04. Tiga Hal Berharga

3.3K 433 29
                                    

Pagi hari, seperti biasa. Kedelapan bersaudara itu berkumpul di ruang keluarga dengan kamera dan beberapa staff acara merekam mereka di sana.

Chan seperti biasa sudah bersiap untuk pergi ke tempat kerjanya, Minho yang akan pergi ke studio mengerjakan koreografi, juga Changbin yang sudah mulai aktif ke kampus karena berperan sebagai panitia ospek.

Tapi hari ini beda. Hyunjin tidak akan tinggal di rumah seperti sebelumnya, juga Jeongin yang memiliki janji dengan teman sekelasnya sebelum sekolah dimulai minggu depan.

"Kak Chan kerja, kak Ino kerja, kak Abin mau bersihin kampus, kak Hyun juga ada pemotretan, Jeongin mau keluar kota rekreasi sama temen sekelas. Kita bertiga ngapain?" Sebagai tertua diantara kembarannya Jisung berdiri dam menatap dua adiknya itu.

"Diem di rumah, dapet misi kayak kemarin? Main bertiga aja?" Seungmin bersuara, nada suaranya terdengar lemas, tidak bersemangat saat berucap kata bertiga.

"Gak seru main bertiga." Ucapan Felix yang lesu itu membuat Seungmin mengangguk setuju.

"Kalau bisa sih, kalian kakak ajak ke agensi. Tapi, nanti malah ditawari jadi idol, kakak gak mau." Ucapan Chan itu membuat Jisung dan Seungmin berbinar, tapi seketika redup begitu saja.

"Kita main ke kampus kak Abin aja!" Felix melonjak dari duduknya, bertepuk tangan kecil sambil menatap Changbin yang langsung menggeleng menolak.

"Nanti kamu dicubitin pipinya. Gak boleh. Adek kakak cuma boleh kakak yang cubit gemes." Felix merengut, bahunya turun dengan bibirnya yang mengerucut.

Jisung dan Seungmin menatap Hyunjin bersamaan, dan langsung ditolak oleh pemuda itu dengan cara pergi terburu-buru. Managernya sudah datang menjemput.

"Kak Hyunjiiinnn!" Teriakan kesal itu terdengar berbarengan, Hyunjin yang sudah nyaris dekat pintu keluar tertawa keras akan respon adik-adiknya itu.

"Masa ngikut Jeongin?" Jisung kembali bersuara setelah Hyunjin pergi.

"Gak gak gak! Kalian ngerusuh yang ada. Ini acara kelas gue." Jeongin menatap tajam Jisung dan Seungmin yang menatap tengil pada si bungsu.

"Kak Ino?" Minho yang sengaja berdiam diri itu akhirnya disebut juga oleh triplet.

"Males." Ketiganya secara bersamaan berlutut di depan Minho, menumpu wajah mereka pada lutut serta paha Minho, dan jangan lupakan ekspresi wajah mereka yang berubah memelas, mirip seperti kucing yang meminta dipungut.

Minho menatap ketiga adiknya itu, menghela nafas pelan lalu menatap pada produser, "Kalian bakal rekam kegiatan kami berempat nanti?"

Produser mengangguk mengiyakan. Setelah tiga episode lamanya, akhirnya studio pribadi Minho bisa mereka sorot.

"Ya udah, jangan bandel tapi." Ketiga kepala dalam pangkuan Minho itu di elus perlahan, bahkan pipi triplet satu persatu ia cubit dengan gemas.

*

"Welcome." Minho membuka pintu kaca gedung studionya, membiarkan ketiga adiknya itu masuk ke dalam dan kameramen yang mulai mengambil keadaan studio dengan sudut dramatis.

"Kakak langsung ke atas, ada klien. Kalian yang anteng, jangan macem-macem. Kalau mau makan, pesan aja. Jisung pegang kartu kredit kakak kan?" Jisung mengangguk.

Minho yang berdiri di hadapan ketiga adiknya itu menghela nafas berat.

"Kakak tinggal ya?" Ketiga adiknya mengangguk dengan senyum lebar, berbanding terbalik dengan Minho yang setengah mati menarik sudut bibir untuk tersenyum.

Fam✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang