Malam Minggu ini Kevan benar-benar sibuk karena di cafe tempatnya bekerja sangat ramai seperti biasa. Anak-anak muda, dengan pasangannya dan teman-temannya berkumpul bersama dengan tawa mereka yang memenuhi ruangan. Kevan yang melihat itu terkadang berpikir apakah dia pernah seperti itu? Apakah ia pernah menikmati masa-masa itu?
Ternyata setelah ia pikir-pikir, ia tak pernah menikmati masa-masa itu dulu. Saat teman-temannya melepas masa SMA dengan pergi party dan bersenang-senang, lain halnya dengan Kevan. Saat itu ia harus pontang-panting mencari kerja, saat ijazahnya juga belum keluar dan itu menjadi hal tersulitnya. Jadi tukang tambal ban, kerja ditempat cucian motor dan menjadi kuli panggul di pasar juga pernah ia rasakan. Bebannya saja berat ditambah ia harus memikul beban berat karung-karung beras setiap harinya, sampai-sampai berat badan Kevan turun drastis saat itu. Rasanya badannya hanya sisa tulang diselimuti kulit saja. Setelah ijazahnya keluar, beban berat itu sedikit berkurang karena ia bisa mencari pekerjaan yang lebih layak dari seorang kuli panggul.
Ah iya Kevan ingat, ia juga pernah menjadi kenek angkot dulu. Saat menjadi kenek ia sering merasa sedih saat melihat teman-teman sebayanya menaiki angkot untuk pergi kuliah. Waktu itu Kevan sering menangis di toilet umum setelah mendapati pertanyaan dari teman sekolahnya yang menaiki angkotnya.
"Lo Kevan yang dapet peringkat satu itu?"
"Kok nggak lanjut kuliah?"
"Lo Kevan anak IPA 3 itu kan? Kok malah jadi kenek?"
"Lo nggak kuliah Van? Kan lo pinter."
Sedih sekali kala itu, karena kuliah di jurusan yang diimpikan adalah mimpinya dulu. Tetapi mimpi itu pupus terenggut bersama kepergian orangtuanya. Tetapi sekarang Kevan sudah merasa, ah sudahlah semuanya sudah berlalu biarlah semua itu terkubur dalam lekang waktu.
Saat sedang asik mengamati anak-anak muda itu, ponsel Kevan berdering. Lamunannya buyar dan buru-buru ia mengangkat telpon itu.
"Halo, ini siapa ya?"
"Van, ini gue Bagus."
Kevan nampak berpikir sejenak, ia merasa tak punya teman bernama Bagus.
"Bagus siapa ya?"
"Ck, lu lupa sama gue? Agus."
"Ohh, Agus. Bilang dong kalo Bagus mana kenal gue." Kevan baru ingat kalau punya teman bernama Bagus alias si Agus.
"Yee dasar."
Kevan yang nampak bingung tiba-tiba di telpon lamgsung bertanya. "Ngapa Gus? Kok tiba-tiba nelpon."
"Gue ada kerjaan nih, lu mau ambil kagak?"
"Job apaan? Permanen apa cuma sehari?" tanya Kevan lagi.
"Sehari doang, bantu masang keramik."
Kevan nampak sedikit kaget. "Masang keramik sehari doang? Emang cukup?"
"Gue ambil tiga tukang, nah berhubung yang satu mundur gegara istrinya mau lahiran gue minta tolong elo kalo mau," ujar Agus panjang lebar, kemudian ia kembali berucap.

KAMU SEDANG MEMBACA
J U A N G : KSJ
FanficTentang dia, keringat dan derai yang tersembunyi dibalik tawa. Kevano Bagaskara, si cowok humoris yang sering menangis. ⚠️Cerita berdasarkan pemikiran sendiri. Ps : REVISI setelah end.