03 | asal bareng kakak

22 9 43
                                    

Kembali lagi dengan Kevan.
Vote dan komen mohon untuk ditinggalkan disini!
Terima kasih dan selamat membaca.

Ditengah teriknya matahari pada pukul 12 siang tak membuat Varo merasa lelah untuk terus mendorong vespa butut milik kakaknya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ditengah teriknya matahari pada pukul 12 siang tak membuat Varo merasa lelah untuk terus mendorong vespa butut milik kakaknya itu. Ya, sepulang dari makan di warung tadi vespa butut itu tak mau dinyalakan. Alhasil Kevan dan Varo harus berjalan menuntun vespa itu ke bengkel.

"Ro, kamu naik angkot sana! Kakak nggak apa-apa kok." Ujar Kevan yang tak tega melihat adiknya itu banjir keringat.

Varo bergeleng cepat. "Nggak mau, Varo nggak capek kok." Ujar anak itu masih nampak sangat bersemangat, padahal matahari tepat diatas ubun-ubun.

Kevan menghela nafas. "Maaf ya, jadi susah gini."

"Nggak masalah kok, walau susah asal sama kakak aku rapopo." Ucap Varo kemudian tergelak.

Sudah menuntun motor sekitar 15 menit, akhirnya mereka menemukan bengkel motor. Kevan langsung bergegas membawa motornya ke bengkel itu. Sambil menunggu motornya beres, Kevan dan Varo duduk di bawah pohon rindang yang ada di dekat bengkel sambil menikmati angin yang berhembus menerpa wajah berkeringat mereka.

Kevan memejamkan matanya kemudian menarik nafas panjang dan menghembuskan nya. Ia merasa sedikit lebih baik sekarang. Ia kembali membuka matanya dan mendapati Varo yang sudah terlelap di sampingnya dengan keringat yang masih mengucur di pelipisnya. Ia langsung mengelap keringat itu menggunakan lengan hodie nya, tak apa kotor yang penting Varo tak berkeringat lagi. Kevan mengamati wajah terlelap Varo yang nampak tenang dengan hembusan nafas yang teratur. Kevan mengusap kepala adiknya lagi, ia paling senang bila sudah mengusap kepala si bungsu. Kemudian ia sandarkan kepala Varo pada pundaknya dengan tangan yang tak berhenti mengusap.

Kemudian ia berkata dengan lirih. "Maaf, belum bisa jadi kakak yang baik buat kamu."

"Maaf, pasti kamu capek pasti kamu butuh pelukan mama kan?"

"Maaf ya, kakak nggak bisa ngasih pelukan sehangat itu."

"Maaf kalau kakak nggak bisa menggantikan sosok papa yang baik." Ujar nya lagi, kemudian mengecup rambut adiknya yang masih terlelap.

Dengan mata yang masih terpejam, Varo bersuara. "Kak, sosok mama sama papa itu nggak bisa tergantikan walaupun itu dengan kakak sekalipun."

"Tapi kak, Varo seneng kok karena kakak tetap jadi sosok kakak yang Varo sayangi dari dulu." Lanjutnya dengan mata yang masih terpejam menikmati usapan lembut di kepalanya.

"Cukup jadi kakak yang bisa jadi cerminan Varo dan bang Alden pun itu udah lebih dari cukup kok kak." Ujar Varo kemudian membuka matanya dan mendapati sang kakak yang meneteskan air mata tanpa bersuara.

Varo mengusap air mata itu perlahan. "Seharusnya yang nanya capek atau enggak itu aku ke kakak, karena kakak yang selalu berjuang buat kita sejak dua tahun lalu." Ujar nya lirih.

J U A N G : KSJ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang