Ujian Dadakan

16 7 0
                                    

Mereka berdua sampai di pintu sekolah dan menyalam guru yang menunggu disana, lalu segera menuju ke kelas mereka. Di kelas,sudah ada banyak orang, dan tepat di belakang mereka sudah ada Pak William, guru fisika sekolah mereka.

"Cepat masuk! Ngapain kalian berdiri diam di pintu kelas?" cetus Pak William yang membuat mereka terkejut

"Eh, maaf pak, ini baru mau masuk? jawab Martin.

"Jangan banyak bicara, cepat duduk di kursi masing-masing!" perintah Pak William kepada mereka berdua.

"Baik anak-anak, pagi ini kita akan ada ujian fisika tentang bab 3. Silahkan memisahkan diri dari teman sebangku kalian dan jaga jarak antar meja." Ucap Pak William secara tiba-tiba.

"Aduh, aku tidak belajar lagi. Ah! Pak William memang sangat menyebalkan. Kenapa sih harus ada ujian dadakan? Merusak nilai rapot aja..." gumam Patrick dalam hatinya.

"Eh Martin, lu kenapa biasa-biasa aja gua lihat? Ini kan ujian dadakan, apa lu ga kesal?" tanya Patrick yang heran kepada Martin.

Patrick memanglah anak yang lumayan pintar, tetapi jika dibandingkan dengan Martin? Belum ada yang bisa menyingkirkan Martin dari posisi juara di kelasnya. Dia dijuluki sebagai 'nakal jenius' oleh teman-teman dan juga guru di sekolahnya.

"Hah? Kenapa harus kesal? Bukannya sudah diberitahu dua minggu yang lalu kalau aka nada ujian fisika? Lagipula materi ini tidak terlalu susah. Kamu tidak perlu belajar untuk mengerjakannya." jawab Martin dengan santai kepada Patrick yang sedang panik.

"Sombong sekali anak yang satu ini ya. Untung saja kita berteman, kalau tidak..." gumam Patrick dalam hatinya.

Selama ujian berlangsung, Patrick merasa sangat kesulitan dan frustasi. Ia hanya bisa mengerjakan sekitar satu sampai dua dari total 8 soal. Dia sudah sangat takut karena akan mendapatkan nilai jelek dan merusak rata-rata hasoil akhir rapor nya. Kalau rapor nya jelek, orang tua nya akan menginterogasi dirinya dan dia sangat benci dipertanyakan seperti itu.

Sementara dia memutar otaknya untuk mengerjakan 6 soal lainnya, Ia melihat Martin yang sudah menutup kertas ujiannya dengan tempat pensil agar tidak dilihat oleh siapapun. Martin sepertinya sudah selesai karena pena nya sudah terletak rapi di samping kertas dan tangannya sudah dalam posisi istirahat. Muncullah rencana jahat Patrick untuk bisa mengerjakan ujian fisika tersebut. Patrick merobek salah satu halaman dari buku coret-coret nya dan menulis "Bagi jawaban lu dong, nanti ku traktir!" Lalu Patrick melipat dan menggulung kertas tersebut menjadi bentuk bola dan melemparkannya kepada Martin yang sedang duduk santai tersenyum bahagia karena sudah selesai.

Bola kertas tersebut mendarat mengenai punggung Martin dan jatuh ke bawah lantai kelas tersebut. Martin sadar dan Ia mencari sesuatu yang mengenai punggung nya. Martin pun menemukan bola kertas nya dan membuka nya untuk melihat isi dari kertas tersebut. Setelah membuka nya, Ia langsung membaca tulisan yang ada di kertas tersebut dan merasa bingung siapa yang menulisnya, karena tidak ada nama tertulis dalam kertas itu. Ia menengok ke depan, kiri, kanan, dan belakang untuk mencari siapa yang memberinya pesan tersebut. Saat ia menoleh ke belakang, Ia melihat Patrick sudah memberikan kode dengan senyum dan alisnya yang di turun naikkan berulang-ulang. Patrick yang sadar saat Martin sudah melihatnya segera memohon kepada Martin untuk memberikan jawaban dengan gerakan tangannya. Martin dengan cepat menggelengkan kepalanya, dengan maksud menolak memberikan satupun jawaban untuk Patrick. Patrick geram dan frustasi, dia Kembali menyuruh teman didepannya untuk memanggil Martin (mereka berdua duduk satu baris diantara satu orang). Martin Kembali menoleh ke belakang dan memberikan jari telunjuk nya yang bergerak ke kir dan kanan berulang-ulang, menegaskan bahwa Ia tetap tidak mau memberikan jawaban untuk ujian fisika ini. Pak William yang curiga melihat tingkah laku dan pergerakan mereka berdua langsung segera mendatangi Martin.

Lebih dari CukupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang