Part 28

3.3K 278 3
                                    

Dimmy memandang ke sekelilingnya. Satu-persatu, teman-temannya mulai kembali berdatangan dari kantin. Mereka ingin bersantai-santai di lapangan basket indoor sembari menikmati sore hari yang sedikit mendung ini.

Dimmy memandang ponselnya. Ia sudah memberi tahu Vallen, Elle, dan Joy tentang rencana kejutan pesta ulang tahun Celmo nanti malam, dan mereka bertiga menyetujuinya. Rencananya mereka akan ke kamar asrama Dimmy, Ray, King, dan Celmo nanti malam sekitar jam setengah tujuh. Kedua mata Dimmy jelalatan mencari seseorang. Ke mana Zee sebenarnya?

"Eh, Vallen!" Dimmy memanggil Vallen yang kebetulan lewat tak jauh darinya.

Vallen yang tadinya ingin menghampiri teman-teman perempuannya yang sedang duduk bergerombol menghentikan langkahnya dan beralih ke Dimmy. "Kenapa?"

"Liat Zee gak?" tanya Dimmy langsung saja.

Vallen hanya mengedikkan bahunya. "Lah, gak tau gue. Kan tadi dia sama lo," jawab Vallen.

"Iya, terus dia pergi mau ambil sepatu. Apa gue susul aja ya?"

"Terserah lo. Susul gih, hehe," balas Vallen. Ia tersenyum dipaksakan, lalu kembali berjalan menuju kerumunan anak perempuan kelasnya.

Dimmy berpikir sesaat. 'Apa gue ambil kuenya dulu kali ya? Baru entar nyusul ke kelas. Iya deh, mending siapin kuenya dulu terus taro di kamar!' Dimmy bangkit. Ia segera berjalan keluar, menuju dapur untuk mengambil kue ulang tahun Celmo dan menaruhnya di kamar asramanya walaupun dengan langkah terseok-seok.


Zee memandang Celmo yang menatapnya penuh arti.

"LO MAU TAU KENAPA GUE BEGINI, HAH?!" sentak Celmo. Ia sengaja menahan Zee di dalam tangan kirinya yang menyentuh dinding agar gadis itu tidak bisa kabur. Zee hanya diam, menelan liurnya. "Lo tau kan Dimmy suka sama lo? Dia sayang banget sama lo?"

Zee mengangguk patah-patah. "Lo gak pernah bisa ngerasain kan gimana sakitnya jadi Dimmy pas lo cuma anggep dia sebagai kakak?"

"K-kenapa lo bisa tau?" Zee memberanikan diri bertanya.

Celmo menggeleng. "Itu gak penting buat gue. Yang penting sekarang itu Dimmy! Dia bener-bener bahagia hanya karena bisa bikin lo senyum. Dia bahagia bisa ada di sebelah lo. Dan gue gak mau ngerusak kebahagiaan dia. Gue gak mau kehilangan sahabat gue kalo gue lebih mentingin ego gue sendiri."

"Kenapa? Apa hubungannya sama gue?"

"Selama ini gue selalu ngejauhin lo karena gue gak mau Dimmy sampe marah dan sedih ngeliat gue deket sama lo. Gue gak mau persahabatan kita ancur cuma gara-gara cewek."

"Tapi kenapa? Kita temen Cel, ya maklum dong kalo deket. Iya kan? Untuk apa sih lo ngejauhin gue segala? Pasti ada alasan lain kan? IYA KAN CEL?!"

"Mack, denger gue dulu—"

"LO EGOIS TAU GAK KALO BERSIKAP KAYAK GINI! LO LEBIH MENTINGIN DIMMY DAN NGGAK PEDULI SAMA PERASAAN LO SENDIRI ITU SAMA AJA LO EGOIS! LO NGGAK PEDULIIN GIMANA RASANYA JADI GUE KAN?! LO EGOIS!"

"GUE BILANG DENGER GUE DULU!" Celmo kembali berteriak.

Zee terdiam, mengatur napasnya. Butiran-butiran bening kembali terjatuh dari kedua matanya.

"Gue gak bisa ada di deket lo. Gak bisa, Mack. Gue selalu ngerasa ada yang aneh. Jujur, gue gak tau itu perasaan takut, atau seneng, atau marah, yang jelas gue selalu gak tenang. Gue juga selalu pengen bisa deket sama lo, tapi nyatanya nggak bisa! Di sisi lain, gue gak mau ngecewain Dimmy. Gue ... gue selalu nyangkal sebuah perasaan yang gue sendiri nggak bisa mastiin apa perasaan itu sebenernya. Gue terlalu takut, bahkan buat nebak sekalipun!" Celmo terdiam beberapa saat, menatap dalam kedua mata Zee. "Dimmy percaya sama gue."

Achilleo AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang