14. Apologize

5.4K 345 2
                                    

Vote yah:)
<^^>

Maxima heran saat Leonard tiba-tiba membawanya sedikit lebih jauh dari tempat dimana seharusnya Ia pulang. Namun Maxima tak ingin bertanya lebih jauh, Ia hanya membiarkan Leonard.

Mereka berhenti didepan sebuah rumah.

Perlahan, Maxima turun dari mobil setelah mendudukkan makanan yang sudah dibungkus Laura ditangannya dengan baik.

"Rumah ini..."

"Benar. Kita dirumah ini."

Ingin bertanya lebih jauh, namun Leonard telah masuk kedalam rumah akhirnya Maxima hanya bisa mengikutinya.

Walau perabotannya ditutupi dengan banyak kain tapi keadaan rumah ini tampak terawat, tak banyak debu sebagaimana harusnya rumah yang sudah bertahun-tahun ditinggalkan.

"Mommy yang menyuruh orang untuk membersihkannya sesekali. Kalau alasannya, silahkan tanyakan sendiri."

Maxima hanya mengangguk-angguk. Kembali kerumah ini membawa pikirannya ke beberapa tahun yang lalu ketika Ia masih tinggal dirumah ini, bersama pria dihadapannya.

Sesuatu terlintas dipikirkan Maxima, mungkin saja, ini waktu yang tepat untuk melakukannya. Sesuatu yang sejak dulu sering dipikirkannya.

Bagaimana pun, Ia merasa mempunyai kata maaf yang harus diucapkan pada Leonard. Yah, meminta pengampunan atas kecerobodohannya beberapa tahun silam.

Karena sofa dilantai satu semua ditutupi dengan kain dan akan sangat merepotkan untuk membukanya lalu menutupnya kembali, akhirnya Leonard mencari tempat lain untuk berbicara.

Seperti mengerti apa yang dicari oleh Leonard, Maxima kemudian ikut berpikir lalu Ia sesuatu.

"Dilantai dua, apakah masih ada kursi kayu itu?"

"Yah, kurasa_"

Leonard tak melanjutkan ucapannya karena Maxima telah melangkah keatas.

Ditengah tangga Maxima berhenti lalu berbalik dan menatap Leonard yang tampak bengong.

"Ayo. Kita harus cepat. Kakek akan marah jika aku tak dirumah jam 10 nanti."

Dengan degup jantung yang memburu, Leonard mengikuti langkah Maxima.

Ada apa ini? Kenapa Leonard merasa mereka seperti sepasang kekasih yang mencuri-curi waktu untuk berpacaran?

Demi Tuhan mereka suami-istri yang hendak membicarakan perpisahan, atau setidaknya Leonard yang ingin membicarakan perpisahan.

Ah, sialan!

Benar saja, kursi kayu dilantai dua tak ditutupi dengan kain melainkan hanya ditelungkupkan. Keadaannya tak terlalu buruk, hanya perlu sedikit meniup-niup sedikit debu yang menempel.

Maxima baru saja hendak membalikkan kursi itu ketika sepasang tangan menariknya dengan kaku.

Leonard merasa tak dianggap. Enak saja Maxima ingin membalik kursi itu sendirian. Tidak kah wanita itu melihat Leonard ada disana?

Ah, Leonard lupa. Maxima memang tak pernah menganggapnya sejak awal.

Sialan!

"Leonard, aku ingin mengatakan sesuatu."

Leonard sedikit kaget. Bukankah Ia yang harusnya berbicara? Tapi ya sudahlah. Biarkan Maxima berbicara lebih dahulu. Lagi pula, Leonard juga penasaran. Tak pernah ada sejarah dimana Maxima ingin memulai suatu pembicaraan dengannya.

<^^>

Menunduk dan meremas jari- jarinya adalah hal yang dilakukan Maxima saat ini. Sialnya, hal itu malah menggemaskan dimata pria yang duduk di kursi sampingnya.

Let It GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang