4. Dasi

580 34 4
                                    

Happy reading.

---

From : kak Bella
Ra, gue kasih kontak Arsy nih.

Ara dibuat bingung karena pesan singkat Bella. Apa maksud dari pesan singkat itu? Untuk apa kontak Arsy? Tak berfikir lebih lanjut Ara membalas pesan singkat itu, Ara membutuhkan penjelasan.

To : kak Bella
Hah? Buat apa kak?

Beberapa detik setelah Ara mengirim pesan itu, Bella langsung membacanya dan membalas.

From : kak Bella
Siapa tau lo butuh, udah chat aja, gausah gengsi dia teman baik kok.

Apa maksudnya? Buat apa kontak Arsy?. Batin Ara bingung.

Ara menimbang-nimbang, haruskah iya menuruti kak Bella untuk memberi pesan kepada Arsy. Ara bingung sendiri. Kedatangan Bella yang aneh membuatnya pusing, dari kabar bahwa Aldi bukan cowok baik dan tiba-tiba memberikan kontak Arsy.

Entahlah Ara akan memikirkannya nanti, ia memilih tidur saja karena jam sudah menunjukan pukul 22.00

---

Back to school.
Ara menyalin tugas Kayra yang belum ia kerjakan semalam. Ara merutuki dirinya mengapa ia lupa bahwa ada tugas, untung saja Kayra mengerjakannya. Tumben Kayra mengerjakan biasanya juga tugas Ara yang disalin Kayra.

Setelah selesai menyalin tugas Kayra, Ara kembali merutuki dirinya karena lupa membawa dasi. Bagaimana jika ada razia? Ara tidak ingin dihukum ditengah lapangan bersama terik matahari. Ara takut itu terjadi.

"Kayraaa! A.. ara lupa bawa dasi gimana ini? Ara takut dihukum, Ara nggamau!" Heboh Ara kewalahan mencari dasi yang mungkin saja ada di kolong meja, entah meja siapa saja yang telah ia cari tapi belum menemukannya satu dasipun.

Ara berlari keluar kelas. Tak peduli Kayra yang mengumpatinya. Ara tetap berlari. Tiba tiba..

Bugh!

Tatapan itu datar. Menatap malas kehebohan Ara. "Ma.. maaf Ara ngga sengaja" Ara menunduk takut.

Tak ada jawaban. Ara memutuskan untuk berlari lagi, namun tiba tiba tangannya dicekal. Ara membeku.

"A.. ada apa?" Ucap Ara terbata tak berani menatap cowok itu.

"Kenapa?" Nada bicaranya sangat datar.

"A.. apanya?"

"Kenapa heboh?"

"I..itu dasi A..ara ketinggalan, Ara mau cari dasi, takut dihukum" Ara gugup

Tiba-tiba cowok itu melepas dasinya dan menyerahkannya pada Ara.

"A.. apa?"

"Pake aja. " ucap cowok itu lalu berlalu meninggalkan Ara yang melongo.

Bel masuk menyadarkan Ara. Ara langsung berlari kembali ke kelas, bahkan lupa mengucapkan terimakasih. Ia langsung bercerita ke Kayra tentang kejadian tadi.

"Kayra.." panggil Ara pelan.

"Hmm"

"Tadi..."

Ara bercerita lengkap tanpa ada yang dikurangi dan ditambahkan.

"Hah? Yakin kak Arsy ngasih dasinya ke lo?" Ucap Kayra tak percaya.

Ara hanya mengangguk.

Sudah 10 menit berlalu tetapi guru belum juga datang ke kelas Ara. Ara memutuskan memanggil Bu Fitria di ruang guru karena ini jadwalnya mengajar.

Ara berjalan sendiri ke ruang guru. Tatapan Ara terhenti, menatap seorang lelaki yang berdiri didekat ring basket bersama terik matahari. Ara mengenalinya, ia adalah Arsy, lelaki yang menyerahkan dasinya kepada Ara.

Ara merasa bersalah sudah menerima dasinya, seharusnya Ara yang terkena hukuman itu. Ara memutuskan berlari menyusul cowok dingin itu tidak jadi memanggil guru. Ara berdiri disamping Arsy.

"Ngapain lo?" Arsy terlonjak kaget, mendelikan matanya tajam. Bukannya takut, Ara malah nyengir kuda.

"Ara mau nemenin Arsy, harusnya Ara yang disini"

"Nggausah, sana lo ke kelas aja!" Arsy tetap datar tanpa ekspresi.

"Nggamau Ara mau disini aja nemenin Arsy"

Arsy berdecak kesal, menyerah atas kelakuan gadis aneh disampingnya ini. Bilangnya takut dihukum nyatanya malah menemaninya. Harusnya sedari awal Arsy tak menyerahkan dasinya, Arsy menyesal akan itu.

---

"Arsy.." panggil Ara pelan.

"Hm"

Wajah Ara mulai berkeringat, bibirnya mulai memucat, tubuhnya bergetar hebat namun Ara berusaha menahan dengan menggigit bibir bawahnya. Arsy yang menyadari itu mulai panik.

"Are you okay?" Tanya Arsy panik.

Brukk

---

ArsyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang