"Istirahat tadi?" Dimmy mengulang pertanyaannya. Celmo hanya mengangguk. Tiba-tiba, ingatannya tertuju pada luka di dagu Zee, juga perkataan gadis itu sore tadi. Dimmy terdiam sebentar sebelum akhirnya membuka mulutnya kembali, "Hmmm ... ngapain?"
Celmo menghentikan kegiatan menghitungnya, lalu menoleh Dimmy. Mackenzee juga ke UKS siang tadi, dagunya luka. Lo tau? Celmo terdiam, mencerna kata-kata Dimmy yang ia ucapkan melalui tatapan matanya. Ray dan King yang sama-sama sedang bermain game dengan rusuhnya sama sekali tidak menyadari keadaan di sekitar mereka.
Celmo mengangguk demi mendengar pertanyaan Dimmy. Ia hanya mencoba untuk jujur. Dimmy bungkam seketika, lalu menatap Celmo lagi sambil berkata pelan, "Lo yang ngobatin dia?"
"Yah ... keadaannya darurat," balas Celmo dengan santainya. Dimmy membuang muka sambil mengepalkan tangan, teringat kata-kata Zee. Ia telah dibohongi oleh gadis manis itu. "Kenapa? Dia bohong sama lo?" tanya Celmo lagi. Ia memutar tubuhnya dan kembali menyelesaikan PR matematikanya.
Dimmy tidak menjawab. Dengan kesal ia membuka pintu kamar mandi dan menutupnya kembali dengan keras, sampai-sampai King dan Ray menghentikan permainan mereka. "Tu anak kenapa lagi sih?" tanya Ray. Celmo hanya mengangkat bahunya, tidak peduli.
Sementara itu di kamar asrama putri nomor 212....
Zee, Elle, dan Joy nampak sedang terduduk di atas karpet beludru. Zee yang sedang memakan makan malamnya, dan Elle serta Joy yang hanya konsentrasi terhadap ponsel masing-masing. Karena bosan, akhirnya Joy pun membuka percakapan.
"Masih perih Zee?" tanya Joy sambil terus memperhatikan Zee yang sedang memakan makan malamnya. Zee tahu pertanyaan Joy ditujukan untuk dagunya, tetapi ia memilih untuk diam saja, konsentrasi terhadap menu makan malamnya.
"Itu bukan gara-gara jatoh kan?" kini giliran Elle yang bertanya dengan perlahan. Zee hanya kembali diam. Mood-nya sedang tidak bagus untuk diajak berbicara. Ia merasa aneh karena membohongi Dimmy tadi.
"Eh! Gara-gara apa sih?" Joy bertanya dengan keponya, berbisik kepada Elle. Walaupun Zee dapat mendengar bisikan itu, tetapi ia hanya diam, membiarkan mereka berdua saling berbisik satu sama lain.
"Itu kena benda tajam, Zee ... bukan karena jatoh," ujar Elle akhirnya. Zee menatap Elle sekilas, tidak selera membicarakan hal ini.
"Lo pasti tau lah Elle, gue kenapa. Dan siapa yang ngelakuin ini semua," ungkap Zee. Elle hanya menghela napas pelan.
"Gue cuma bisa ngegunain kemampuan gue kalo lagi mood doang. Dan inget, gue bukan peramal yang bisa tau segalanya. Ngeramal apa yang akan terjadi itu susah, karena gue masih gak biasa sama hal itu," jelas Elle. Zee hanya mengangguk mengerti. Kini ia merasa Elle dan Celmo mempunyai beberapa kemiripan. Hanya bedanya, Celmo bisa telepati, dan Elle meramal apa yang akan terjadi setelah ini.
"Zee ... cerita lah sama kita..." Joy memohon. Zee berpikir sesaat, lalu mulai membuka mulutnya, menceritakan kejadian di depan kamar mandi tadi siang.
Seusai Zee bercerita...
"Jangan-jangan Vallen?" tebak Elle. Zee memandang Elle sekilas.
"Gue tau, Vallen emang asli nyebelin, gue tau dia pasti benci banget sama gue kayak gue benci sama dia. Tapi gue gak mau berburuk sangka dulu sama dia," ungkap Zee. Elle hanya diam, sedikit membenarkan. Tetapi entah kenapa, sebagian hatinya amat yakin bahwa Vallenlah pelakunya. Vallenlah yang dengan sengaja menabrak dan menyakiti Zee tadi siang.
"Tapi ... kalo bener Vallen gimana Zee?" tanya Joy.
"Hmmm ... gue bakal nanya ke dia lah kenapa dia ngelakuin itu semua," jawab Zee apa adanya. Joy mengerucutkan bibirnya dengan lucu, tidak puas mendengar balasan Zee. "Pokoknya kamu harus hati-hati mulai sekarang!" Joy menegaskan, yang hanya dibalas dengan anggukan kepala oleh Zee.
KAMU SEDANG MEMBACA
Achilleo Academy
DiversosAchilleo Academy, sebuah sekolah berasrama yang setingkat dengan SMA ini menampung anak-anak yang memiliki kemampuan di atas wajar. Sekolah yang unik ini merupakan sekolah yang paling dihindari kecuali karena terpaksa. Mengapa? Karena sekolah ini pu...