaman belakang rumah keluarga Park

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rosé berjalan santai menuju halaman belakang rumah keluarga Park. Setelah sempat bertanya keberadaan ibunya pada salah satu pelayan di tempat itu. Selain dapur, halaman belakang yang dipenuhi oleh bunga-bunga cantik merupakan tempat kedua wilayah kekuasaan sang ibu.

Tepat di ambang pintu Rosé menghentikan langkah kakinya, ia memandang lurus dan mendapati ibunya sedang bercengkrama dengan pekerja kebun. Senyum mengembang tak sadar terukir di wajah cantiknya. Perasaan gelisah yang sejak meninggalkan apartemen hinggap di dirinya seakan hilang begitu saja saat melihat ibunya.

Lama berdiam di ambang pintu menyadarkan pekerja kebun itu akan kehadiran Rosé yang kemudian ia beritahukan pada Seungwan.

"Sayang, kamu pulang?" Seungwan tersenyum senang mendapati Rosé yang berdiri di sana.

Pulang. Kata yang menyadarkannya bahwa selama ini ia sudah terlalu jauh dari rumah. Perasaan itu datang lagi, ditambah ketika senyum mengembang Seungwan padanya. Sampai-sampai ia tak bisa menahan perasaan itu lagi.

Rosé berlari kecil ke arah ibunya, dengan sedikit kasar ia memeluk sang ibu sambil menahan tangisnya. Ini yang dia butuhkan sejak kemarin, kenapa ia melupakan ibunya dan menggulung perasaan sendiri?

"Kangen Mama banget ya?" Canda Seungwan tanpa mengetahui perasaan yang sebenarnya sang anak.

Rosé hanya mampu mengangguk pelan, bersusah payah agar tidak terlihat cengeng di depan ibunya.

"Makanya sering-sering pulang, Papa kamu tuh suka curhat kangen main barbie katanya." Seungwan terkekeh kecil sembari mengelus punggung Rosé yang dibalas pelukan erat oleh si bungsu. "Gak kerasa ya kamu udah segede ini, perasaan baru kemarin tuh Mama hampir kehilangan nyawa supaya kamu bisa melihat dunia."

Deg.

Rosé membeku, jantungnya memompa lebih cepat. Ucapan Seungwan mengingatkannya pada ketakutan itu lagi.

"Baru kemarin rasanya Mama masih gantiin popok kamu, sekarang kayaknya giliran kamu yang gantiin popok." Celoteh Seungwan masih bernostalgia.

"Ma...." Cicit Rosé pelan hampir seperti suara semut. Jika bukan karena posisi pelukan mereka, Seungwan tak akan pernah mendengar anaknya memanggil dengan nada seputus asa itu.

Naluri ibunya mulai bekerja, Seungwan menyadari ada yang aneh dengan putrinya. Ia melepas pelukan lama mereka, menghadapkan Rosé pada dirinya. Menatap lekat manik karamel milik Rosé yang sudah memerah. Seungwan tercubit, apa yang dia lewatkan dari putrinya sampai-sampai Rosé terlihat begitu tertekan saat ini.

"Chaeyoung?" Panggil Seungwan dengan penekanan, ia tidak sembarang memanggil tapi menuntut keterbukaan putrinya.

"Mama.... Chaeng takut." Selanjutnya ia tak bisa menahannya lagi.

❦︎ 49 Hari ke Masa Lalu ❦︎

"Jaehyun, aku mau bicara."

49 Hari ke Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang