5. Es Batu vs Kepala Batu

562 30 3
                                    

Happy reading.

***

Brukk.

Tubuh Ara melemas jatuh namun segera ditangkap Arsy. Untung saja Arsy menangkapnya, jika tidak bagaimana nasib Ara yang tak pernah lama dibawah teriknya matahari.

"Arsy.. Ara ngga kuat" ucapnya pelan hampir tak didengar dengan suara lemas.

Beruntung ngga sampe pingsan, bisa brabeh kalo pingsanin anak orang. Batin Arsy.

Tak berpikir panjang Arsy menuntun Ara kepinggir lapangan yang lebih teduh, menjauhkan dari sinar matahari.

"Udah gue bilang apa, disuruh ke kelas malah ikut berdiri dasar keras kepala" Bukannya menolong, Arsy justru memarahi Ara karena sikap aneh Ara yang menyebalkan. Bukan dengan nada marah yang Arsy lontarkan, seperti biasa Arsy hanya melontarkan nada datarnya dan tatapan tajam nan dingin itu.

"Cih.. dasar kepala es, dingin banget mas" ucap Ara lirih hampir tak didengar

"Lo tunggu sini gue beli minum" Arsy berlari meninggalkan Ara.

Ara sibuk mengipasi diri dengan tangan. Setidaknya sedikit angin membuatnya lebih lega dibanding tadi yang panasnya luar biasa.

Arsy kembali dengan membawa dua botol air mineral dan menyerahkannya pada Ara.

"Kok ngga dingin si?" Kesal Ara. Bagaimana tidak, Ara saja sedang kepanasan tapi ngga diberi air mineral yang dingin. Ara sedikit memanyunkan bibirnya kesal.

"Lo habis kepanasan dan minta air dingin? Gimana nasib tubuh lo bodoh!"

"Issh.. ngeselin banget sih! Udah seger kok ngrasain dinginnya Arsy! Lebih dingin dari es batu!" Bentak Ara berlari meninggalkan Arsy.

"Dasar kepala batu" gumam Arsy tak tau diri.

----

Arsy merebahkan diri diatas kasur. Hari ini sangat melelahkan. Dihukum bukan karena kesalahannya adalah hal yang bodoh, entah apa yang membuatnya menyerahkan dasi kepada gadis aneh itu. Ia saja bingung, sedikit menyesal pastinya.

Arsy memejamkan matanya sebentar kemudian kembali membuka matanya karena ada notif berbunyi di handphonenya. Arsy mencari keberadaan handphonenya dan membuka notif itu.

Nomor tidak dikenal?. Batin Arsy.

From : +62xxxxxxxxxx
Arsy.. save yaa kontak Ara.

"Gila nih cewek, pake chat gue segala, dapet nomer gue darimana ni anak" Arsy mengacak rambutnya frustasi.

Arsy tak membalas pesan itu namun Arsy menyimpam kontak Ara dihandphonenya. Arsy ingin melanjutkan tidurnya lagi tapi tiba-tiba pintunya diketuk.

"Masuk"

Seorang pria paruh baya menghampiri Arsy. Wajah pria itu sangat mirip dengan Arsy. Dia adalah Andi, ayah Arsy.

"Arsy.." panggil pria paruh baya itu

"Iya yah?"

"Apa kamu sudah pertimbangkan lagi? Minggu depan ayah akan berangkat, apa kamu benar benar tidak ingin pindah ke Jerman?" Tanya pria itu memastikan.

"Sudah Arsy bilang yah, Arsy sudah nyaman disini, Arsy akan tetap disini"

"Kamu yakin?" Ayah Arsy memastikan sekali lagi.

Arsy tersenyum tulus. Senyum yang sangat jarang diperlihatkan setelah meninggalnya almarhumah mamanya, saat ia menduduki kelas 2 SMP.

"Yakin yah, Arsy sudah besar"

"Ayah telah menemukan wanita lagi untuk jadi ibu kamu, apa tidak apa apa?" Ada keraguan diraut wajah pria itu, takut anaknya tidak menyetujuinya.

"Asal Ayah bahagia Arsy juga bahagia" Arsy tersenyum mantap.

Andi memeluk erat anak satu satunya itu. Menyalurkan rasa sayang, rasa bersalah, rasa apapun itu kepada Arsy. Ia bangga memiliki anak yang selalu bisa membanggakannya, sangat bangga.

Beberapa menit berpelukan, mereka berdua menyeringai jahat. Kemudian tertawa terbahak-bahak sampai mengeluarkan bulir air mata. Arsy dan ayahnya gila!

Arsy bangga memiliki ayah sekaligus ibu baginya. Meskipun ayahnya sibuk bekerja bahkan sampai ke luar negeri sekalipun, ayahnya tidak pernah melupakan sosok Arsy. Ia bahkan selalu cerewet seperti ibu-ibu kurang asupan diskon saat Arsy telat makan, telat minum obat, atau apapun. Jika menyangkut tentang Arsy ayahnya selalu sensitif. Arsy bahagia memiliki seperhero yang sangat hebat baginya.

----

ArsyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang