"Bi, mana sepatuku? Sudah telat ini!" teriak Patrick kepada pembantunya yang Ia panggil bibi itu.
"Iya Mas, ini sepatunya. Maaf ya, bibi baru aja selesai membuat sarapan. Mari sarapan." ucap bibi dengan nada nya yang pelan karena merasa bersalah.
"Lama sekali sih! Engga, Patrick gamau sarsapan. Patrich sudah telat ke sekolah." tegas Patrick kepada pembantunya itu.
"Patrick! Kok tidak sopan sih sama bibi? Minta maaf dan ayo sarapan! Masih ada waktu 2 jam lagi, kenapa harus terburu-buru?" tegur ibu Patrick yang tidak suka dengan sikap anak satu-satunya itu.
"Tapi Ma-..."
"Ga ada tapi-tapi. Minta maaf sekarang ke bibi setelah itu sarapan. Mama gabolehin pergi kalau kamu tidak sarapan. Om Taufik akan Mama suruh pulang kalau kamu terus keras kepala." cetus Ibu dari Patrick.
Begitulah Patrick, remaja 14 tahun yang merupakan anak laki-laki satu-satunya dari keluarga terkenal dan beruntung. Kedua orangtua nya merupakan orang penting di perusahaan masing-masing. Kedua orangtua nya sangat menyayangi dia dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya. Maka dari itulah, Patrick tumbuh menjadi anak yang sangat manja dan juga keras kepala meskipun umurnya sudah hampir dewasa.
"Aku berangkat dulu ya Ma, Pa." ucap Patrick yang sudah menyelesaikan sarapan nya dan siap berangkat sambil mencium tangan kedua orang tuanya.
"Iya, hati-hati ya nak." balas Ayah Patrick.
"Hati-hati, belajar yang rajin ya! Jadi anak yang baik-baik di sekolah!" pesan Ibu Patrick sebelum anaknya berangkat ke sekolah.
"Siap 86, komandan! Dadahh!"
"Ayo Om Taufik, kita jalan." ucap Patrick kepada supirnya.
"Baik Mas."
Patrick sudah duduk di kelas 3 SMP. Ia merupakan anak yang cukup terkenal di sekolah karena keluarganya. Dia merupakan anak yang lumayan pintar. Di kelasnya, dia mempunyai seorang remaja laki-laki yang dianggapnya sebagai sahabat sendiri. Sahabatnya ini bernama Martin. Tidak bisa dipungkiri, mereka sudah sangat dekat dikarenakan mereka selalu sekelas semenjak kelas 1 SMP, yang berarti sudah 2 tahun mereka bersama-sama. Mereka sudah menganggap saudara satu sama lain, sehingga mereka percaya bahwa mereka berdua sudah saling mengenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih dari Cukup
Short Story"Lu bukan hanya seorang sahabat. Lu adalah teladan dan segalanya yang ternyata gua butuhkan selama ini."