Happy reading
...Ron masuk setelah mendengar bahwa tuan muda kecilnya berhenti menangis keras.
"Ron siapkan pemakaman, katakan pada mama, papa, dan juga Diana untuk datang kepemakaman" ujarnya sembari menepuk pelan punggung Reihan.
Ron mengangguk dia keluar untuk menyiapkan pemakaman, menghubungi keluarga dan juga memberi tahu tetangga di sekitar bahwa akan diadakan pemakaman.
Giovani duduk di samping jenazah nenek Rahma sebelah tangan yang mengusap punggung putranya berpindah menggenggam lembut lengan keriput itu, "terimakasih, terimakasih karena sudah merawat putraku dengan penuh kasih sayang dan juga mendidik anak ku untuk menjadi anak baik, nenek aku tidak akan pernah melupakan jasamu, jika Reihan ku menganggap mu berharga maka aku pun sama, terimakasih banyak atas semua yang telah nenek lakukan selama ini" gumamnya sembari menatap sedu jenazah di depannya.
Reihan kembali menangis kecil setelah mendengar apa yang di katakan daddynya, "Daddy apa nenek sekarang bahagia bisa bertemu kakek?" Tanyanya dia masih menempelkan kepalanya di dada giovani.
"Nenek tentu saja bahagia bisa bertemu kakek"
"Lalu apa nenek bahagia karena meninggalkan Han Han?"
"Nenek sedih karena meninggalkan Han Han, tapi kesedihannya berubah menjadi kebahagiaan karena Han Han sudah menemukan keluarga Han Han yang sebenarnya" ujarnya.
Reihan mengangguk dia menenggelamkan wajahnya dia dada giovani mencari kehangatan yang dia rindukan selama ini, Reihan yakin bahwa dirinya akan bisa menerima kepergian neneknya.
Giovani membawa Reihan keluar meninggalkan kamar nenek ketika beberapa wanita masuk untuk mengurus jenazah sang nenek, Giovani dan Reihan menunggu di ruang tamu melihat orang orang dari tetangga sebelah mulai berdatangan mengucapkan bela sungkawa.
Bersamaan dengan itu Giovani melihat istri dan juga kedua orang tuanya berlari menuju kearahnya.
"Mas!" Pekik Diana kemudian berhenti di depan suaminya melihat tubuh kecil yang berada di gendongan suaminya dengan haru.
"Sayang, bayi kecil mommy" ujar Diana pelan, membuat Reihan yang berlinang air mata menengok melihat kearah perempuan cantik yang menatapnya dengan penuh kasih sayang.
Reihan melihat sekilas kearah Giovani sementara Giovani mengangguk, Reihan menangis dan mengulurkan tangannya ke arah perempuan cantik itu, dengan sigap Diana meraih putranya dan membawanya kedalam pelukannya.
Reihan melingkarkan lengan nya di leher Diana, dia merasakan kehangatan dari seorang ibu dia senang karena dia masih memiliki ibu, namun tetap saja hari ini adalah hari yang paling membuatnya sedih kehilangan neneknya, benar benar menyebalkan.
"Sayangku, putra kecilku, mommy merindukanmu sayang" ujar Diana terharu, dia memeluk putranya erat melepaskan kerinduan yang dia pendam selama 10 tahun.
"M-mommy?" Lirih Reihan kecil.
"Kenapa sayang? Bayi kecil ku merasakan sesuatu??" Ujarnya lembut.
"Hangat, hiks mommy hangat hiks han Han suka pelukan mommy hiks, bisakah Han Han meminta nya kapan saja?" ujarnya, air mata yang Diana tahan mulai mengalir keluar.
"Kamu boleh memeluk mommy sebanyak yang kamu mau sayang kamu tidak perlu meminta izin untuk memeluk mommy, mommy adalah milik mu" ujarnya dia senang karena putranya menerimanya hari itu juga.
Reihan mengangguk kecil, dia melihat seorang wanita dan juga seorang pria yang tersenyum padanya, "siapa?" Lirihnya.
Diana yang mendengar itu menatap putra kecilnya, dia berbalik menatap Fina dan juga Harris, "mereka adalah Oma dan opa mu sayang" ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN ART
RandomReihan selalu melukis, melukis semua 'rasa sakitnya', melukis semua kebingungannya, melepaskannya dengan berbagai warna yang berbeda, dia memulai itu sejak umurnya 5 tahun dimana dia di beri tahu oleh neneknya bahwa ia bisa menggambarkan rasa sakit...