Part 23

4K 298 4
                                    

Celmo langsung menoleh ke belakang saat ia merasa ada yang mengikutinya. Zee yang ditatap tiba-tiba oleh Celmo langsung menghentikan langkahnya, sedikit terkejut. "Lo ngapain?" tanya Celmo mengintimidasi.

Zee gelagapan, bingung ingin menjawab apa. "Ah, i-itu ... hmmm...."

"Lo ngikutin gue? Ngapain sih? Kurang kerjaan ngikutin orang," Celmo memotong ucapan Zee dengan nada sinisnya.

Zee sedikit menunduk. "Lagian lo dari pagi murung terus. Gue kan cuma mau nanya, lo kenapa sih emangnya? Ada apa?" Zee memberanikan diri langsung bertanya ke intinya.

Celmo menghembuskan napas pelan, lalu menatap Zee lagi. "Ini urusan gue. Lo gak usah ikut campur." Zee tertegun mendengar kata-kata Celmo. Celmo membalik tubuhnya lagi, hendak berjalan kembali, entah ke mana. "Sana, balik ke kelas," lanjutnya.

Zee sama sekali tidak bisa membalas kata-kata Celmo. Ia membuka mulutnya dengan ragu-ragu, lalu berkata keras, "Kenapa sih lo kayaknya benci banget sama gue? Gue salah apa?"

Celmo menghentikan langkahnya, kembali menatap gadis manis itu. Ada perasaan bersalah di hatinya. Apa mungkin ia terlalu kasar terhadap Zee?

"Kalo emang lo gak suka sama gue, lo bilang dong dari awal. Jangan kayak gini, bikin gue terus-terusan berpikir kalo gue itu salah. Apa karena kejadian waktu itu yang lo sama Dimmy kecelakaan?" Zee menebak-nebak. Ia tidak tahan dengan orang seperti Celmo yang terus-terusan diam sambil menatapnya dengan tajam, seakan-akan Zee adalah orang paling berdosa di muka bumi. "Oke, gue minta maaf! Gue harus minta maaf berapa kali, Cel?"

"Nggak. Lo gak salah," jawab Celmo datar. Zee mengepalkan kedua tangannya. Celmo selalu menatapnya dengan tatapan kebencian dan selalu menjauhi dirinya. Di depan teman-temannya, Celmo jarang mempedulikannya, dan bisa saja Celmo seakan-akan menganggapnya tak ada. Hanya Celmo yang memperlakukannya seperti itu.

Celmo kembali berjalan menjauhi Zee. Ia tidak ingin memikirkan masalah ini dulu, ditambah ia tidak bisa membaca pikiran Zee. Ia tidak ingin membuat gadis itu semakin sedih.

Zee bertekad untuk terus mengikuti Celmo, memaksa agar lelaki itu berbicara terus-terang padanya.

Saat tiba di depan taman sekolah, Celmo sungguh tidak tahan lagi. Ia kembali menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya, menatap Zee dengan tatapan jengkel. "Lo ngapain sih ngikutin gue mulu dari tadi, hah?! Gue bilang PERGI sekarang juga! Berhenti ngikutin gue, oke?! Gue gak suka ada orang lain yang ikut campur masalah gue!" sentak Celmo yang sukses membuat Zee membeku. Celmo sudah sering memarahinya, namun sepertinya saat ini Celmo benar-benar jengkel dan marah padanya.

"Tapi gue—"

"LO GAK DENGER ATAU PURA-PURA TULI SIH?! GUE BILANG PERGI SEKARANG!!!" Celmo memotong ucapan Zee dengan kasar, semakin menjadi-jadi saja bentakannya. Ia menatap Zee dengan tajam dan penuh kebencian.

Zee mundur beberapa langkah. Ia tidak menyangka bahwa Celmo akan sekasar ini padanya. Tubuhnya bergetar pelan. "G-gue cuma berusaha baik sama lo, berusaha supaya lo nganggep gue ada." Deg. Zee terdiam beberapa saat. Jadi ... inikah yang selama ini ia inginkan dari Celmo yang terus-terusan menjauhinya? Agar lelaki itu menganggap keberadaannya? Sekilas Zee kembali teringat Vallen yang sebelumnya tidak pernah dianggap keberadaannya oleh anak-anak 10-G. Ternyata rasanya amat menyakitkan. Dengan satu orang saja merepotkan, apalagi sebanyak itu.

Celmo terdiam, memandang Zee penuh arti. Hatinya melunak seketika melihat wajah polos gadis itu yang terlihat ketakutan dan ingin menangis. "Mack, gue—"

"Gue salah apa sih Cel, sama lo? Hiks...."

'Sial!' Celmo merutuk dalam hati melihat Zee yang tiba-tiba menangis karenanya. Jika Dimmy melihat ini, ia pasti akan menghabisinya. Celmo belum pernah membuat orang lain menangis selama ini. Dan sekarang, seorang gadis manis telah mengeluarkan air mata karenanya.

Achilleo AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang