Happy reading...
Reihan membuka matanya ketika mendengar burung mulai bercicit ria, dia menatap samping kanannya dan melihat bahwa Diana sudah tidak ada sementara Giovani masih tertidur dengan lengan memeluknya, semalam sebelum tidur Giovani membawa Reihan menuju kamarnya dan Diana untuk tidur dengannya, ia awalnya menolak namun melihat mommynya yang memasang raut sedih dengan cepat dia merubah jawabannya.
"Daddy bangun, ini sudah pagi Han Han ingin bersiap untuk berangkat sekolah" ujarnya sembari menggoyang lengan Giovani.
Giovani membuka matanya pelan dan melirik jam di kamarnya, detik berikutnya ia menutup matanya dan memeluk Reihan lagi mengabaikan Omelan dari si kecil.
"Daddy, ayo bangun! Han Han tidak ingin terlambat!".
"Ini masih jam 06.30 bayi kecilku, masih ada waktu 1 jam 30 menit lagi untuk berangkat sekolah" ujarnya lesu.
Reihan kesal dia mencubit hidung Giovani dan juga menutup mulutnya, membuka Giovani membuka matanya karena tidak bisa bernafas, dengan cepat dia menyingkirkan lengan kecil itu dan membawa Reihan dalam pangkuannya.
"Jangan melakukan hal itu lagi sayang, itu menyakitkan" ujarnya.
Reihan tersenyum lembut, "kalau begitu ayo bersiap dan sarapan" ujarnya.
"Tapi ini masih dingin sayang"
"Tidak, kita bisa mandi air hangat Daddy"
"Tapi Daddy malas" Giovani sedikit merengek membuat Reihan memandangnya dengan aneh.
"Daddy, tidak cocok menggunakan ekspresi seperti itu" ucapan Reihan menohok Giovani.
Giovani menghelan nafas pasrah, lalu berkata "baiklah ayo kita mandi".
Reihan mengangguk semangat, dia mengalungkan lengannya di bahu Giovani yang sedang menggendongnya, mereka berdua pergi menuju kamar mandi untuk bersiap.
Mandi Mereka tidak memakan waktu lama ini terbukti tepat 10 menit kemudian mereka keluar dari kamar mandi, Reihan yang berada di gendongan Giovani di bungkus dengan handuk yang hanya menyisakan wajah dan juga kakinya.
Giovani masuk menuju walk in closet dan membuat Reihan duduk di kursi yang ada di ruangan itu, Giovani dengan cepat memilih seluruh pakaian yang akan dia pakai dan memakainya dengan cepat, dia tidak mau anaknya menunggu dia terlalu lama.
"Kemari sayang" ujar Giovani.
Reihan yang melihat gerakan tangan mengajak Giovani segera berlari kecil, dia tidak bisa menggerakkan tangannya karena itu tertutup oleh handuk, Giovani yang melihat Reihan berlari kecil sedikit menahan tawa karena dia merasa melihat kurcaci yang sedang berlari.
"Kenapa Daddy tertawa?" Tanyanya.
Giovani menggeleng pelan, dia duduk di karpet berbulu untuk menyesuaikan tingginya dnegan Reihan, dengan cepat melepas handuknya.
Giovani mengambil minyak kayu putih dan baby powder di meja rias milik diana, dia tahu bahwa Diana sering menyimpan perlengkapan bayi di meja riasnya saat Reihan menghilang, dia berkata agar dia bisa merasakan keberadaan Reihan di rumah ini.
"Daddy kenapa Daddy melamun?" Tanya Reihan yang melihat Giovani termenung melihat minyak kayu putih dan baby powder itu.
Giovani menggeleng dan tersenyum, dia berjalan menuju Reihan setelah mengambil seragam Reihan yang tersimpan di lemari.
"Tidak ada, ayo kamu harus memakai baju mu tidak jika akan ada angin yang masuk dalam tubuhmu" ujarnya sedikit menggoda Reihan.
"Berhenti menggoda Han Han Daddy" ujarnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN ART
RandomReihan selalu melukis, melukis semua 'rasa sakitnya', melukis semua kebingungannya, melepaskannya dengan berbagai warna yang berbeda, dia memulai itu sejak umurnya 5 tahun dimana dia di beri tahu oleh neneknya bahwa ia bisa menggambarkan rasa sakit...