Celmo menatap Dimmy yang masih terduduk di lantai, bersender pada ranjangnya, membelakanginya. Sejak tadi ponselnya berbunyi, dan Dimmy sama sekali tidak menghiraukannya. Dan akhirnya, Dimmy memutuskan untuk mematikan ponselnya itu.
Celmo menunduk, memikirkan Zee. Bagaimana bisa Zee sejahat itu? Entahlah. Hujan di luar semakin deras, dan entah mengapa perasaan Celmo tidak enak sejak tadi. Firasatnya memburuk, terus-menerus terbayang wajah Zee.
Beberapa saat kemudian, terdengar ketukan pintu dari luar. " Buka aja!" Ray yang sedang bermain game di PSP-nya berteriak agak kencang. Orang yang ada di luar sana segera membuka pintu dan menunjukkan batang hidungnya. Ternyata Rezy, salah satu kawan sekelas mereka.
"Kenapa, Rez?" tanya King.
"Itu noh, si Raynald! Ray! Lo dipanggil sama Mr. Andre! Lo mecahin lampu kelas gara-gara maen basket di kelas nggak mau tanggung jawab! Masa gue sama Vero doang sih yang diomel-omelin?" Rezy langsung mengomel. Ray yang mendengar itu nyengir tak berdosa. "Cepet elah, ke ruangan Mr. Andre sekarang!" omel Rezy.
"Iya, iyaaa! King, temenin yuk?" pinta Ray, memohon dengan tampang memelas.
"Ngapain? Ogah!"
"Please, King ... lo nunggu depan ruangannya aja deh! Ya?" Ray bersikeras memohon. Akhirnya mau tak mau King pun mengikuti langkah anak itu keluar dari kamar asrama mereka.
Dan sekarang hanya ada Celmo dan Dimmy di sana. Mereka sama-sama diam. Dimmy benar-benar sedang badmood karena kejadian tadi dan tidak berkeinginan untuk berbicara sama sekali.
"Hhh ... Dim, mungkin lo harus denger penjelasannya Mackenzee dulu," ucap Celmo pelan.
"Gimana bisa dia sejahat itu? Dia nerima gue karena kasian katanya? Cih, gue gak butuh dikasianin sama tu cewek," balas Dimmy, penuh penekanan. Ia masih sangat marah dengan Zee, walaupun kenyataannya tidak mengurangi rasa sayangnya pada gadis itu.
"Ya lo kan belom tau apa alasan dia ngomong begitu," tukas Celmo.
Dimmy mendesah pelan, "Hhh ... diem deh, Cel." Celmo langsung bungkam, tidak ingin banyak bicara lagi. Ia tahu keadaan Dimmy benar-benar sedang tidak baik.
Beberapa saat kemudian, ponsel Celmo berdering. Celmo buru-buru mengecek siapakah yang menelepon. 'Mackenzee? Kok nelponnya ke gue sih?' Celmo bertanya-tanya dalam hati. Ia pun segera mengangkat telepon dari Zee itu. "Ya?"
"Cel ... Cel, please tolong gue, Cel! Gue lagi dikurung sama cewek yang selama ini neror gue! Cel, please ke sini sekarang, gue udah berusaha nelpon Dimmy tapi gak diangkat dari tadi...."
Celmo tersentak. Kedua matanya terbelalak. Apa benar yang Zee katakan? Refleks, Celmo langsung menegakkan tubuhnya. "Oke, oke. Lo di mana sekarang?"
"Gue ada di ... AAAAAA!!!" tuuutt ... tuuutt....
"Mack? Mack, lo kenapa Mack? Lo di mana sekarang? Mackenzee! Sial," Celmo emosi sendiri karena sambungan teleponnya terputus. Ia menatap layar ponselnya, merasa amat khawatir.
Dimmy menoleh, langsung bangkit menatap Celmo yang juga refleks berdiri. Wajah mereka berdua sama-sama pias. "Zee kenapa, Cel?"
"Gue gak tau Dim. Dia nelpon gue dan katanya dia lagi dikurung sama cewek yang selama ini neror dia! Tapi sayang dia belom sempet ngasih tau gue di mana dia sekarang karena sambungan teleponnya yang langsung keputus. Coba cek hp lo, Dim. Dia bilang dia udah berusaha nelpon lo berkali-kali tapi gak diangkat. Siapa tau dia ngirim pesan ke lo tempat di mana dia berada sekarang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Achilleo Academy
AcakAchilleo Academy, sebuah sekolah berasrama yang setingkat dengan SMA ini menampung anak-anak yang memiliki kemampuan di atas wajar. Sekolah yang unik ini merupakan sekolah yang paling dihindari kecuali karena terpaksa. Mengapa? Karena sekolah ini pu...