Zee menekan tombol play di MP3-nya. Musik mengalun seketika dengan merdu melalui headsetnya. Ia kembali menatap keadaan sekitar, kelas barunya.
Ya, tahun ini adalah tahun pertamanya di Achilleo Academy, sekolah berasrama yang setingkat dengan SMA. Achilleo Academy merupakan sekolah yang dikhususkan bagi murid-murid yang mempunyai kelebihan yang kelewat atau melebihi batas orang normal pada umumnya. Sekolah ini juga rela menampung anak-anak yang mengalami depresi mendalam maupun terjangkit narkoba. Anak-anak yang sudah terlalu nakal dan bermasalah pun bisa masuk ke sekolah ini.
Salah apa gue sampai-sampai mama sama papa nyekolahin gue di sekolah macem ini? sambil menghayati lagu yang sedang ia dengar, Zee terus bertanya-tanya dalam hati.
Zee kembali menatap teman-teman barunya, ah, bukan. Bahkan ia dan mereka sama sekali belum bertegur sapa. Saling melempar senyum pun tidak, bagaimana bisa disebut sebagai teman? Anak-anak aneh, Zee kembali bergumam pelan.
Ia menatap seorang anak lelaki yang sedang berlari-larian, sangat tidak bisa diam sejak pertama kali perkenalan. Lalu ada seorang gadis yang hanya memandang kosong ke depan tanpa bergerak sama sekali. Ada yang tertidur, dan ada pula yang mengutak-atik sebuah ponsel yang sepertinya rusak. Anak itu sedang dikerubungi oleh beberapa anak lain yang sama anehnya.
Zee membuang wajah dengan kesal. Tanpa sengaja, tatapannya tertuju kepada seorang anak lelaki bermata indah yang duduk di meja tak jauh dari tempatnya duduk. Tatapan anak itu sangat tajam dan menusuk. Anak itu benar-benar menatap Zee dengan intens. Zee yang merasa tidak nyaman akhirnya memutuskan untuk bangkit. Satu-satunya tempat yang terlintas di otaknya kini hanya satu: kantin.
Saat Zee melewati anak itu yang masih menatapnya dengan tajam...
Ni anak apa-apaan sih?! Bikin merinding aja, ucap Zee dalam hati. Tiba-tiba anak itu membuang muka dan menyeringai.
"Hah, nggak usah pake merinding segala kali." Deg. Zee yang sudah berada beberapa langkah di belakang anak itu yang memang duduk membelakanginya tersentak kaget. Ia menolehkan kepalanya, memastikan bahwa anak itu benar-benar sedang berbicara dengannya.
"Ma–af?" ucap Zee, agak terbata. Anak itu hanya diam tak bersuara. Zee mendengus kesal. Ia akhirnya memutuskan untuk pergi dari sana sambil menghentakkan kakinya.
***
Di kantin....
Zee menyeruput capucchino dinginnya dengan wajah yang dilipat. Ia sungguh-sungguh badmood hari ini. Tiba-tiba ia kembali teringat anak lelaki yang tadi terus menatapnya dengan tajam dan berkata dengan misteriusnya. Anak itu seakan bisa membaca pikiran dan perasaannya!
Zee menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kuat. Ia kembali meminum capucchinonya yang sebagian es batunya sudah mencair. Zee memutuskan untuk melihat-lihat sekitar. Ah, suasana kantin tidak beda jauh dengan kelasnya. Sama-sama dihuni oleh anak-anak aneh!
Kecuali gue, Zee menambahkan dalam hati. Gue anak normal, please ... kenapa harus dimasukkin ke sekolah abnormal kayak gini sih?! Ngeselin! Zee kembali menggerutu dalam hati. Hari pertama sekolah, dan ia sama sekali belum memiliki seorang teman pun. Zee juga tidak mau berkawan dengan anak-anak aneh yang menjadi bagian dari sekolah aneh ini.
"Boleh duduk di sini?" tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya. Zee sedikit gelagapan. Ia menatap anak manis berkuncir dua itu, lalu mengangguk. Ia sedikit merapikan posisi duduknya dengan canggung. "Maaf ya kalo aku ganggu. Nggak ada bangku yang kosong lagi soalnya," tukas anak itu dengan wajah memelas, menyadari kehadirannya kurang disukai oleh Zee karena raut wajah Zee yang berubah tiba-tiba. Wajah enggan dan terus membuang muka tidak mau menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Achilleo Academy
AcakAchilleo Academy, sebuah sekolah berasrama yang setingkat dengan SMA ini menampung anak-anak yang memiliki kemampuan di atas wajar. Sekolah yang unik ini merupakan sekolah yang paling dihindari kecuali karena terpaksa. Mengapa? Karena sekolah ini pu...