20. Can't Do

4.1K 232 7
                                    

Vote yah:)
<^•^>

Dua tahun bukanlah waktu yang singkat. Rebecca selalu berusaha meyakinkan diri jika apa yang diusahakannya dengan kesabaran pasti akan berbuah manis.

Perlahan-lahan, tampaknya keyakinan itu menyisakan kesakitan yang mendalam dihatinya.

Apa sebenarnya yang sudah dilakukannya 2 tahun ini?

Tidak cukupkah selama ini Ia bersabar menanti hasil dari kesabarannya?

Harus berapa lama lagi Rebecca harus bersabar?

Apa yang salah dari perjuangannya selama ini?

Wanita malang itu meremas pelan ponselnya karena panggilannya yang lagi-lagi tak diangkat.

Terhitung sudah 12 hari kekasihnya tak pulang. Rebecca bukannya khawatir berlebihan, Leonard bahkan pernah keluar negeri selama satu bulan dan jarang mengabarinya. Rebecca tidak mempermasahkannya.

Leonard hanya mengirimkan pesan beberapa hari yang lalu jika pria itu sedang mengerjakan sesuatu dan meminta dirinya bersabar.

Tapi kali ini perasaan Rebecca tak lagi tenang. Sempat terpikir untuk mencari Leonard namun Rebecca sama sekali tak berani untuk datang ke rumah orang tuanya.

Laura tak menyukainya berhubungan dengan Leonard. Yah Rebecca bisa mengerti, apalagi status Leonard yang masih suami wanita lain. Namun yang lebih membuatnya tak berani adalah Hugo Bloomberg. Pria itu hanya diam saja saat mereka bertemu, namun tatapan dan aura pria itu membuat Rebecca selalu merasa jika hidupnya terancam.

Namun Rebecca mencintai Leonard. Ia ingin melalui semua resiko itu demi bisa bersama pria yang dicintainya.

Rebecca tahu semua itu salahnya. Mengharap dari seorang laki-laki yang bahkan belum bercerai dari istrinya adalah hal yang salah.

Tapi Rebecca bisa apa saat Leonard lah yang mengatakan jika Ia membutuhkan dirinya. Leonard sama sekali tak menolak saat Rebecca ingin tinggal dengannya di apartemen. Selama Leonard membutuhkannya, Rebecca tak akan menganggap hal lain masalah.

Pintu apartemen terbuka membuat Rebecca segera saja bangkit dari duduknya. Belum juga Leonard muncul diruang tamu, wanita itu sudah menghambur memeluknya.

Hati Leonard meringis melihat penampilan Rebecca. Apa yang terjadi selama beberapa hari ini? Kenapa penampilan Rebecca sangat berantakan.

"Aku merindukanmu. Kenapa tak mengangkat telfonku? Kau membuatku khawatir apa kau sudah ma_"

"Untukmu"
Leonard menyerahkan seikat mawar putih untuk Rebecca.

Rebecca mematung.

"U-untukku?"

Leonard mengangguk pelan menimbulkan ketakutan dalam tatapan Rebecca.

"Kau... kau tidak pernah memberiku bunga selama ini dan aku tidak masalah. Tidak perlu sayang. Cukuplah kau pulang. Ah maaf kuambilkan minum dulu yah kau pasti sangat lelah."

"Tidak perlu Becca. Aku sudah makan dan juga minum, juga tidak lelah. Aku kesini untuk... membicarakan sesuatu yang penting."

Sesuatu yang penting, sesuatu yang penting. Kalimat itu menggema beberapa kali dalam telinga Rebecca.

Leonard meletakkan bunga itu diatas meja karena Rebecca sepertinya enggan menerimanya.

"Duduklah Becca, aku_"

Belum sempat Leo menyelesaikan kalimatnya, Rebecca sudah berlari kekamar meninggalkannya.

Wajah wanita terlihat pias. Rebecca berlari kedalam ruang kerja Leonard lalu mengambil sebuah dokumen dari dalam sebuah laci dan kembali keruang tamu.

Let It GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang