"Hey, ada apa dengan kalian berdua? Ini ujian, kalian tau kan! Tidak boleh ada komunikasi selama ujian berlangsung, sekali lagi saya liat kalian begini, akan Bapak kosongkan nilai kalian." tegur Pak William kepada mereka berdua.
"Oh, tidak ada apa-apa Pak. Tadi saya hanya meminta untuk meminjam tipex dari Martin, gaada yang aneh-aneh kok Pak, beneran deh." jawab Patrick membela diri dari kecurigaan Pak William.
"Benar begitu, Martin?" tanya Pak William kepada Martin untuk konfirmasi kebenarannya.
"Eh, iya Pak, betul yang dibilang sama Patrick." jawab Martin dengan tertatih-tatih.
"Baiklah kalau begitu. Patrick, lain kali bawa tipex mu sendiri, jadi kamu tidak harus meminjam-minjam kepada temanmu. Apalagi di saat-saat ujian seperti ini pasti akan sangat mengganggu situasi kelas. Jelas?" tegas Pak William menasehati Patrick.
"Jelas, siap laksanakan Pak!" jawab Patrick sambil memberikan suasana bercanda dengan menunjukkan sikap hormat seperti saat upacara.
"Ok, anak-anak Kembali lanjutkan ujian kalian. Kerjakan dengan jujur ya. Sampai ada yang saya lihat mencurigakan, akan saya kosongkan nilainya di rapor." ucap Pak William kepada seluruh siswa sebagai peringatan.
Sehabis mendapat teguran dan tetap berhasil mematahkan kecurigaan Pak William, Patrick merasa lega namun tetap frustasi di saat yang sama. Ia lega karena tindakannya tidak ketahuan oleh Pak William, namun Ia frustasi karena dirinya tidak lagi dapat membujuk Martin untuk memberikan jawabannya. Dia pun terpaksa untuk berpikir keras dan menjawab sisa-sisa soal tersebut dengan asal sesuai sepengetahuannya dan berharap bahwa dia mendapatkan setidaknya sedikit poin untuk setiap soal.
Satu jam berlalu, waktu ujian akhirnya selesai dan dilanjutkan dengan empat puluh lima menit istirahat. Martin berdiri dari kursi nya dan mengambil kotak bekal dari tas nya. Ia segara berdiri di depan pintu kelas menunggu Patrick yang baru bangun dari tidur setelah menunggu selesainya ujian fisika tersebut. Patrick pun bergegas menyusul Martin dan mereka berjalan berdua menuju kantin. DI jalan menuju kantin, Patrick dengan segera langsung membahas soal-soal dari ujian fisika tadi.
"Soal nya susah banget parah. Yang gua benar-benar ngerti itu cuma sekitar dua atau tiga soal lah. Sisanya ngasal sebisanya aja, nyerah deh gasempat belajar, aduh..." keluh Patrick kepada seorang Martin
"Makanya, kalau guru jelasin jangan cuma dicatat aja. Dengar, perhatikan, pahami dulu materi nya, tanya kalau kurang jelas, pas udah benar-benar ngerti, baru deh lu boleh mulai mencatat apa yang ada di papan tulis. Ga tau sih, cara orang kan berbeda-beda, tapi ya cara gua begitu." saran Martin kepada Patrick sambil tertawa.
"Hah, memangnya ga ada soal sama sekali yang buat lu bingung? Lu ngerti semua soal nya? Bisa lu jawab semuanya dengan yakin?" tanya Patrick bertubi-tubi kepada Martin dengan terheran-heran.
"Ga ada yang masuk dalam kategori membingungkan juga sih. Menurut gua gampang-gampang aja, tapi ya seperti yang tadi gua bilang, kalau lu bener-bener paham sama pembahasan Pak William dua minggu lalu, pasti bisa jawab semua soalnya kok. Mudah banget! Hahaha..." jawab Patrick yang tertawa melihat temannya merasa kebingungan.
Mereka pun akhirnya sampai di kantin dan memilih tempat duduk untuk berdua. Martin langsung duduk dan membuka kotak bekalnya sedangkan Patrick harus terlebih dahulu membeli makanan yang dijual di kantin.
Patrick kembali ke tempat duduk yang mereka pilih setelah membeli makanan. Ada Martin yang sudah menghabiskan setengah makanan dari kotak bekalnya tersebut.
"Astaga, cepet banget habisnya, gua baru mau mulai makan ini." ucap Patrick yang kesal karena Martin tidak menunggunya.
"Gua lapar sekali, makanannya juga enak. Apalagi sehabis capek mengerjakan ujian fisika, tambah enak." jawab Martin kepada Patrick yang baru mempersiapkan sendok dan garpu nya.
"Dasar tidak setia kawan, wahai engkau temanku, Martin." ucap Patrick dengan gaya berlebihan.
"Oh, jadi ini kenapa lu tadi menolak untuk memberi jawaban ujian fisika?" tanya Patrick kepada Martin tentang peristiwa di kelas tadi.
"Hah? Apa maksudnya? Gua ga ngerti." tanya Martin Kembali yang tidak mengerti dengan pertanyaan Patrick.
"Itu, kotak bekal. Gua lupa kalau lu itu selalu bawa kotak bekal tiap hari. Gua tadi salah memberikan penawaran dalam kertas nya." ucap Patrick menjelaskan peristiwa di kelas tadi.
"Hehe, tapi kalau lu memberikan penawaran yang lain, gua juga tetap ga akan memberikan satupun jawaban untuk ujian fisika itu." jawab Martin tentang situasi tadi.
"Dasar manusia tidak mau berbagi ilmu ya..." ejek Patrick dengan maksud bercanda.
"Heh, lu tau sendiri kan klo gua tuh orang yang menjunjung tinggi nilai kejujuran. Makanya gua benci banget sama orang-orang yang bohong-bohong. Contohnya yang mencontek, makanya jangan ikut-ikutan nyontek juga." tegas Martin kepada Patrick.
"Yaelah, temen sendiri Tin, masa iya gitu aja langsung benci?" ucap Patrick dengan heran tetapi dengan suasana bercanda.
"Iyalah, gua milih temen karena memang dia baik-baik, buat dirinya sendiri sama buat gua juga. Jadi ya, lu seharusnya membuktikan kalau lu benar-benar pantas gua sebut sebagai teman. Ya gak? Ini juga jadi pelajaran buat lu, supaya lu tuh bisa lebih fokus dan serius belajar. Kurang baik apa temen lu ini Pat, hahaha..." tegur Martin menasehati Patrick.
"Alah, banyak gaya nih. Oke lah, siap laksanakan bang Martin." canda Patrick kepada Martin.
Tidak lama kemudian tepat saat mereka sudah menghabiskan makanan mereka masing masing, bel berbunyi nyaring menandakan selesainya jam istirahat. Mereka pun berjalan bersama kembali ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih dari Cukup
Nouvelles"Lu bukan hanya seorang sahabat. Lu adalah teladan dan segalanya yang ternyata gua butuhkan selama ini."