"APA??!! SIAPA??!!" Zee berteriak dengan kaget.
Dimmy hanya tersenyum santai. "Siapa lagi kalo bukan cogan di samping lo ini..." balasnya.
Zee terbelalak, matanya berbinar-binar. "Se-serius?" tanya Zee, gelagapan.
Dimmy mengangguk yakin. "Gue serius," jawabnya.
"Wuuaahh!! Gue juga suka sama lo Dim!" Zee berteriak kesenangan, lalu memeluk Dimmy.
Yah, yang tadi itu hanya bayangan Dimmy saja. Yang sebenarnya adalah...
"Siapa?" tanya Zee dengan santai sambil menolehkan kepalanya, menatap ke arah Dimmy yang entah mengapa wajahnya pias seketika. Dimmy sungguh tidak menyangka reaksi Zee akan setenang ini.
"H-hah?" Dimmy bingung ingin menjawab apa.
"Kok malah 'hah?'? Gue nanya ... emangnya siapa?" tanya Zee lagi.
Dimmy menggaruk kepalanya dengan bingung. "Ah ... i-itu ... hmmm ... a-anu ... aduh, gimana ya?" Dimmy gelagapan seketika, bingung harus menjawab apa. Bahkan ia pun menghindari tatapan mata Zee.
"Siapa sih?" Zee menarik bahu Dimmy agar anak itu menatapnya. Jika ia sudah penasaran, ia akan terus bertanya sampai akar-akarnya, dan ia paling tidak suka jika orang yang sedang berbicara dengannya tidak menatap wajahnya.
Dimmy menjadi salah tingkah. Sungguh, ia malu untuk menjawabnya! Tiba-tiba, ponsel yang ia letakkan di saku celananya bergetar. Dimmy segera merogoh sakunya dan menatap layar ponselnya. Ada pesan Whatsapp dari Celmo.
"Siapa Dimmy?" Zee kembali bertanya, tidak memedulikan ponsel Dimmy yang bergetar.
"Celmo," jawab Dimmy, yang ia kira Zee menanyakan siapa yang mengiriminya pesan.
Zee sedikit terbelalak mendengarnya. "Hah? Celmo?" ucap Zee, kaget. Ia menatap Dimmy tak percaya.
Dimmy terbelalak, baru menyadari ucapannya. "Eh, bukan! Bukan, bukan, bukaaan! Maksud gue ... hm ... bukan—"
"Bukan bukan mulu lo! Apaan sih?! Ga jelas," sentak Zee memotong ucapan Dimmy, mulai emosi. Ia segera menuruni pagar kayu itu dengan perlahan, menyadari hari sudah mulai gelap. "Gue mau balik, udah malem," lanjutnya, membiarkan Dimmy yang mengusap-usap wajahnya dengan frustasi.
Bukan Celmo ... Dim ... Dim, tolol banget dah ah! Bego banget sih lo, Dim ... haish! Tu cewek, ga bisa apa peka dikit?! ucap Dimmy dalam hati, miris melihat kepergian Zee yang berjalan menjauhinya.
***
"Dimmy ngapa dah..." sungut Ray, menatap aneh ke arah Dimmy. Anak itu nampak tengkurap di ranjangnya dan menutup kepalanya dengan bantal. Sudah hampir sejam ia begitu. Ia juga mengeluarkan suara-suara aneh seperti tangisan dan erangan tertahan.
King menoleh ke ranjang Dimmy, lalu membuang wajah tak peduli. Ia melanjutkan bermain playstationnya. "Kemasukan setan halaman belakang kali," King menanggapi dengan malas. "Celmo mana?" tanya King. Ray hanya mengedikkan bahunya. Tak lama, Celmo muncul dari arah pintu kamar sambil membawa selebaran kertas.
Melihat Dimmy, ia langsung menghampir anak itu dengan langkah lebar-lebar. "Dim! Ah, dari mana aja sih lo? WA ga dibales, BBM ga aktif, Line di-read doang! Bangun ga? Nih, gue disuruh sama Mr. Andre ngasih ini buat lo."
Dimmy menepis tangan Celmo yang memegang bahunya, lalu membuka bantalnya dan menatap anak itu tajam, setelah itu menutup kepalanya lagi. "Berisik lo, Bau! Bala lo, Cel!" maki Dimmy dengan suara tertahan. Celmo menatap punggung Dimmy tak mengerti. King dan Ray ikut-ikutan menatap mereka berdua, bingung ada apa dengan Dimmy sebenarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Achilleo Academy
AléatoireAchilleo Academy, sebuah sekolah berasrama yang setingkat dengan SMA ini menampung anak-anak yang memiliki kemampuan di atas wajar. Sekolah yang unik ini merupakan sekolah yang paling dihindari kecuali karena terpaksa. Mengapa? Karena sekolah ini pu...