Tiba saatnya hari yang sudah sangat ditunggu-tunggu oleh seorang Patrick, hari pembalasan dendamnya kepada Martin. Patrick bersiap-siap ke sekolah dengan sangat bersemangat. Tampak aura yang berbeda dari biasanya. Senyum jahatnya terus menghiasi wajahnya selama bersiap-siap ke sekolah, di perjalanan menuju sekolah, dan sampai ke sekolah. Orang tuanya, pembantunya, dan supirnya sampai terheran-heran tentang apa yang terjadi kepada seorang Patrick. Mereka tidak tahu apa-apa tentang rencana pembalasan dendam yang akan dia lakukan terhadap sahabatnya sendiri, yaitu Martin.
Saat jam istirahat sekolah, Martin pergi ke kantin bersama dengan Tessa sedangkan Patrick pergi ke kelas lain dan menemui seorang Jane. Mereka berdiskusi tentang rencana mereka untuk merusak hubungan Tessa dan Martin. Sudah dijelaskan oleh Jane, bahwa Ia akan melakukan aksi nya saat Martin dan Tessa sedang duduk bersama Ketika menunggu waktu pulang. Patrick tanpa ragu langsung menyetujui rencana aksi yang akan dilakukan oleh Jane. Patrick pun merasa senang mengetahui bahwa rencana nya akan berjalan, dan dia sudah sabar untuk merebut Tessa dari seorang Martin. Selama sekolah berlangsung, dia tersenyum dengan aura jahat setiap saat.
Bel pulang sekolah berbunyi, Patrick dengan tidak sabarnya langsung merapihkan segala barang-barang dan memasukkannya ke dalam tas ransel sekolahnya. Semua murid menyalam guru mereka lalu pergi keluar dari kelas. Ketika keluar dari kelas, Patrick langsung mencari Martin, dan ketika Ia menemukannya, Ia langsung merangkul Martin dan berjalan bersama-sama ke lobby pintu masuk sekolah. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Tessa, dan melanjutkan perjalanan ke tempat tunggu biasa mereka bertiga.
Sesampainya di tempat tunggu, mereka bertiga pun memilih tempat dan segera duduk bersama. Dari sisi belakang Tessa dan juga Martin, terlihat seorang Jane yang memberikan isyarat kepada Patrick bahwa Ia akan segera melaksanakan aksinya. Patrick pun mengedipkan mata sebelah kirinya sebagai tanda untuk Jane mengeksekusi rencananya.
Jane datang dengan tiba-tiba kea rah tempat mereka bertiga.
"Hei, kalian lagi ngapain di sini? Belum pulang?" tanya seorang Jane kepada mereka bertiga.
"Belum, ini lagi menunggu dijemput. Kenapa Jane, kok tiba-tiba banget? Ada apa?" jawab Martin yang juga penasaran dengan kedatangan seorang Jane.
"Oh, engga kenapa-kenapa sih. Eh iya, lupa, gua boleh foto sama lu ga? pinta seorang Jane kepada Martin.
"Oh, mau foto doang, boleh ayo Jane." Ujar seorang Tessa yang curiga dengan permintaan seorang Jane.
"Eh bukan sama lu Tess, gua mau foto sama Martin. Gua ditantang sama teman-teman gua yang lain, biasalah mereka suka iseng gitu deh. Boleh kan, Tin?" ujar Jane yang menjelaskan alasan mengapa dirinya mengajak foto seorang Martin.
"Kok harus Martin sih? Gaada orang lain memangnya? Bilang aja ke teman-teman lu suruh tantang foto sama orang lain aja. Martin nya ga mau, bilang gitu aja, paling mereka juga ngerti." tanya seorang Tessa dengan heran dan juga keberatan dengan permintaan Jane.
"Udah, gapapa Tess, lagi pula ini cuma tantangan kok. Ga ada maksud apa-apa dari Jane nya. Ayo Jane, gapapa, mau berapa foto? Hahaha.." ucap seorang Martin membela permintaan Jane.
"Oh oke, kata teman-teman gua sih dua foto aja cukup." jawab seorang Jane.
"Oh dua kali saja, yaudah ayo, selfie aja atau difotoin nih?" tanya seorang Martin kembali
"Selfie kayaknya susah deh, difotoin aja deh. Tessa, minta tolong dong fotoin kita berdua ya, terimakasih." ucap seorang Jane kepada Martin dan meminta tolong Tessa untuk melakukan pengambilan foto.
Tessa hanya bisa menurut dengan kekesalan yang tidak bisa disembunyikan dari wajahnya. Tatapan mata nya menjadi sangat tajam kepada Jane dan juga Martin. Patrick yang melihat dengan jelas situasi yang terjadi hanya bisa tersenyum sedikit karena rencana nya hampir berhasil. Tessa memegang handphone seorang Jane dan mengambil foto mereka berdua dengan penuh amarah.
Foto pertama sudah diambil, mereka berdua berpose seperti biasa dengan Jane yang berdiri di samping seorang Martin yang sedang duduk. Beralih ke foto yang berdua, pada awalnya mereka juga berada di posisi yang sama seperti biasa.
"Satu... dua... tig-.." ucap seorang Tessa menghitung aba-aba sebelum foto.
Pada hitungan ketiga, seketika Jane dengan tiba-tiba mendekatkan dirinya kepada Martin, merangkul nya di sekitar bagian leher.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih dari Cukup
Kısa Hikaye"Lu bukan hanya seorang sahabat. Lu adalah teladan dan segalanya yang ternyata gua butuhkan selama ini."