08. Mengubah

2.5K 344 18
                                    

"Kakak?" Felix dengan perlahan membuka pintu kamar kakak sulungnya, kepalanya mengintip di celah pintu dengan mata menyipit pada kamar yang telah gelap itu.

Ini sudah jam 12 malam, biasanya Chan akan jadi satu-satunya yang belum tidur, tapi kini Chan juga telah terlelap seperti yang lain. Felix menutup pintu di belakangnya perlahan, kakinya berjalan mendekati tempat tidur kakaknya dan merangkak naik untuk memeluk si sulung.

Kakaknya sudah berjuang keras, bekerja dengan giat, selalu peduli pada tujuh adiknya, itu pasti merepotkan.

Tangan mungil Felix bergerak naik, mengelus pipi sang kakak kemudian berpindah pada surai pirang tersebut.

"Kak Chan, you did great. Mimpi indah, kakak." kemudian sebuah kecupan ringan Felix berikan pada kening Chan yang mengerut terganggu.

"Lixie?" Dengan suara serak mengantuk, Chan memanggil, tapi Felix tidak menjawab, ia justru makin merapatkan diri pada pelukan Chan dan dibalas hangat oleh sang kakak.

"Tadi mimpi buruk?" Tangan besar Chan yang merengkuh Felix dan memberikan usapan lembut pada punggungnya itu, membuat adiknya makin tenggelam dalam pelukan.

Anggukan pelan dari Felix menggerakkan Chan untuk lebih mengeratkan pelukan. Bahkan pipinya ia sandarkan pada kepala Felix. Sesekali mengecup pucuknya dengan sayang.

Hening tanpa pembicaraan apapun, keduanya telah tertidur dengan nyenyak.

Lagi dan lagi, pintu kamar Chan terbuka, kali ini Minho pelakunya. Masuk mendekati keduanya tanpa menutup pintu, Minho menarik naik selimut hingga sebahu, mengecup bergantian kening Chan dan Felix. Kemudian kembali ke kamarnya setelah menutup pintu.

Kini langkah kaki Minho bergerak ke arah kamar Changbin, untuk mengecek adiknya itu sama seperti dia mengecek Chan dan Felix barusan. Kemudian bergantian pada kamar adik-adiknya yang lain

Minho akan bergerak dalam bayangan, merengkuh saudaranya dalam diam, dan yang akan mengantarkan ketujuhnya dalam kecupan mimpi indah bagai peri di tengah malam.

*

Changbin dan Hyunjin mengelus kening mereka yang berkeringat. Pagi ini adalah akhir pekan dan mereka tidak punya jadwal apapun. Lagian Changbin sudah tidak lagi mengurus kepanitiaan karena mahasiswa baru seperti Hyunjin sudah siap mengikuti kelas pertama mereka, dan itu tentu saja berlaku juga dengan Hyunjin. Ia tidak perlu bangun pagi untuk mengikuti segala tetek bengek ospek apalah itu.

Keduanya berada di ruang gym pribadi keluarga Bang. Yah, tentu saja, mansion sebesar ini tidak mungkin hanya berisi ruangan di sebuah rumah pada umumnya.

Mereka punya ruang gym, ruang bermain seperti game center—meski jarang mereka mainkan karena lebih memilih mengganggu satu sama lain, ruang musik milik Chan, Jisung, dan Seungmin, kemudian ruangan seperti studio foto milik Hyunjin, ruang menari milik Minho, arena boxing dan lainnya milik Jeongin, dan ruangan penuh koleksi milik Felix.

Nanti akan dibahas lebih detail lagi ruangan-ruangan tersebut. Karena fokus kali ini tidak tertuju pada ruangan.

Pukul 9 pagi, Changbin dan Hyunjin memutuskan berhenti berolahraga, keluar dari ruangan yang lembab sebab peluh keduanya.

Di ruang keluarga, Jisung dan Chan tengah mengobrol mengenai musik. Berdiskusi karena Jisung berniat merekam nyanyiannya dan mengunggahnya pada platform yang ia miliki.

"Mandi, jangan rebahan di situ. Bikin kotor!" Seungmin tahu-tahu muncul ketika Changbin dan Hyunjin rebahan di karpet, persis di bawah kaki Chan dan Jisung.

Fam✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang