30. Aini

57 4 4
                                    

"Arsy? apa maksud Arsy tanya pilih Arsy atau Aldi?"

"Ngga ada."

"Ish. Trus kenapa kita naik taksi? kita mau kemana?"

"Ambil mobil gue."

"Dimana?"

"Sekolah."

"Emang tadi Arsy ke cafe naik apa? Kenapa bawa Ara pergi ninggalin Aldi buat ambil mobil Arsy? Kenapa muka Arsy bete? Kenapa Kita-"

"Bisa diem nggasih!"

Sedetik kemudian Ara terbungkam dengan rasa penasaran yang masih bergejolak di pikirannya. Ini aneh, Ara tak bisa berpikir.

Selama perjalanan Ara hanya diam melamun. Karna larut dengan pikirannya, Ara tidak sadar mereka telah tiba di depan sekolah.

"Woi cepetan turun," teriak Arsy menyadarkan Ara.

"E-eh i-iya."

Ara berjalan mengikuti Arsy menuju ke tempat parkir sekolah.

Arsy geram karena Ara berjalan sangat lambat, ia berbalik dan menarik tangan Ara agar lebih cepat.

Arsy membuka pintu mobil penumpang dan menyuruh Ara masuk.

"Arsy kita mau kemana?"

"Makam."

---

TPU Jeruk Purut.

Ya, sekarang mereka, Ara dan Arsy telah berada di depan palang yang bertulisan TPU Jeruk Purut.

"Kita mau ke makam siapa, Arsy?"

Arsy menghela nafas panjang dan tersenyum ke arah Ara.

"Kita kesana dulu ya."

Ara balik tersenyum dan mengangguk mengiyakan.

Arsy membuka bagasi mobil mengambil sebuket bunga dan segera berjalan ke makam yang ia tuju.

"Aini?" Ara membaca batu nisan di depannya. Ia menatap bingung kearah Arsy seolah bertanya 'Siapa?'

Arsy berjongkok yang diikuti oleh Ara. Ia menaruh bunga di dekat batu nisan yang bertulisan Aini tersebut.

"Halo Bu, sudah lama Arsy ngga kesini ya, kenalin Bu ini Ara, teman Arsy."

"Bu?" tanya Ara bingung.

"Iya, ini makam ibu gue, Aini," sahut Arsy tanpa menoleh.

"Lo adalah teman kedua setelah Bella yang gue bawa ke makam ibu," ucapnya lagi.

"Terus bunda?"

"Itu ibu tiri gue."

Ara masih mencerna setiap perkataan  Arsy, ia bingung sekaligus kaget. Apa dia sedekat ini dengan Arsy? dan kenapa Ara baru tau kalo ternyata ibu kandung Arsy sudah meninggal?

"Oh, maaf."

Hening. Sekitar 15 menit mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Arsy."

"Hmm," tanpa menoleh Arsy menjawab.

"Makasih ya."

"Buat?"

"Udah ajak Ara ke makam ibu Arsy."

"Iya."

"Ara berharap kita selalu jadi teman dekat seperti ini ya," Ara tersenyum penuh arti.

Arsy berbalik menghadap Ara dan tersenyum manis, senyum yang jarang sekali Ara lihat tapi membuat candu.

"Kalo bisa lebih dari teman kenapa engga."

ArsyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang