"Lo kenapa dah, Dim?" Ray yang lagi duduk di atas rumput hijau di sebelah kursi roda Dimmy bertanya. Dimmy menggeleng. Suasana hatinya kacau seketika. "Muka lo murem banget. Kenapa sih? Sakit?" tanya Ray lagi, mulai khawatir.
Kali ini Dimmy hanya diam sambil menghembuskan napasnya. "Zee ... menurut lo, dia gimana?" tanya Dimmy tiba-tiba.
Ray menoleh cepat ke anak itu, kemudian tersenyum menggoda. "Oh ... gara-gara Zee tadi ya? Eeaaa!!!" rusuh asli si Raynald. Padahal Dimmy benar-benar serius menanyakannya, namun Ray meresponnya dengan candaan. "Cemburu lo, hah?"
"Apaan sih," Dimmy membalas godaan Ray dengan malas. "Gue kan cuma nanya. Waktu lo mabok pas ultah Achilleo lo juga sempet suka sama dia kan? Sampe cium-cium segala," Dimmy menggerutu, jadi kesal sendiri kalau teringat kejadian itu.
Tawa Ray meledak seketika. "JIAHAHAHAH!!! Itu namanya kebetulan ... gue gak bener-bener suka sama dia. Gue begitu karena penampilannya doang, ditambah gue lagi mabok waktu itu. Udah ah, gak usah dibahas! Malu nih gue," ujar Ray sambil menabok pelan paha Dimmy.
Dimmy hanya tersenyum tipis. "Menurut lo, Zee itu gimana?" tanya Dimmy lagi, bertanya ke pertanyaan semula.
Ray berpikir sejenak. "Dia itu ... manis. Kadang-kadang jutek, cuek, suka menyendiri. Tapi kalo lagi panik lucu! Hehehe," jawab Ray, sedikit terkekeh. Dimmy tersenyum, benar kata Ray. "Lo bener-bener suka sama dia ya?" tanya Ray lagi.
"Yah ... lo pikir sendiri deh gue bener-bener suka atau nggak, hehe," kilah Dimmy, tersenyum malu-malu. Ray kembali menggodanya.
"Semangat! Lo pasti bisa dapetin dia, gue yakin!" Ray menyemangati, yang membuat Dimmy terkekeh pelan.
"Gue kan cuma kakak buat dia."
"Hah?" Ray langsung menampakkan ekspresi syoknya. "Kok gitu?"
Dimmy menggeleng pelan. "Kalo dia suka cowok lain gimana?" tanya Dimmy dengan nada khawatir.
Ray menggeleng. "Gak mungkin! Gue yakin sebenernya Zee itu suka sama lo, tapi dia malu. Akhir-akhir ini kan kalian berdua deket," ujar Ray sembari mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya, membentuk huruf 'V'.
Dimmy menunduk sedih. "Dia keliatan khawatir banget tadi pas di kamarnya Celmo. Kata-kata Zee tadi ... dia bener-bener peduli sama Celmo."
"Yaelah, Bro! Celmo kan temen dia juga ... lo gak usah lah cemburu gitu. Percaya sama gue, Celmo nggak akan ngerebut doi dari lo! Lo tau Celmo tipe cewek idamannya tinggi parah. Pas lo belom sadar juga dia khawatirin lo kok! Ya maklum aja kalo dia kayak tadi, malah dia begitu tuh dari kemaren," cetus Ray.
Dimmy terdiam, menatap seorang anak yang mengenakan pakaian pasien sedang berkejar-kejaran dengan seorang suster. Anak itu tertawa riang, sementara susternya nampak kewalahan mengejarnya. Anak itu sama sekali tidak terlihat sakit saking semangatnya berlari-lari.
"Ray, anterin gue ke kamar lagi yuk. Gue pusing," pinta Dimmy. Setelah melihat wajah lesu Dimmy yang sedikit memucat, Ray pun mengangguk dan mengantarkannya kembali ke kamar.
"Loh? Dimmy tidur?" Zee yang baru keluar dari kamar mandi rumah sakit langsung pergi ke kamar Dimmy dan menemukan lelaki itu nampak tertidur pulas di ranjangnya.
Ray mengangguk, "Iya. Kayaknya dia kecapekan tadi abis jalan-jalan ke taman sama gue. Lo sih telat nengokin dia!" Ray seakan menyalahkan Zee sembari tersenyum menggoda.
Zee hanya cemberut lucu. "Dih? Gue kan gak tau," ucap Zee pelan. "Ya udah deh. Ray, pulang yuk!" ajak Zee. Ray hanya mengangguk. Sebelum ia dan Zee pergi dari kamar itu, Ray sempat menepuk pelan paha kiri Dimmy dan tersenyum kepadanya walaupun ia sedang tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Achilleo Academy
РазноеAchilleo Academy, sebuah sekolah berasrama yang setingkat dengan SMA ini menampung anak-anak yang memiliki kemampuan di atas wajar. Sekolah yang unik ini merupakan sekolah yang paling dihindari kecuali karena terpaksa. Mengapa? Karena sekolah ini pu...