28. Butuh Pelukan?

141 8 3
                                    

Tirai kamar Ara terbuka, menampakkan matahari pagi yang begitu menyengat. Mata Ara menyipit silau.

"Hoamm, selamat pagi dunia! dan selamat pagi Ara," ucap Ara menyambut hari.

Pukul 07.00 pagi. Dengan langkah gontai Ara menuju kamar mandi, mengosok gigi dan mencuci muka.

"Pagi non Ara," sapa Bi Inah yang sedang menyiapkan sarapan.

Ara tersenyum simpul, "Pagi juga bi."

Ara medudukkan dirinya, menunggu sarapan datang dengan lesu di meja makan.

"Loh Ara, kok lemes gitu, ini hari minggu loh, ayok semangat."

"Ara mager Pa." kedua tangannya menopang pipi chubby-nya.

"Nggak boleh mageran. Cepat sarapan terus keluar jogging," perintah Papa Ara tegas.

Ara langsung sigap menegakkan badannya, "Siap Pa!"

---

Ara telah siap jogging, kaos oblong putih dan celana olahraga pendek, rambutnya ia ikat kuda, tak lupa handuk kecil di lehernya dan sepatu sport putih.

Ara berlari jauh sendiri, menikmati suasana minggu pagi dengan tenang. Sudah lama juga ia tidak jogging.

Setelah begitu jauh ia berlari, Ara sampai di dekat pantai. Ia memutuskan untuk sekedar berjalan-jalan santai di tepi pantai menikmati semilir angin laut yang sejuk.

"Enak juga ya keluar sendiri, tapi lebih enak sama gandengan sih," gumam Ara terkekeh.

---

Angin sepoi-sepoi menyapu wajah Arsy yang dingin, kini ia sedang menikmati air buah kelapa muda yang menyegarkan di tepi pantai, lesu, tidak bersemangat, cuaca cerah hari ini seolah menertawakan Arsy yang sedang bersedih hati.

Arsy menghela nafas kasar.

"Loh Arsy?"

Arsy menoleh ke sumber suara, ia mengernyitkan dahinya bingung. Ternyata itu Ara, datang tak diundang.

"Arsy kenapa disini?" Tanpa permisi Ara duduk di kursi seberang Arsy.

"Gabut aja," jawab Arsy singkat.

"Oh gabut, sama, Ara juga, tadi habis jogging terus mampir ke sini."

Arsy hanya mengangguk datar, malas menanggapi.

"Mbak mau pesen kelapa muda juga," ucap Ara pada mbak pelayan dan dibalas acungan jempol oleh mbak pelayannya.

"Eh Arsy."

"Hm."

"Emmm, kemarin Ara liat Arsy sama cewek di cafe, itu Gita ya?" ragu-ragu Ara bertanya.

Arsy kembali menghela nafas kasar dan mengangguk mengiyakan.

"Eh Arsy kenapa?" heran Ara.

"Jalan ke sana yuk," ajak Arsy yang langsung melenggang.

Ara bingung, mau tak mau ia mengikuti Arsy ke arah pantai, berusaha berjalan sejajar dengan Arsy.

"Arsy belum jawab, Arsy kenapa?"

Arsy menatap Ara, tersenyum paksa dan siap untuk bercerita.

"Jadi kemarin gua nembak Gita," ucap Arsy menggantung.

Ara tersenyum ceria dan antusias. "Wah, terus-terus?"

"Ditolak."

Melongo. Ara melongo, bahunya turun. Ara berjinjit, berusaha menepuk bahu Arsy yang tinggi.

ArsyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang