5💫

3.3K 221 1
                                    

Zion tersenyum kecil mengingat kejadian kemarin sore.

Dimana Asti mengkhawatirkannya dan memperhatikannya. Wajah Asti terus saja memenuhi pikirannya buat dirinya tak fokus bekerja. Ia melihat jam ternyata masih jam 2 siang.

masih terlalu awal untuk pulang. Ia menekan tombol yang langsung terhubung ke telpon sekertarisnya. "kosongkan jadwal saya untuk hari ini." perintahnya segera mengakhiri panggilan.

Ia bergegas pulang untuk menemui istrinya. Kenapa tak bertemu beberapa jam saja rasanya seperti tak bertemu untuk waktu yang lama? Ia sangat rindu Asti. Tak butuh waktu lama untuk sampai karena ia mengendarai mobil dengan santai membelah jalanan bak kilat.

"dimana Asti?" tanyanya pada salah satu pelayan. "di kamar tuan. Sehabis makan siang, nyonya langsung ke kamar."

Zion mengangguk kemudian pergi ke kamar.

Sementara Asti ia sibuk memandang ke arah luar sembari berbincang dengan temannya di telpon.

'ya kau benar, sepertinya bercerai adalah pilihan tepat untuk saat ini.'

Deg.

Zion membeku mendengar ucapan Asti di telpon. Apa yang Asti katakan? Apakah Asti ingin berpisah dengannya? Apa dia sudah tak tahan dengannya? Apa dia... dia menemukan seseorang yang baru?

Banyak pertanyaan yang seketika muncul di benaknya. Dengan langkah pelan ia mendekati Asti.

'sedih? Kenapa dia harus sedih setelah apa yang dia lakukan?'

Perkataan Asti semakin buat Zion yakin bila Asti ingin berpisah darinya. Dengan gerakan lambat ia memeluk Asti dari belakang menumpukan kepalanya di bahu Asti buat sang empu terkejut.

'sudah dulu ya.'

Asti mematikan telpon kemudian berbalik menghadap Zion. "kau sudah pulang?" tanyanya heran. Ini kali kedua Zion pulang cepat. Setelah sembuh ia langsung pergi ke kantor dan pasti akan pulang cepat.

"aku tak ingin berpisah dari mu" ucap Zion tanpa sadar air matanya jatuh.

Pertama kalinya seorang Artchi Ziondra menitihkan air mata karena seorang gadis.

Asti mengerutkan dahi tanda tak mengerti. "maksud mu?"

Zion menggeleng pelan kemudian memeluk Asti. "aku tak ingin bercerai dengan mu." ucap Zion teredam dalam pelukan.

Apa dia mendengar ucapan ku di telpon?_batinya bertanya.

"sepertinya kau salah paham. Apa kau mendengar pembicaraan ku di telpon?" ucap Asti sembari menangkup kedua pipi Zion. Zion mengangguk sebagai jawaban lantas ia memeluk Asti dengan erat.

"aku tadi mengobrol dengan Belinda dan membicarakan tentang kembarannya Melinda yang akan bercerai dengan suaminya." jelasnya buat Zion melepas pelukannya.

"jadi kau bukan membicarakan tentang keinginan mu untuk bercerai dengan ku?" Asti menggeleng dengan senyum simpul ia perlihatkan. "aku sudah takut bila ternyata kau ingin berpisah dari ku, aku tak ingin itu terjadi." tutur Zion kembali memeluk Asti.

"sudah lah." ucap Asti cuek mengurai pelukan. Zion menggeleng sembari menarik Asti kembali dalam pelukannya. "aku masih merindukan mu." ucap Zion serak.

"ganti pakaian mu dulu jika kau memang tak kembali ke kantor." saran Asti berusaha lepas dari pelukan.

"eum baiklah... gantiin kalo begitu." ucap Zion menggerlingkan mata buat Asti melotot kaget. "apa!?"

"gantiin pakaian ku."

Pukulan Asti layangkan pada lengan Zion, "ternyata kau juga bisa mesum." geram Asti buat Zion terkekeh.

.

.

.

.

Asti menghela nafas panjang untuk kesekian kalinya. Ia minta pendapat Bibi Mey tentang Zion dan jawabannya sedikit masuk akal.

Ia bertanya kenapa sikap Zion berubah drastis dan Bibi Mey menjawab bila Zion haus perhatian.

Bibi menjelaskan bila selama 2 tahun ini ia selalu memperhatikan Zion dan tiba tiba perhatian itu lenyap buat Zion menyadari sesuatu. Zion menyadari bila ia mulai ada perasaan dengannya dan takut kehilangan nya.

Bibi juga mewanti wanti bila Zion pasti akan bersifat posesif nantinya. Bibi tak asal bicara, Bibi mengatakan semua itu karena tau sifat Zion sejak kecil karena ia lah yang merawat dan memperhatikannya. Bila Zion memiliki sesuatu yang ia anggap sangat berharga dan ia anggap segalanya maka tak akan ia biarkan orang lain merebutnya bahkan meliriknya sekali pun.

Grep.

Lamunannya buyar kala ada tangan yang memeluknya tiba tiba, siapa lagi jika bukan Zion. "apa cerita novel itu lebih menarik dari pada aku?" tanya Zion dengan mata yang menggercap lucu.

"ya, sangat menarik." jawabnya tanpa menghiraukan Zion. "eumm... begitu ya, maka akan ku bakar novel mu."

Asti terkejut mendapati respon tak terduga Zion. Apa Zion cemburu pada novel?

Tangan Zion terulur untuk merebut novel yang ada di tangannya namun tak berhasil, "enggak, enggak, enggak. Jangan bakar novel ku. Ini aku udah selesai kok" ucapnya sembari melempar novel tadi ke rak buku yang ada di kamar mereka. Dan lemparannya sangat bagus karena langsung masuk barisan buku yang berjajar rapi.

Asti menarik Zion agar kembali ke tempatnya dan jauh dari novel novelnya. Siapa yang rela bila novel kesayangnya di bakar? Asti rasa bila para penikmat bacaan novel pasti akan histeris bila melihat novelnya di bakar.

"aku tak suka bila kau lebih tertarik pada cerita novel itu dari pada memperhatikan aku." rajuk Zion segera memeluk Asti. Tanpa ragu lagi Asti membalas pelukan Zion. Dari pada novelnya di bakar mending ia memperhatikan Zion.

"iyaiya, tapi jangan kau bakar novel itu."

"aku akan membakarnya bila terulang lagi." kekeuh Zion mengeratkan pelukannya. Asti menghela nafas kasar. Selain dingin, Asti menyadari beberapa sifat Zion yaitu pemaksa, keras kepala, pencemburu, posesif dan sedikit manja.

"tidur ya?" Zion menggeleng. "aku belum mengantuk, pekerjaan ku selesai dan aku ingin bermanja manja dengan mu tapi kau malah fokus membaca."

Asti mengusap perlahan surai hitam Zion berharap Zion akan mengantuk dan tidur. Ia tak akan sanggup menghadapi Zion yang cerewet dan berakhir banyak peraturan yang ia buat untuknya.

"Asti."

"hm?"

Zion melepas pelukannya kemudian menatap Asti lekat, "kenapa?"

"i need... nightkiss."

Mata Asti membola sempurna, apa? Nightkiss? "no." Asti menggeleng kuat.

Zion menatap Asti dengan mata berkaca kaca. "pleaseee..." mohon Zion.

"sekali aja loh." pinta Zion menelusupkan wajahnya di curuk leher Asti. "hanya sekali?" tanyanya dijawab anggukan.

Asti menegapkan tubuh Zion kemudian mencium kilat sudut bibir Zion.

Zion tersenyum. Tak apa jika hanya sudut bibirnya yang dicium. Lambat laun ia akan mendapatkan semua yang ia ingin kan dari Asti. "tidur ya?"

Zion mengangguk setuju. "aku mau di puk puk." satu alis Asti terangkat. Menatap tak percaya ke arah Zion. "emang kau bayi?"

"pokoknya aku mau di puk puk sampe tidur kalo gak mau aku bakal cium kamu sampe bengkak bibirnya." ancam Zion menyorot tak suka. "dih! Nganceman." cibir Asti.

Akhirnya dengan enggan Asti melakukan apa yang Zion mau. Zion sendiri tersenyum senang dalam pelukan Asti, sampai akhirnya mereka tidur dengan keadaan berpelukan.

•••

'Haus perhatian' [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang