Martin yang sedang duduk tidak sadar akan kedatangan Tessa, lalu Tessa pun langsung duduk di kursi sebelahnya.
"Kamu ngapain duduk di depan ruang seni? Kok ga pulang?" tanya Tessa kepada Martin.
"Oh, itu si Patrick belum selesai ngerjain tugasnya. Aku disuruh tunggu sampai dia selesai." jawab Martin.
"Oh begitu, ngapain dia? Kok lama sekali selesainya, kamu aja bisa selesai duluan." tanya Tessa kembali dengan heran.
"Biasalah, kamu kayak baru kenal aja sama dia. Orang nya kan memang susah buat fokus. Harus ada tekanan dulu baru telat fokusnya, keburu yang lain sudah selesai." ucap Martin menjelaskan.
"Patrick...Patrick kapan sih berubahnya..." gumam Tessa sambil menghela nafas.
"Eh Tin, aku mau beli minum di kantin sebentar." ucap Tessa kepada Martin.
"Ok, ditunggu ya." jawab Martin dengan singkat yang masih fokus bermain game.
"Ih, apa sih kamu, bukannya nawarin untuk temenin malah bilang ok saja, pengertian dikit dong!" ucap Tessa yang marah kepada Martin karena tidak pengertian.
"Yaampung, zaman sekarang masih pake kode-kode. Langsung bilang aja kali, ribet banget sih kamu. Yaudah sini aku temenin." keluh Martin terhadap tingkah laku dari Tessa.
Mereka berdua pun berjalan berdua untuk pergi ke kantin. Patrick yang daritadi memperhatikan mereka pun merasa kesal. Pertama karena Martin pergi, dan kedua karena kemesraan mereka berdua. Martin lupa kalau Patrick belum selesai dan dia tanpa sadar meninggalkannya.
Patrick yang sudah hampir masuk ke dalam tahap penyelesaian melukis pun sudah hilang fokus karena merasa geram atas kejadian yang dilihatnya barusan. Seketika Patrick langsung menyelesaikan lukisannya tanpa mempedulikan hasil akhir nya. Setelah mengumpulkan karya lukis nya, Ia merapihkan barang nya dengan perasaan emosi, sampai Ia melempar alat-alatnya ke dalam tas ransel nya. Patrick keluar dari ruangan seni dengan raut wajah menunjukan amarah yang berapi-api. Ia berjalan menuju tempat dimana Martin dan dirinya menunggu untuk dijemput.
Tessa dan Martin akhirnya kembali dari kantin setelah membeli minuman. Martin masih sibuk memainkan handphone nya sembari berjalan menemani Tessa.
"Kira-kira, saat kita sampai, Patrick sudah selesai melukis belum ya?" tanya Tessa kepada Martin di tengah perjalanan kembali menuju ke Gedung sekolah.
"Astaga,aku lupa, aku seharusnya tetap tungguin dia sampai selesai melukis. Ah, kamungapain sih segala ngajak untuk beli minuman." ucap Martin yang baru sadar danmenyalahkan seorang Tessa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih dari Cukup
Kısa Hikaye"Lu bukan hanya seorang sahabat. Lu adalah teladan dan segalanya yang ternyata gua butuhkan selama ini."