Happy reading
"Mengapa kamu begitu manis, anak kecil?" Ujarnya menatap reihan dengan lekat.
Agren menghelan nafas sekali lagi, sungguh tangannya kini bergetar karena ingin mencubit, memeluk anak itu, bibirnya tidak sabar untuk mencium pipi putih tembam itu, dia benar benar iri dengan yohalin dan keluarganya karena bisa mendapatkan malaikat kecil yang manis seperti reihan.
Dia ingin memilikinya juga, namun tak bisa orang tuanya tidak ada, dia hanya tinggal dengan nenek dan juga kakeknya di desa dari kota C, singkatnya dia adalah anak rantau, dia tidak kaya seperti yohalin, namun dia bersyukur karena memiliki otak pintar, sekarang dia memiliki 2 buah cabang perusahaan di bidang jasa berkat bantuan yohalin.
Tidak besar namun maju, cukup untuk dia bisa berinvestasi di perusahaan milik kakak yohalin, dia cukup dekat dengan keluarga mereka, sebagai perwakilan anak beasiswa jalur prestasi dia sering bertemu dengan keluarga yohalin dan menjalin hubungan baik, namun jujur saja hari ini di benar benar terkejut ketika yohalin mengakui bahwa anak itu adalah adiknya, dia tidak pernah lupa bahwa keluarga Lawrence tidak memiliki anak kecil, akan tepati hari ini sosok manis itu ternyata menjadi keluarga inti Lawrence.
"Hey manis, kakak masih belum mengetahui nama mu, bisa beri tahu kakak?" Tanyanya.
Senyum muncul di bibir agren, ketika melihat anak itu melepaskan susu kotaknya dan melihat kearahnya.
"nama Han Han itu, Reihan Raudith Lawrence, senang bertemu dengan kakak, walaupun Han Han hanya setengah hati memiliki rasa senang untuk kakak, tapi nenek berkata jangan pernah memandang buku dari sampulnya, perkataan kakak sebelumnya mungkin hanya bercanda, karena itu akan Han Han maafkan, tapi lain kali jangan menghina orang, terkadang sebuah perkataan yang di lontarkan lebih menyakitkan daripada sebuah peluru yang menusuk jantung, jika peluru menusuk jantung maka jantung itu akan berhenti saat itu juga dengan rasa sakit yang tentu saja sebentar, namun kata kata hianaan seperti itu akan perlahan menusuk hingga akhirnya menimbulkan rasa stress yang mungkin bisa berujung kematian, kita di paksa untuk menerima itu secara perlahan dan itu benar benar rasa sakit yang tentu tidak sebentar itu juga akan menyiksa mental, singkatnya itu adalah kematian yang mengerikan menurut Han Han jadi perhatian perkataan kakak yaaa" Ujar reihan dengan senyum manis.
Agren terdiam, hatinya benar benar tertusuk ketika mendengar anak itu berbicara, semburat merah di pipinya muncul karena malu mendapatkan kata kata seperti itu dari seorang anak sekolah dasar.
"Umm kakak mengerti, kakak akan memperhatikan setiap kata yang kakak ucapkan, terima kasih banyak anak baik" ujarnya sembari mengusap kepala Reihan yang tertutup topi.
Yohalin diam diam tersenyum, dia senang karena pemikiran adiknya benar benar dewasa, namun dia sedikit merasa sedih ketika pemikiran itu benar benar tidak cocok untuk seorang anak berusia 10 tahun, dia bahkan sudah bisa mengkategorikan kematian seperti itu, Reihan di paksa berpikir dewasa di usia yang begitu muda, dia harus berpikir bagaimana cara hidup di dunia orang dewasa dengan aman dan nyaman, walaupun sesungguhnya dunia orang dewasa itu benar-benar menakutkan dan juga kejam.
Terkadang para orang dewasa sering mengeluh ingin kembali pada masa kanak-kanak yang menyenangkan, bebas dari tekanan yang mengharuskan setiap orang bertahan hidup dengan kekuatannya sendiri, namun Reihan berbeda dimasa kanak-kanaknya dia harus bekerja seperti orang dewasa untuk menyambung hidupnya dengan almarhum nenek dan kakeknya, dia harus menjadi pintar agar dia tidak diremehkan serta bisa mendapatkan beasiswa dan tidak merepotkan neneknya,
Yohalin bisa menebak rutinitas harian Reihan 10 tahun lalu, terlihat dari kepribadiannya yang dewasa namun sedikit manja akhir-akhir ini, dia tidak mempermasalahkan itu jika reihan menjadi anak manja, wajar jika anak berumur 10 tahun yang telah jauh dari keluarganya meminta perhatian.
"Bel akan berbunyi sebentar lagi, ayo kita pergi" ujar yohalin, dia berdiri dan membersihkan kotak makan siang reihan.
Reihan mengangguk, dia menjulurkan lengannya ketika yohalin selesai dengan kotak makan siangnya, yohalin tersenyum dia membawa anak itu dalam gendongannya dan menatap agren singkat.
"Aku pergi dulu" ujarnya.
Agren mengangguk dia melambaikan lengannya ketika Reihan berbalik menatapnya, senyum agren muncul ketika anak manis itu mengintip dari pundak yohalin.
"Sedingin dan sekerasnya balok es suatu hari akan mencair ketika menemukan kehangatan yang cocok untuknya, bahkan salju abadi akan mulai menghilang karena kehangatan" lirih agren ketika melihat yohalin dan anak itu menghilang.
"mengapa jam istirahat sekolah dasar begitu sebentar, aku bahkan belum memainkan pipi tembam berisi itu" keluhnya dia pergi meninggalkan kantin dengan perut kosong.
Menghabiskan waktu dengan anak anak akan membuat dia kenyang sendiri, mungkin dalam hiperbola senyuman anak anak adalah makanan terlezat yang membuat dia kenyang, terlalu berlebihan tapi memang kenyataan.
Reihan menatap yohalin tiba tiba bertanya, "kakak, apa kakak tadi adalah teman kakak?" Tanyanya.
Yohalin menunduk sedikit, dia menganggukan kepalanya, "ya, dia sama seperti mu masuk sekolah dengan beasiswa untuk siswa berprestasi, jangan dengarkan perkataannya dia terkadang menjadi bodoh jika bertemu dengan anak anak" ujarnya.
Reihan terkikik geli, "kakak tidak baik mengatai orang bodoh, bukankah kakak sendiri bilang kakak agren adalah siswa berprestasi?"
"Tentu saja, dia memang berprestasi ini terbukti dia menerima beasiswa dari sekolah dasar hingga universitas, tapi tetap saja ketika seseorang bertemu dengan sosok yang mereka sayangi dia akan menjadi bodoh" ujarnya.
"Lalu apa Han Han akan menjadi bodoh juga?" Tanya nya.
Yohalin mengerutkan keningnya, "mengapa kamu menjadi bodoh?"
Reihan tersenyum, "karena Han Han menyayangi kakak, mommy, Daddy, kakak ru, kakak lesha, Oma dan juga opa, Han Han menyayangi semuanya, lalu akankah Han Han menjadi bodoh?"
Yohalin tersenyum, "tentu saja tidak, bukan dalam artian seperti itu, seseorang akan menjadi bodoh bukan karena menyayangi anggota keluarganya tapi menyayangi dalam artian cinta, mungkin kamu belum paham jadi kakak tidak akan menjelaskan lebih jauh, nanti kamu akan mengerti sendiri saat kamu beranjak dewasa, singkatnya ketika seseorang bertemu dengan cinta sadar tidak sadar mereka akan terobsesi dan hanya mementingkan cinta itu hingga akhirnya melupakan segalanya, pikiran nya hanya akan tertuju pada satu kata hingga dia lupa pada dunia yang sebenarnya dan menjadi bodoh" ujarnya.
"Kejam sekali" lirihnya
Kekehan kecil terdengar pada yohalin, "terdengar kejam tapi jika tidak ada hal itu maka tidak akan ada kamu sayang" Ujarnya.
Reihan memiringkan kepalanya, "eh mengapa bisa seperti itu? Bukankah cinta itu hanya sebuah kata? Lalu mengapa jika tidak ada cinta maka tidak akan ada Han Han?" Ujarnya kebingungan.
Yohalin tertawa, "lupakan itu masih belum saatnya kamu belajar mengenai kata cinta, biarkan hidup yang mengajarkanmu, namun jika kata itu membawamu pada kesalahan maka kakak akan selalu memperbaiki mu, tidak hanya kakak saja tapi semuanya"
Reihan mengangguk kecil, "tentu, Han Han akan menunggu hingga Han Han dewasa jadi kakak tidak perlu terlalu khawatir" ujarnya.
Yohalin tersenyum, dia menurunkan Reihan di depan kelasnya, yohalin berjongkok menyamakan dengan tinggi Reihan, "masuklah, saat bel pulang berbunyi jangan pergi kemanapun, tetap tunggu disini kakak akan menjemputmu" ujarnya.
Reihan menganggukan kepalanya semangat, dia pergi setelah pamit pada yohalin, sementara remaja itu berdiri ketika Reihan duduk dan berjalan dengan enggan menjauhi kelas adiknya.
TBC.
Aku minta maaf semuanya, aku benar benar melewatkan jadwal up, alasannya karena hp ku kena copet Minggu lalu, di tambah aku lupa kata sandi wp ku jadi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan nya, dan terakhir aku harus menulis ulang chapter baru karena chapter itu hilang, benar benar malang nasib kuu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN ART
RandomReihan selalu melukis, melukis semua 'rasa sakitnya', melukis semua kebingungannya, melepaskannya dengan berbagai warna yang berbeda, dia memulai itu sejak umurnya 5 tahun dimana dia di beri tahu oleh neneknya bahwa ia bisa menggambarkan rasa sakit...