Happy reading
Reihan meregang kan tubuhnya ketika Giovani membuat dia duduk di tempat tidur, lengan kecil nya mengusap pelan mata nya, sementaranya mulutnya terbuka kecil menguap sebagai tanda mengantuk.
"Buka mata mu sayang, kita mandi jika tidak maka mommy akan marah" ujar Giovani sembari duduk di depan Reihan.
Anak itu menganggukan kepalanya dengan lesu, dia meraih pakaiannya bersiap untuk membukanya, namun lengan besar Giovani dengan cepat meraihnya.
"Daddy, Han Han bisa melepas pakaian Han Han sendiri" ujarnya.
"Tidak apa, biarkan Daddy yang melakukannya" senyum timbul di mata Giovani.
"Sungguh Daddy, biarkan Han Han melepas pakaian Han Han sendiri, Daddy sendiri masih memakai kemeja dan belum melepaskannya" ujarnya menatap Giovani.
Giovani tertawa kecil, "baiklah Daddy akan melepas pakaian Daddy sendiri" ujarnya.
Reihan mengangguk kecil dia tersenyum menatap Giovani dan segera melepas pakaiannya, sebelumnya ia telah melilitkan handuk di bagian bawah demi menjaga privasinya yang sangat berharga, Reihan akui dia sekarang sedikit malu walaupun Giovani pernah memandikannya namun tetap saja dia merasakan malu yang hebat saat itu, wajahnya hampir terbakar.
Mata kecilnya membulat ketika Giovani melepas kemejanya dan menampilkan otot perutnya yang berbidang, ia bersumpah bahwa tubuh Daddy benar benar luar biasa, ia benar benar iri, tubuh itu benar benar berbanding jauh dengannya, ketika dia bertubuh pendek maka Giovani akan terlihat tinggi, ketika dia memiliki tubuh yang berisi lemak bayi maka tubuh Giovani akan berisi otot otot yang kuat.
Helanan nafas terdengar darinya, "Han Han benar benar iri pada tubuh Daddy, tubuh Daddy itu tinggi dan berotot pula, Han Han menginginkannya juga" Ujarnya.
Giovani tertawa, dia mengambil Reihan setelah dia melepas melilitkan handuk dan melepaskan celananya, "saat kamu dewasa dan seperti Daddy maka Daddy akan mengizinkanmu untuk memiliki tubuh yang sama" ujarnya.
"Han Han tidak tahu cara nya, kakak ru dan kakak Halin juga seperti Daddy, hanya Han Han yang berbeda, Han Han laki laki jadi Han Han juga ingin mempunyai tubuh seperti itu!" ujarnya.
"Kamu akan memilikinya nanti, hal itu akan terjadi di masa depan ketika kamu sudah siap menghadapi dunia" Ujarnya.
"Tapi mengapa harus memilikinya saat Han Han sudah siap untuk menghadapi dunia? Mengapa tidak sekarang saja? Apa saya Han Han dewasa perang dunia akan terjadi?"
Giovani menurunkan Reihan di lantai kamar mandi, dia mengambil shower dan menyalakan air hangat, menjatuhkan air itu dengan hati hati sehingga tidak mengenai wajah anak itu, "pertama jika kamu memiliki otot saat di usia ini, coba kamu pikirkan bagaimana penampilanmu, wajahmu imut tubuh mu pendek dan penuh dengan otot" ujarnya.
Reihan mengerutkan keningnya berpikir, "uhh mengerikan" ujarnya tubuhnya bergetar merinding.
Giovani tertawa, dia mengusap wajah Reihan dengan air "kedua kamu saat ini masih dalam usia belia sayang, masih banyak yang belum kamu ketahui, Daddy tahu kamu memiliki otak yang sangat berharga namun itu tidak akan berguna jika kamu belum memiliki pengalaman, saat kamu bersama nenek mungkin kamu merasakan kesulitan, namun itu hanya 0,5% dari 100% kesulitan yang ada di dunia, dunia ini lebih kejam dari apa yang kamu bayangkan, orang orang akan terus bersaing seakan tak ada hari esok, mereka akan memperbolehkan segala cara untuk menang dalam persaingan, lalu ini berhubungan dengan mengapa Daddy mengizinkan mu memiliki tubuh seperti Daddy, saat dewasa nanti kesehatan dan kekuatan tubuh adalah hal yang paling utama untuk menghadapi setiap kesulitan, jika kamu sakit maka hukum alam yang akan bertindak untuk menyeleksi mu" ujarnya.
Reihan mengangguk mengerti, "Han Han paham sekarang, terima kasih Daddy, namun tetap saja Han han benar benar iri pada tubuh Daddy!" Ujarnya.
Giovani tertawa, dia menyiramkan air di tubuh Reihan yang kini telah terpenuhi oleh sabun dan mengambilnya dalam pelukan, mereka berjalan menuju minipool bathtub yang telah terisi air hangat dengan aroma lavender lembut yang telah di siapkan Diana.
"Huhh" Reihan menghelan nafas nyaman ketika air hangat beraroma lavender menusuk hidungnya dengan lembut, tubuhnya benar benar relax sekarang, ini benar benar nyaman.
"Daddy?" Lirihnya Reihan tiba tiba.
Giovani menunduk dan menatap Reihan yang ada di pangkuannya, "ada apa sayang?"
"Han Han bertanya tanya kira kira nenek dan kakek sekarang sedang apa? Apa mereka makan makanan lezat si sana? Apa mereka sedang melihat televisi disana?, atau apa mereka sedang bermain kejar kejaran disana? Karena Han Han pernah mendengar ketika seseorang meninggal maka di surga sana mereka akan kembali menjadi muda, menurut Daddy, nenek dan kakek sedang apa?" Tanyanya.
Giovani tersenyum ketika mendengar pertanyaannya Reihan, "Daddy sendiri tidak tahu, akan tetapi Daddy yakin bahwa nenek dan kakek sedang mengawasi dan melindungi mu" ujarnya.
Giovani merasakan tubuh kecil itu menegang, lalu berbalik menatap nya dengan mata bulat dan pipi memerah, "lalu apa nenek dan kakek melihat Han Han telanjang sekarang?" Tanyanya panik.
Giovani mengerutkan keningnya, "mungkin saja?"
"Ughhh, Han Han maluu" ujarnya.
Tubuh anak itu mengecil dengan lengan kecilnya menutupi wajah imut yang memerah itu, Reihan segera bersembunyi di dada bidang Giovani, wajahnya benar benar merah karena malu.
Giovani yang melihat itu menahan tawanya dan mengusap kepala Reihan dengan lembut, Uh dia merasa bahwa kini anak itu memiliki telinga kucing yang sedang menelengkup malu malu dan juga ekor kecil yang melingkar di sekitar tubuhnya yang mungil, benar benar manis, dia rasa jika kondisi mentalnya tidak cukup kuat maka akan ada aliran air berwarna merah yang mengalir dari kedua hidungnya.
"Apa yang membuatmu begitu malu pada nenek dan kakek?, Apa kamu lupa bahwa saat kamu masih kecil kamu sering sekali meminta nenek memandikan mu?"
Reihan menatap Giovani dengan pipi yang memerah, "itu berbeda, saat itu Han Han masih kecil dan tidak tahu apa apa dan sekarang-
"Kamu juga masih kecil, tidak di pungkiri bahwa tinggi mu tidak mencapai pinggang Daddy, bahkan di bandingkan dengan kakak kakak mu kamu masih terlihat kecil ketika berdiri di samping mereka bertiga" ujar Giovani sembari mencubit pelan pipi tembam itu.
"Tetap saja Han han sudah berumur 10 tahun dan sebentar lagi akan segara lulus sekolah" ujarnya.
Giovani tertawa melihat tatapan manis itu, dia menunduk mencium pelan pipi merah Reihan, "lalu mengapa anak berumur 10 tahun ini memiliki tubuh yang kecil di bandingkan teman temannya?"
Mata bulat Reihan berair,"Daddy jahat, ini adalah salah Daddy karena Daddy memiliki tubuh yang begitu tinggi di bandingkan orang lain, bahkan paman Ron harus mendongkak ke atas untuk menatap mata Daddy ketika berbicara" ujarnya.
"Baik baik, ini adalah salah Daddy karena memiliki tubuh yang tinggi, ayo kita selesaikan dan makan malam" ujarnya.
Reihan mengangguk tingkat, dia mengulurkan lengannya pada Giovani yang sudah memakai handuk kimono nya dengan memperlihatkan otot perutnya, pria itu tersenyum lembut ketika melihat lengan kecil itu mengulur ke arahnya, dia melihat pipi tembam Reihan yang memerah, benar benar imut dan manis, yah bibit nya benar benar berkualitas.
Namun tetap saja ketika dia melihat senyum anak itu, jantung Giovani terasa sesak seakan ada sebuah benda menghimpit jantungnya dengan keras, rasa penyesalan karena tidak menemukan nya dengan cepat terus menggerogoti hati nya, walaupun kini anak itu telah berada di dalam pelukannya, hati Giovani benar benar menyesal karena tidak bisa memperbaiki 10 tahun anak itu tanpa orang tua.
"Daddy benar benar menyayangi mu sayang, Daddy benar benar minta maaf" Ujarnya.
"Um tidak masalah, han Han tidak mempersalahkan hal itu, hal yang terpenting adalah Daddy dan mommy ada disini dan menyayangi Han Han dengan tulus, Han Han menyayangi kalian semuaa, kalian adalah keluarga Han Han yang sangat berharga" ujarnya.
TBC..
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN ART
RandomReihan selalu melukis, melukis semua 'rasa sakitnya', melukis semua kebingungannya, melepaskannya dengan berbagai warna yang berbeda, dia memulai itu sejak umurnya 5 tahun dimana dia di beri tahu oleh neneknya bahwa ia bisa menggambarkan rasa sakit...