Happy reading
...Jam sudah menunjukan jam 2 siang, berarti saatnya Reihan pulang ke rumah, dia berlari dengan cepat karena khawatir akan demam sang nenek, namun pikirannya terpikir pria tinggi tadi, sedikit iri karena pria itu begitu tinggi mungkin hampir mencapai 2 meter berbeda dengannya yang pendek, bahkan tinggi dia jika di bandingkan dengan pria itu hanya sebatas paha nya saja bahkan tidak sampai pertengahan paha.
"Tak apa Han Han masih dalam masa pertumbuhan" ujarnya menyemangati dirinya sendiri.
Menempuh jarak sekitar beberapa meter, Han Han sampai di rumah sekitar 25 menit, dia segera melepas sepatunya meletakkannya dengan rapih di rak sepatu, lalu masuk kedalam melepas seragamnya dan menggantungnya supaya tidak berantakan, dia berlari menuju kamar neneknya, melihat bahwa neneknya sedang tertidur membuat hatinya tenang, dia berjalan perlahan dan meletakkan tangan kecil itu di dahi sang nenek.
"Sudah turun, syukurlah" lirihnya
Sang nenek membuka matanya dan melihat cucunya yang sudah pulang, "kapan kamu sampai sayang?" Tanya nya lemah.
"Baru saja nek, nenek istirahat saja ya Han Han mau masak dulu lapar hehe, oh iya nenek sudah makan?" Tanya nya.
Nenek mengangguk, "sudah nenek sudah makan bubur buatan Han Han tadi, kamu membuat banyak bubur ?" Tanyanya
Reihan mengangguk, lalu menggeleng "tidak aku hanya membuat dua porsi untuk nenek makan, kalau begitu aku ke dapur ya nenek tidur saja lagi" ujarnya.
Nenek mengangguk dan tertidur Reihan tersenyum dia berjalan menuju kebun belakang dan mengambil sayuran secukupnya untuk dia makan dan mulai memasaknya.
Sementara di lain tempat.
"Ron bagaimana sudah dapat??"
"Sudah tuan, saya sudah mengirimkan datanya, silahkan di periksa" ujarnya.
Pria itu terkekeh kecil, lalu menyuruh Ron keluar dia membuka ponselnya dan melihat data yang di kirimkan Ron, tersenyum lebar ketika dia melihat data itu.
"Yatim piatu huh? Ron tak tau diri apa dia menganggap ku dan istriku sudah mati?" Ujarnya.
Pria itu memutar kursinya membelakangi pintu dan menatap jendela yang menampilkan pemandangan gedung tinggi, "akhirnya 10 tahun, aku berhasil menemukanmu bayi kecil ku, tunggu Daddy sayang" gumamnya.
Dia beralih menelpon seseorang dengan raut wajah senang.
"Halo pah baby ketemu, aku tidak menyangka bahwa selama ini dia ada di sekolah yang aku dirikan" ujarnya senang.
"Lalu dimana dia sekarang?!!"
"Mungkin masih bersama orang tua angkatnya, aku akan menjemputnya sesegera mungkin" ujarnya.
"Tapi apa kamu yakin itu dia benar benar baby Rei?"
"Tentu, dia memakai kalung yang hanya ada untuk keluarga Lawrence, papa tau sendiri kalung itu hanya di khususkan untuk kita tidak seorang di dunia ini yang memiliki kalung seperti itu bahkan sangat sulit menirunya karena bentuk mawarnya yang sulit, ah dia juga menyebut dirinya Han Han sekarang, benar benar imut, dia benar benar malaikatku tak salah lagi" ujarnya.
"Baik jika kamu yakin lakukan tes DNA"
"Tentu, kalau begitu sampai jumpa aku akan beri tahu Diana, dia akan sangat sangat bahagia jika bayi kecilnya kembali kepelukanya"
"Baik lakukan secepatnya, papa tidak sabar untuk bertemu dengannya"
"Aku mengerti, sampai jumpa nanti" ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN ART
RandomReihan selalu melukis, melukis semua 'rasa sakitnya', melukis semua kebingungannya, melepaskannya dengan berbagai warna yang berbeda, dia memulai itu sejak umurnya 5 tahun dimana dia di beri tahu oleh neneknya bahwa ia bisa menggambarkan rasa sakit...