17

7K 956 29
                                    

Happy reading

"Setelah pulang sekolah, tunggu kakak di kelas saja, biarkan kakak menjemputmu paham?" Ujar ruviel.

Ruviel membawa Reihan menuju kelasnya dan berkata pada wali kelasnya bahwa reihan tidak akan mengikuti upacara rutin, ruviel menatap adik kecilnya yang mengangguk.

Dia tersenyum dan mengusap kepala Reihan dengan lembut, "jika begitu kakak akan pergi, belajar dengan benar oke" ujarnya.

Reihan menganggukkan kepalanya sekali lagi, dia tersenyum dengan lembut ketika ruviel menatapnya dan pergi dari hadapannya dengan enggan.

Reihan berbalik dan berjalan menuju bangkunya, dia melepas tas nya dan duduk dengan lengan menahan kepalanya, tatapannya menatap ke arah jendela melihat para siswa yang berbaris di lapangan utama di bawah, dia menghelan nafas pelan.

Ini pertama kalinya Reihan tidak mengikuti upacara rutin, sedikit senang namun jiwanya dilanda kebosanan saat dia menunggu upacara selesai dan kelas dimulai, mata Reihan sedikit tersenyum ketika melihat kakaknya ruviel berjalan menuju gerbang melewati koridor kelas di samping lapangan, dia beruntung kerena memiliki kakak seperti ruviel.

Rasa cinta yang tidak pernah Reihan rasakan sebelumnya membuat dia sedikit bahagia dan juga kebingungan, dia hanya menerima kasih sayang dari nenek dan juga kakeknya walaupun tidak sampai 2 tahun, namun sekarang dia mendapat kan banyak cinta dan kasih sayang baru baru ini.

Hal ini aneh bagi reihan yang hanya memiliki neneknya sebagai seseorang yang menyayangi nya dulu, dia tidak pernah berpikir bahwa akan ada seseorang yang menyayanginya dan sangat menginginkan nya untuk tinggal disana, gagasan untuk berkonstribusi pada kehidupan seseorang dengan berada disana benar benar hal yang asing baginya.

Namun, dengan cepat dia menerimanya, selagi tuhan masih memberikan nikmat padanya mengapa harus dia sia siakan, tentu Reihan akan memanfaatkan ini dengan baik.

Reihan sedikit tersenyum, dia membuka tasnya  untuk mengambil buku untuk mempersiapkan jam pertama, setelahnya Reihan membuka buku untuk mengulas materi terakhir agar dia paham dengan materi lanjutan yang akan datang, dia sudah duduk di bangku kelas lima di pertengahan semester ke dua yang artinya hanya dalam waktu 6 bulan dia akan pergi dari kelas ini, menuju tingkatan baru yang lebih tinggi untuk memulai kehidupan dewasanya.

"Jadi kau tidak mengikuti upacara rutin?"

Sebuah suara membuat Reihan menghentikan gerak lengannya, tubuhnya sedikit menegang ketika melihat remaja yang berdiri di depan pintu, tubuh remaja itu lebih tinggi darinya, dia memakai baju yang sama dengan milik Reihan namun tidak terlihat cocok dengannya sama sekali.

Tubuh dan wajah itu benar benar sudah dewasa, dengan memakai baju seperti itu membuat setiap orang beranggapan bahwa remaja itu bodoh dalam berpakaian.

"Y-ya, a-apa kakak senior memiliki sesuatu yang di butuhkan?" ujarnya gugup.

Remaja didepannya ini adalah kakak kelasnya Rion, Reihan sedikit membencinya karena remaja itu benar benar membuat kehidupan sekolah Reihan seperti di neraka, Reihan ingat dengan jelas ketika kakak kelas nya memukuli dia ketika pulang sekolah disebuah gang sempit dengan alasan Reihan tidak memberikan uang sakunya.

"Aku dengar nenek mu menjual mu pada orang kaya bukan? Ah aku dengar dia juga mati beberapa hari yang lalu" Nada itu sinis membuat Reihan menundukkan kepalanya.

"T-tidak, nenek tidak menjual ku, mereka adalah keluarga kandung ku" jawab Reihan gugup, reihan mengabaikan kata terakhir Rion hatinya sedikit sedih ketika mendengar sebuah kata yang membuat dia ingat kembali pada neneknya.

Kakak kelas itu tertawa kecil, "keluarga kandungmu? Ahh sejak kapan sampah seperti mu memiliki keluarga kandung orang kaya?".

"A-aku bukan sampah aku manusia" sedikit gemetar terdengar di suara Reihan membuat kakak kelasnya tertawa senang.

"Dengarlah nada suara mu yang ketakutan itu, tidak mungkin keluarga kaya mempunyai anak seperti mu, kamu tahu persaingan dalam dunia ekonomi kelas atas itu tidak sesederhana kamu bayangkan, jika kamu kalah maka kamu akan mati" ujarnya, dia berbisik di dekat telinga Reihan di kata terakhirnya membuat lengan Reihan mendingin.

Reihan menunduk, dia mengerti bahwa hidup didunia tidak lah mudah, semakin tinggi kedudukan seseorang maka semakin sulit masalah yang mereka hadapi, kehidupan orang dewasa tidaklah mudah seperti yang dibayangkan, Reihan mengerti dengan sangat jelas ketika dia datang di keluarga barunya, keluarga mereka kaya dan tentu bisnis mereka tersebar dengan luas, juga tidak bisa menghentikan para musuh mereka semakin banyak.

"Lupakan, karena kamu sekarang adalah anak orang kaya jadi uang sakumu bertambah banyak bukan?" Senyum jahat muncul dengan jelas di bibir remaja itu.

Reihan menggelengkan kepalanya, "ti-tidak, keluarga ku tidak memberikan ku uang saku hari ini" ujarnya.

Reihan tidak berbohong, keluarganya tidak memberinya uang saku hari ini, malam sebelum dia masuk sekolah keluarganya mengatakan bahwa semua makanan yang berada di kantin bisa Reihan ambil dengan bebas membuat dia tidak memerlukan uang saku di tambah mommy nya menyiapkan makan siang yang bisa dia makan saat jam istirahat, untuk pulang sekolah dia tidak perlu mengendarai kendaraan umum karena daddynya ataupun kakak kakaknya akan menjemputnya, jika mereka sibuk Reihan bisa datang pada yohalin yang berada di gedung sebelah, alasan itu semakin kuat untuk Reihan tidak memiliki uang saku.

"Berhenti berbohong, kamu tidak akan pernah lupa pada saat kamu duduk dikelas 4 apa yang terjadi pada mu tepat setelah pulang sekolah?" Ujarnya.

Reihan menunduk, dia mengakui bahwa dia tidak akan pernah melupakan hari dimana dia di pukuli, perasaan dipukuli benar benar familiar untuk nya seakan akan bahwa dia telah di pukuli dalam waktu yang lama.

"T-tapi aku bersumpah, hari ini aku tidak memiliki uang saku, aku tidak pernah berbohong padamu setelah hari itu" ujarnya gugup.

Neneknya mengatakan bahwa menjadi seorang laki laki tidak boleh cengeng dan harus memiliki hati yang kuat yang tak akan pernah takut pada orang jahat, namun Reihan benar benar kecewa dengan dirinya sekarang dia berusaha menahan air mata dan hatinya benar benar ketakutan ketika melihat Rion menatap matanya dengan tajam, dia merasa rion berubah menjadi singa yang kejam sementara dia adalah seekor kelinci kecil yang siap untuk di mangsa.

"Aku tidak percaya itu" ujarnya.

Rion mengulurkan lengannya berniat menarik lengan Reihan sebelum bel berbunyi tepat waktu menandakan bahwa upacara telah selesai, Rion menggerutu sekilas dia menatap Reihan dengan tajam sebelum akhirnya keluar pergi meninggalkan Reihan yang tertunduk.

"Terima kasih banyak tuhan" Ujarnya.

Reihan mengulurkan lengan kecilnya pada dada kirinya, dia merasakan jantungnya berdegup kencang, hal ini pernah dia rasakan saat dia berusia 1 tahun tepat pada hari ke 14 dia di temukan oleh neneknya.

Reihan memiliki ingatan masa kecilnya walaupun hanya sebagian, dimana dia di culik dan disiksa sebelum akhirnya di buang dan di temukan oleh neneknya, tubuhnya rusak dan kekurangan gizi yang parah, membuat dia kesulitan berkembang dan juga tumbuh dengan baik, beruntung otaknya bertolak belakang dengan keadaan tubuhnya.

Jika dia berani Reihan ingin sekali mengatakan pada daddynya untuk menemukan pelaku yang menculiknya, menghukum pelakunya dengan cara yang sama seperti yang dia lakukan pada dirinya, tapi Reihan tidak ingin membuka kembali ingatan kelam itu, dia ingin ingatan buruk itu tersimpan rapat di hati dan juga pikirannya tanpa keluar bahkan sehelai benang pun, biarkan waktu yang akan memberikan hukuman pada pria itu, karena dia yakin setiap perbuatan buruk akan selalu mendapatkan balasan cepat atau lambat.

TBC..

Hai, maaf untuk semua para pembaca karena aku telat update, ada 2 alasan yang pertama aku lupa sama cerita ini sangking sibuknya kerja, dan yang kedua badan ku gak terlalu enak belakangan ini, 2 hari yang lalu aku mau coba lanjutin cerita ini kan dan wow waktu buka hp, layar hp ku ngebayang jadi 2, aku gak bisa lanjut dan akhirnya cerita ini terabaikan dan baru pagi ini aku agak mendingan dan bisa selesaikan cerita ini, jadi kesimpulannya mungkin aku akan telat update beberapa chapter Sampai tubuhku sehat seperti sedia kala.

Terima kasih banyak semuanya dan juga aku minta maaf atas ketidaknyamanan kalian dalam membaca cerita ini.

PAIN ARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang