Happy reading
Giovani tersenyum ketika melihat anak kecilnya berada di gendongan kakaknya, dahi kecil yang putih itu sedikit berkeringat seperti nya karena berkilau ketika cahaya matahari menyorotnya, dia sedikit penasaran ketika melihat anaknya berkicau ria ketika berjalan menuju gerbang, sesekali anak itu mengusap tenggorokannya dengan dramatis membuat Giovani menahan tawa, namun dia mengerutkan keningnya ketika Reihan menunjuk ke arahnya.
Giovani berjalan mendekat, dia berhenti tepat di depan kedua anaknya, "Daddy rasa mulut kecil ini baru saja membicarakan Daddy, benar?" Tebaknya.
Reihan tersenyum, dia menggeleng kecil, "tidak, kami tidak membicarakan Daddy!" Ujarnya.
"Benarkah? Eh Bukankah kamu tadi berkata bahwa Daddy berdiri dibawah payung seperti seorang gadis yang takut kulitnya hitam?" Goda yohalin.
"T-tidak! Han Han tidak!" Ujarnya panik.
"Sudah berani berbohong hm?" Ujar yohalin sembari tersenyum.
"Uhh tidak, Han Han ah lupakan, Daddy tidakkah hari ini sangat panas?" Ujarnya mengalihkan topik dengan cepat menatap Giovani.
Giovani tersenyum, dia mengambil Reihan dari gendongan yohalin dan berjalan menuju mobil, "hmm, lalu?"
"Karena hari ini panas, jadi belikan han Han ice cream yaa, tenggorokan Han Han benar benar kering dan butuh sekali ice cream" ujarnya.
"Mengapa tidak air saja?" Tanya Giovani.
Reihan mengerutkan bibirnya dan bergumam, "air saja tidak bisa menghilangkan dahaga Han Han, jadi belikan ice cream yaa!" Ujarnya.
Giovani terkekeh, dia menganggukkan kepalanya, "baik Daddy akan membelikan mu ice cream, kalau begitu ayo pulang" ujarnya.
"Tidak, Han Han ingin ice cream dulu setelah itu kita akan pulang" ujarnya.
Giovani terkekeh kecil, lalu menganggukan kepalanya dengan tenang, Ron membuka pintu mobil sementara Reihan masuk terlebih dahulu dan di iringi dengan Giovani.
Reihan duduk dengan tenang dalam mobil yang sejuk, dia menatap yohalin yang diam di luar, dia naik menuju pangkuan Giovani menurunkan kaca mobil dan bertanya, "kakak tidak pulang?" Tanyanya pada yohalin.
Yohalin tersenyum kecil, "tidak, masih ada 1 kelas lagi jadi Kakak tidak bisa pulang bersama mu hari ini" ujarnya.
"Lalu apa kakak ingin ice cream?" Tanyanya.
Yohalin menggeleng, " tidak perlu, nikmati saja ice cream mu, bersenang senang lah" ujarnya.
Reihan tersenyum lalu menganggukan kepalanya.
"Kalau begitu kita pergi?" Tanya Giovani.
Reihan menganggukan kepalanya, "tentu kita pergi Daddy, bye bye kakak" ujarnya melambai keluar jendela.
Pipi anak itu memerah mungkin karena efek panas matahari, keringat kecil muncul di keningnya dan bibir kecil berwarna pink itu melengkung seperti bulan sabit membuat tanda Lesung pipi samar, yohalin ikut melambai kecil ketika melihat anak itu melambai.
"Sayang, ayo masuk berbahaya jika kamu mengeluarkan kepalamu seperti itu" ujar Giovani menarik baju belakang Reihan.
Reihan menganggukan kepalanya dia memasukan Kembali kepalanya namun bukanya mundur melainkan berdiri membuat kepala belakangnya terbentuk pembatas jendela atas mobil.
"Ahh!" Reihan memekik kecil dia refleks memegang kepala belakangnya meringis kesakitan membuat Giovani mengusap pelan kepala Reihan.
"Apa terlalu sakit?" Tanya Giovani sedikit khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN ART
RandomReihan selalu melukis, melukis semua 'rasa sakitnya', melukis semua kebingungannya, melepaskannya dengan berbagai warna yang berbeda, dia memulai itu sejak umurnya 5 tahun dimana dia di beri tahu oleh neneknya bahwa ia bisa menggambarkan rasa sakit...