Reihan raudith L, sudah 10 tahun dia memakai nama itu, tinggal bersama seorang nenek tua di rumah kayu sederhana nan juga asri, bocah itu tidak banyak menuntut apapun dia sadar akan keadaanya yang bisa di bilang tidak mampu, mereka berdua bertahan hidup dengan berjualan kue setiap hari, namun sejak Reihan berumur 9 tahun mereka berhenti berjualan karena nenek sudah semakin tua.
Reihan tidak malu, walaupun di sekolahnya dia sering di cemooh karena keadaan ekonomi yang melandanya, dia selalu dengan tegar menerima semua dengan senyum manis, Reihan bersyukur memiliki otak yang jenius dia di terima di sebuah sekolah dasar elit dengan beasiswa full hingga lulus, dia sangat mensyukuri itu dengan otak nya dia tidak perlu mempermasalahkan biaya sekolah yang akan membebani nenek tercintanya.
Namun, dibalik senyum manis itu Reihan selalu merasakan 'sakit', entah rasa sakit apa yang dia rasakan namun hatinya selalu saja merasa sesak akan sesuatu yang bahkan dia sendiri tidak tahu apa yang terjadi, dia tidak mengerti apa yang terjadi.
Saat itu Reihan berumur 5 tahun, dia menangis seharian entah karena apa, neneknya yang sudah tua membawanya kepangkuannya dan mengusap rambut hitam nya dengan lembut.
"Apa yang terjadi? Kenapa cucu ku menangis hm?" Suara lembut khas nenek tua menerobos masuk ke telinga Reihan.
Dengan tangan kecilnya dia mengusap air mata dan juga lendir yang keluar dari hidungnya, berkata "Ndak tau, dada Han Han rasanya sesak sekaliii, kenapa Han Han selalu merasa sesak saat memikirkan orang tua Han Han nek"
Nenek tua itu tersenyum sedu mantap mata bulat yang berlinang air mata, "itu berarti han Han kecil ku sedang merindukan mereka" ujarnya sembari mengusap air mata Reihan.
Reihan memiringkan kepalanya, bertanya "rindu? Apa itu nek kenapa rasanya sakit sekali?".
"Rindu itu Reihan berarti inginn sekali bertemu dengan mereka, Reihan kangen mereka, dan juga ingin merasakan pelukan mereka" ujar sembari memeluk tubuh kecil itu lebih erat.
Reihan menunduk, itu kah rindu? Jadi rasa sakit yang dia rasakan selama ini adalah rindu pada orang tuanya? Lalu bagaimana cara dia mengatasi rasa sakitnya ini.
"Nenek Reihan kan tidak bisa bertemu dengan kedua orang tua Reihan lagi, lalu bagaimana caranya Reihan bisa memeluk mereka?" Ujarnya, dia sedih karena tidak memiliki orang tua.
Reihan yang masih berumur 5 tahun benar benar iri ketika melihat anak lain di gandeng oleh kedua orang tuanya, tertawa bersama, bahkan naik ke pundak sang ayah seakan akan bisa membawa dia terbang dilangit, Reihan selalu membayangkannya betapa menyenangkannya jika itu terjadi pada dirinya juga.
"Reihan masih bisa memeluk mereka, Reihan masih memiliki orang tua namun mungkin mereka belum menemukan Reihan saat ini, nenek yakin mereka akan menemukan mu secepatnya" ujarnya lembut.
Reihan mengerutkan keningnya, "maksud nenek apa?, Reihan bukan cucu kandung nenek??" Tanyanya bingung.
Nenek itu mengusap kening Reihan yang mengerut hingga anak itu tidak mengerut kan keningnya lagi, "tidak baik jika seorang anak kecil sudah memiliki kerutan di keningnya, nanti saat Reihan sudah dewasa dan mengerti nenek akan mengatakan segalanya padamu sayang, sekarang lebih baik bagaimana jika kamu mengatasi rasa rindu mu dulu?" Ujarnya mengalihkan topik pembicaraan.
"Nenek bisa?" Mata kecil itu membulat terkejut karena neneknya mempunyai solusi.
Nenek mengangguk dia menurunkan Reihan di kursi di sebelahnya dan berjalan menuju rak penyimpanan, mengambil sebuah kanvas dengan kotak kecil berisi pewarna tak lupa juga dengan kuasnya.
Itu adalah peninggalan suaminya yang telah meninggal 3 tahun lalu, dulu saat masih muda suaminya suka sekali melukis, tak heran jika di rumah kayu sederhana ini terpajang berbagai lukisan indah di dindingnya.
"Atasi rindu mu dengan ini sayang" ujarnya sembari menaruh barang itu di meja.
"Apa ini?apakah ini bisa di gunakan nek?"
"Media untuk melepaskan rasa rindumu, melukis lah lepaskan semua rasa 'sakit' mu itu dengan berbagai warna" ujarnya sembari tersenyum
Reihan terdiam, dia menatap neneknya "tapi aku tidak bisa melukis" ujarnya sedu.
"Sayang dengarkan nenek, dulu ketika kakek mu masih muda dan baru mengenal apa itu melukis ia juga tidak bisa, lukisannya jelek sekali sampai sampai nenek juga tertawa melihatnya, lalu nenek bertanya 'kenapa kamu mencoba melukis padahal kamu tidak bisa melakukannya' lalu kakekmu menjawab dengan senyum diwajahnya 'melukis membuat hatiku terasa tenang, semua rasa sakitku hilang saat aku mengoles kanvas putih ini dengan cat berwarna warni' nenek hanya bisa menganggukan kepala ketika mendengarnya tapi semakin lama lukisan kakek semakin bagus, lihat lukisan yang terpajang di dinding, itu adalah hasil dari kakekmu, itu adalah semua rasa sakit kakek mu yang berakhir menjadi indah" ujarnya.
Reihan menatap lukisan lukisan yang sangat cantik, dia selalu mengagumi lukisan itu dan dia sangat terkejut bahwa itu adalah hasil dari kakeknya, rasa sakit kakeknya bisa menghasilkan hal indah seperti ini, Reihan benar benar ingin seperti itu!
"Kalau begitu Han Han juga akan mencobanya nek, Han Han akan bisa membuat rasa sakit Han Han menjadi seindah kakek, bahkan lebih indah dari rasa sakit kakek" ujarnya.
Nenek mengangguk dan tersenyum, dia menatap cucunya yang tersenyum manis sambil memegang kanvas di lengan kecilnya, lengan keriputnya mengelus rambut hitam itu sekali lagi.
"Maka lakukan, lakukan apapun yang kamu mau dengan kanvas itu, curahkan rasa sakitmu di dalamnya dan buatlah itu seindah mungkin hm?" Ujar nenek, Reihan mengangguk semangat mendengarnya.
Hingga sekarang Reihan masih melakukan hal itu, dia tahu semua latar belakang dirinya karena nenek nya memberitahunya saat ia berumur 8 tahun, tentang dia di temukan di dekat lorong tempat sampah saat berumur 2 tahun dengan kondisi mengenaskan, jika di pikir-pikir tidak ada anak berumur 2 tahun yang akan bertahan jika mengalami kejadian yang sama dengan nya, namun sepertinya Tuhan masih memberikan kesempatan, hal ini terbukti bahwa ia masih dapat bernafas hingga sekarang.
Reihan tidak mengerti, apakah orang tuanya membuangnya atau bagaimana, namun jika benar benar membuangnya kenapa saat dia di temukan oleh nenek terdapat gelang dengan nama nya dan kalung liontin emas dengan lambang mawar di depan nya dan huruf L di belakangnya sesuai dengan huruf terakhir di namanya, Reihan tidak tau apa arti dari huruf L itu namun Reihan selalu memakai kalung itu dimana pun dan kapanpun.
Dia merasa bahwa jika dia memakai kalung itu, dia akan selalu terhubung dengan keluarganya dimanapun dan kapanpun dia berada, Reihan tidak tau apakah keluarganya mencarinya atau tidak namun dia berharap mereka mencarinya karena Reihan sangat ingin mengetahui alasan keluarganya membuangnya hingga dia dalam kondisi yang mengenaskan dan hampir meninggal.
Dia ingin mengetahui semua alasan, mengapa keluarganya melakukan hal itu padanya....
TBC....
Halo guys setelah semua hal yang terjadi di hidup ku hampir nyerah tapi engga, aku akhirnya memutuskan untuk lanjut cerita ini, tunggguuuu aku mau bilang sesuatu yang sangat buruk untuk kalian yaitu bahwa cerita ini akan berjalan sangat sangat slow update karena aku bertujuan untuk update di karyakarsa hal ini demi mendukung perekonomian ku yang lagi down, karena itu aku harap cerita ini bisa sedikit membantu ah juga kalian ingin kalian bisa bantu aku di trakteer yaa link in bio terima kasih banyak dan aku sangat maaf karena menyampaikan berita buruk ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN ART
RandomReihan selalu melukis, melukis semua 'rasa sakitnya', melukis semua kebingungannya, melepaskannya dengan berbagai warna yang berbeda, dia memulai itu sejak umurnya 5 tahun dimana dia di beri tahu oleh neneknya bahwa ia bisa menggambarkan rasa sakit...