09. Belanja Bulanan

2.6K 306 4
                                    

Mohon maaf kalau typo(s) gak aku cek lagi soalnya.

----

Minho lelah sekali sore itu. Adik-adiknya sebagian hampir semua sudah di rumah kecuali Jeongin yang memiliki jadwal ekskul. Tubuhnya rasanya mau rontok saking lelahnya.

Hari ini Minho punya banyak sekali koreografi yang perlu di perbaiki, rekan-rekan dancernya juga sudah berusaha keras untuk menambahkan poin penting dalam tariannya. Tapi, meski begitu koreografi yang mereka buat kali ini tidaklah mudah, ini dibuat untuk acara besar. Acara olahraga antar negara Asia dengan negara mereka sebagai tuan rumah.

Acaranya masih lama. Lama sekali. Lebih dari enam bulan lagi. Tapi koreografi ini harus dibuat dengan penuh kehati-hatian, mencampurkan tari tradisional dan modern untuk menarik minat lebih. Juga yang paling penting, Minho dan rekan-rekannya harus mengajar tarian ini nyaris pada seribu orang.

"Kak, di kulkas gak ada bahan makanan." Hyunjin yang segar sehabis mandi itu mendekati Minho yang kini seakan meleleh dari sofa dan rebahan di karpet.

"Kak Ino kenapa?" Felix merangkak mendekat, turun dari pangkuan Changbin dan menghampiri Minho.

"Kalian belanja bulanan ya, kakak capek banget. Bin, tolongin gue." Minho dengan lirih menggenggam ujung celana Changbin, tatapan memohonnya buat adiknya itu menghela nafas setuju.

"Bantuin kak Abin-nya ya, dek." Jisung dan Seungmin saling tatap, mereka malas membantu. Pasti disuruh-suruh ambil ini-itu dan Changbin akan duduk santai menunggu.

"Saya akan berikan permainan selama kalian berbelanja. Akan ada hadiahnya nanti. Bagaimana?" Ucapan produser itu buat Changbin, Hyunjin, Jisung, dan Seungmin mengangguk setuju. Bersemangat.

"Minho, bisa kamu beri daftar yang perlu di belanjakan?" Minho mengangguk, posisinya yang tengkurap dengan Felix duduk dibokongnya memijat punggung lelahnya itu.

"Akan saya beri lewat pesan teks." Produser mengangguk akan ucapan Minho, keempat saudaranya itu segera saja bersiap untuk pergi menuju supermarket yang biasa mereka datangi.

"Lixie gak ikut?" Minho kini terlentang, Felix duduk di perutnya dengan tangan mungilnya memijat bahu Minho dari depan.

Felix menggeleng, "Nemenin kak Ino aja."

Minho yang sesekali mengetik pada ponselnya itu melirik sang adik. Ekspresinya terlihat ingin ikut tapi tidak tega meninggalkannya sendirian.

"Kita ikut mereka, tapi gak ikut belanjanya. Kita duduk sambil nonton, gimana?" Tangan Minho yang mengusap pinggang sang adik penuh sayang itu, buat Felix yang diusap senang.

"Oke kakak!!"

"Ganti baju sana, terlebih celananya. Jangan celana pendek." Felix terkekeh geli saat tangan Minho mengusap pahanya yang tidak tertutupi celana saking pendeknya.

Berdiri dari perut kakaknya, Felix berlari kecil menuju kamar.

"Lucunya." Minho tersenyum lebar, memposisikan tubuhnya menjadi duduk bersandar pada kaki sofa.

"Produser Ha, sudah saya kirim daftar belanjanya."

*

Di sebuah kafe yang letaknya ada di dalam supermarket itu kini di sewa untuk kepentingan staff dan kenyamanan Minho dan Felix. Tidak sepenuhnya di sewa sih lebih ke bekerja sama dan tentunya memberikan keuntungan bagi pihak kafe. Para pelanggan masih bisa memesan, hanya saja tidak bisa menikmati di tempat dan hanya dibolehkan take away.

Produser Ha dengan pihak supermarket pun sudah bekerja sama demi kelancaran syuting. Kini tinggal memberitahu keempat pemuda itu saja bagaimana aturan mainnya.

Fam✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang