4💫

3.2K 226 1
                                    

Asti terjebak hujan di rumah neneknya. Dia berkunjung ke sana, nenek memintanya tinggal karena hujan turun sangat lebat. Asti tinggal dengan nenek dan kakek sejak kecil karena orang tuanya sudah tiada.

Dia juga anak tunggal di keluarganya jadi tak heran bila ia mandiri.

"kau menginap saja Asti, hujannya semakin deras." saran nenek buat Asti menoleh. Asti mengulas senyum hangat pada nenek, "sepertinya begitu nek."

"apa kau sudah izin pada suamimu?" tanya kakek.

Asti menggeleng, "dia tak akan mencari ku kek, lagi pula dia selalu mengabaikan ku." jawabnya malas.

Dering ponsel mengalihakan etensi mereka bertiga, Asti mengambilnya melihat siapa yang menelpon. "Bibi Mey?" gumamnya heran.

'hallo Bi?'

'...'

'baiklah Bi, aku usahakan cepat pulang.'

Asti mematikan sambungan kemudian menatap sendu nenek, "maaf nek, aku tak bisa menginap kali ini." ucap Asti sendu.

"kenapa?" tanya kakek dan nenek bersamaan.

"Bibi Mey mengatakan bila Zion pulang dan mencari ku." jawabnya jujur. "kalau begitu pulang lah. Mumpung hujannya mereda" suruh kakek.

Asti bangkit dan meminta diantarkan oleh supir pribadi kakeknya. Jalanan lenggang memudahkan dirinya untuk cepat sampai.

Saat pulang ia langsung di sambut dengan wajah cemas Bibi Mey, "nyonya, tuan pulang dalam keadaan basah kuyup dan tak mau ganti pakaian sebelum anda datang." ucap Bibi Mey panik.

Asti ikut panik, ia segera berlari ke arah kamar utama. Saat ia masuk langsung mencari keberadaan Zion.

Suara gemericik air buat ia menoleh ke arah kamar mandi, apa dia mandi? Atau apa? Kenapa pintunya dibuka?_ucapnya heran.

Tanpa menunggu lama lagi ia segera masuk ke kamar mandi dan melihat Zion tengah berdiri di bawah guyuran shower. "astaga, apa yang kau lakukan!" pekiknya kaget.

Ia segera menarik Zion dari sana karena wajahnya sudah sangat pucat. "d-dari mana k-kau?" tanya Zion gemetar ke dinginan.

"aku dari rumah nenek." jawab Asti sembari menarik Zion ke walk in closet. "ganti pakaian mu dulu, ku tunggu di luar." titahnya lembut.

Asti keluar kamar mencari para maid, "hei Doli!"

"iya nyonya?" sahut Doli sopan.

"kau beritaukan pada Bibi Mey untuk menyiapkan kompresan dan jangan lupa buatkan bubur. Eum... Dan panggil dokter juga setelah hujan reda." perintah Asti buat Doli ikut cemas.

Ia segera melaksanakannya ssmentara Asti kembali ke kamar. Tak ada di kamar! Apa masih di walk in closet?

Asti segera mengeceknya dan ternyata benar, Asti menarik Zion perlahan menuju kasur. Ia mendudukannya di tepi ranjang kemudian segera menyambar handuk untuk mengeringkan rambut Zion. "kenapa kau malah mengguyur diri kala hujan huh!?" omel Asti sambil mengeringkan rambut Zion.

Zion mengulas senyum hangat menatap Asti.

Tok tok tok

"nyonya dokternya sudah datang." ucap Laila dari luar.

"ya sebentar." sahut Asti.

"diam di sini." perintahnya pada Zion kemudian pergi meletakan handuk ke tempatnya, ia segera menuju pintu dan benar ternyata sudah ada Bibi Mey beserta seorang dokter. "mari masuk," ajak Asti.

Dokter Arsen segera memeriksa Zion sementara Bibi Mey meletakan bubur dan air kompresan di nakas. "suami mu hanya demam, dia hanya butuh istirahat yang cukup dan usahakan kau selalu berada di sisinya." Asti mengangguk mengerti.

Bibi Mey keluar bersama dokter meninggalkan Asti dan Zion di kamar. Zion masih setia menatap Asti yang handak mengambil bubur. Kegiatan Asti terhenti, ia menatap serius Zion yang bersandar di kepala ranjang. "kenapa kau mengguyur diri saat tubuh mu saja sudah basah kuyup. Apa kau gila tuan?" kesal Asti menatap marah Zion.

"aku ingin kau memperhatikan ku lagi," lirih Zion masih bisa Asti dengar.

Asti terdiam. Tak habis pikir dengan jalan pikiran Zion. "karena itu kau melakukan hal koyol?" tanya Asti geram dijawab anggukan.

"Are you creazy Mr. Artchi?" tanyanya masih tak percaya dengan apa yang Zion lakukan.

"i am creazy because you" jawab Zion.

Asti bangkit dari posisinya buat Zion tiba tiba gelisah, "mau kemana?" tanya Zion mulai panik. Kenapa ia selalu takut bila Asti tiba tiba diam dan pergi?

"ganti baju" singkat Asti pergi ke kamar mandi.

"sebenarnya dia kenapa? Aneh! Saat aku perhatian dia mengabaikan ku tapi saat aku berhenti memperhatikannya dia mulai mencari perhatian ku dengan cara konyol." gerutu Asti sambil membasuh wajahnya.

"sayang"

Asti berhenti membasuh wajah saat mendengar suara Zion. "Asti" panggil Zion lagi.

Asti segera keluar kamar mandi menghampiri Zion, "kenapa?" tanya Asti sedikit panik.

Meski marah ia tetap saja cemas, "dingin." keluh Zion.

"makan dulu lalu minum obat ya" suruh Asti.

Zion menggeleng, "mulut ku terasa pahit bila menelan makanan." keluhnya lagi.

Asti menggeleng, "e'eum... meski begitu kau harus tetap makan."

"suapi ya." pinta Zion dengan wajah memelas. "tentu." jawaban Asti buat senyum Zion mengembang.

Senyum yang jarang Zion nampakan, ia harap Asti terpesona namun ternyata tidak sama sekali. "buka mulut mu" titah Asti.

Zion menerima setiap suapan dengan senang hati, selesai makan Asti menyodorkan obat pada Zion. "harus minum obat ya?" tanya Zion dengan mata berbinar karena air mata. Ia paling tak suka minum obat.

Asti mengangguk sebagai jawaban. Dengan terpaksa Zion meminum obat tersebut.

Asti membantu Zion membaringkan tubuhnya di kasur kemudian ia mengopresnya. "istirahatlah." suruh Asti lembut.

"kau mau kemana lagi? Temani aku." ujar Zion kesal melihat Asti yang akan pergi dari sisinya.

Asti menoleh dengan satu alis terangkat, "nanti. Aku ingin membereskan ini dul--"

"tidak! Temani aku di sini!" sentak Zion kesal. "kenapa harus di temani?" tanya Asti datar buat Zion merasa sedih.

Entah kenapa ia jadi sangat sensitive akhir akhir ini, "temani aku tidur, ku mohon." pintanya dengan mata berkaca kaca. Asti menghela nafas kasar kemudian kembali duduk di tepi ranjang. "baiklah aku temani." pasrahnya.

Zion langsung menarik Asti agar berbaring. "dingin" ucapnya pelan.

"lalu?" Zion mencembikan bibir mendengar jawaban Asti. Kenapa Asti tak peka?

"apa yang kau lakukan?" ujar Asti terkejut karena Zion memeluknya dan menyembunyikan wajahnya di curuk lehernya. "aku kedinginan seharusnya kau menghangatkan ku dengan pelukan." rajuk Zion.

"owh begitu... aku kira kau kebal dengan hawa dingin karena sifat mu yang dingin itu." tutur Asti dengan polosnya.

"ini juga kali pertama kau sakit. Sepertinya?!" lanjutnya terdengar bingung.

"tak ada hubungannya antara sifat dingin ku dengan kebal terhadap hawa dingin." kesal Zion mengeratkan pelukannya pada Asti. "dan aku memang jarang sakit."

"tidurlah" titah Asti lembut tanpa membalas pelukan Zion. Zion mengeratkan pelukannya lagi buat Asti mengerti bila Zion sedang mode on... Manja.

Asti membalas pelukan Zion sambil mengusap pelan punggungnya. Zion mulai terlelap sambil bergumam.

"jangan abaikan aku" ucap Zion pelan. Sangat pelan hampir seperti bisikan.

•••

'Haus perhatian' [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang