"Park Roséanna!"
Gadis Park itu mempercepat langkah kaki saat rungunya mendengar suara familiar memanggil. Tidak peduli orang-orang di lorong perpustakaan menjadikannya pusat perhatian karena mereka terganggu dengan suara pemuda yang mengejarnya.
"Rosé, please...."
Yang namanya terus dipanggil itu tetap menulikan telinganya. Dia malah mempercepat langkah kaki menuju pintu keluar. Rosé sudah cukup malu menjadi pusat perhatian di sana.
"Chaeyoung, gue mau ngomong," teriak dia lagi. Masih berusaha untuk mengejar gadis berambut pirang itu. Perlu berjalan sedikit lebih cepat untuk bisa menyamakan langkah mereka.
"Please, kasih gue kesempatan," ujarnya setelah berhasil meraih genggaman tangan Rosé.
"Sorry, bisa minggir sebentar? Tolong," ucap seseorang dari luar pintu. Posisinya Rosé dan Jaehyun berdiri tepat di lubang pintu, menghalangi akses keluar-masuk perpustakaan.
Jaehyun dengan sigap menautkan jemarinya dengan Rosé, lalu menarik gadis itu menjauh dari perpustaan. Dengan telinga jelas mendengar dumelan orang tadi.
"Jaehyun, tolong lepasin. Malu tahu." Gadis Februari itu berusaha melepaskan tautan tangan mereka sebab beberapa kali menangkap pasang mata ke arah mereka.
Informasi soal pertunangannya dengan Jaehyun sudah tersebar ke penjuru kampus, gosip tak lagi dihindari. Orang-orang mulai membicarakan Rosé, seorang gadis yang sebelumnya tidak pernah menarik perhatian siapa pun. Munculnya tudingan sebagai perusak hubungan orang cukup membuat Rosé tak nyaman. Meski tidak semuanya salah, tapi hey siapa yang mau dicap buruk oleh orang lain sedangkan diri sendiri selalu berhati-hati. Menyebalkan.
Langkah kakinya berhenti di sebuah taman dekat dengan fakultas kedokteran, tidak banyak yang lalu-lalang karena sekarang bukan jam makan siang.
"Mau ngomong apa sih, Jung?" Akhirnya Jaehyun mengendurkan tautan tangan mereka, sehingga Rosé bisa mengambil kesempatan untuk lepas darinya.
Jaehyun memangku tangannya, dengan mata menatap lurus pada gadis di depan. Sebenarnya sudah lama Jaehyun menyadari bahwa dirinya terlihat mirip dengan Rosé, tapi kali ini Jaehyun semakin takjub karena gadis di depannya ternyata jauh lebih memukau.
Katakan Jaehyun pemuda plin-plan, sampai saat ini dia tidak bisa mengartikan dengan jelas apa yang ada dalam hatinya. Ketika dihadapkan dengan Gyuri, Jaehyun tidak terima hubungan mereka kandas begitu saja. Tetapi saat menatap Rosé seperti ini jantunga berdebar selayaknya orang jatuh cinta. Jaehyun bingung jadinya.
"Jung Jaehyun, gue berdiri di sini bukan tanpa alasan. Kalau lo gak ngomong terus, gue tinggal. Bodo amat." Rosé merengek tapi kemudian memilih duduk di bangku yang dipenuhi daun-daun pohon cherry blossom yang mengering. Memang, taman ini terlihat seperti dua hari tak dibersihkan.
Rosé tidak peduli, dia hanya perlu duduk. Namun, Jaehyun dengan sigap menyingkirkan dedaunan itu sebelum Rosé sempat menduduki bangkunya. "Makasih," gumam Rosé dengan pipi yang mulai memanas. Entahlah, hatinya mudah sekali tersentuh dengan hal remeh-temeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
49 Hari ke Masa Lalu
عاطفيةJeno, Jaemin dan Ryujin nekat menjelajahi waktu untuk bertemu Papa dan Mama mereka di masa lalu. Ada yang harus diperbaiki demi kebahagian mereka. Jaehyun dan Rosé tidak saling mengenal sebelum kedatangan 3 anak remaja yang mengaku sebagai anak mer...