Alden sedang rebahan di sofa ruang tengah dengan kepala yang masih agak pusing. Hari ini hari Minggu, jadi kalau bukan keluyuran Alden akan rebahan seharian dirumah. Memang definisi beban keluarga yang sesungguhnya ya Alden itu. Tak pernah membantu abangnya Kevan beberes rumah yang ada malah bikin rusuh, tak seperti Varo yang sering membantu. "Adehh pusing bener ini kepala." Gumam nya sambil mengurut pelipisnya. Efek mabuk semalam membuatnya jadi keliyengan sekarang.
Tiba-tiba ada kolor yang melayang dan jatuh menimpa wajah Alden yang sedang asyik mengurut pelipis. Alden berdecak kesal. "Ck, apasih?" "Gue pusing nih, jangan ganggu!" Ujarnya lagi memperingatkan.
"Makanya jangan banyak gaya, nyium bau stela jeruk aja mabok ehh malah minum alkohol, teler-teler dah lu." Ujar Kevan, pelaku yang melempari Alden dengan kolornya yang robek."Kolor lo tuh jait, robek gede gitu abis ngapain lo?"
"Curiga gue." Tuduh Kevan.
Alden memutar bola mata malas. "Kolor kalo dipake ya bisa sobek kali, kalo gue pajang aja pasti masih bagus." Ujar Alden tak terima disalahkan.
"Lama-lama tu mulut yang gue jait." Cibir Kevan kesal dengan adik pertamanya ini.
"Gue nggak bisa jait bang, nanti bukan kolor yang kejait malah tangan gue yang berdarah." Alibi nya mendramatisir.
"Halah lebay, tawuran aja maju paling depan giliran ginian aja menye-menye."
"Beda server itu, kalo jahit gue nggak bisa."
Kevan mendengus kesal. "Lo mah kalo disuruh apa-apa nggak pernah bisa, kesel gue lama-lama."
Alden nampak risih kemudian menutupi telinganya dengan bantal sofa. "Dah ah bang, pusing ini rasanya pengen muntah aja gue." Keluh Alden lemah.
"Muntah tinggal muntah kali." Ujar Kevan pura-pura tak peduli dan meraih kolor yang dilemparnya tadi kemudian menjahitnya, percuma menyuruh Alden bukannya dikerjakan malah mendumel tak karuan.
Alden bangun dari posisi rebahannya. "Enaknya kalo gini di kopi-in," ujarnya sambil senyam-senyum, "langsung sembuh lah pasti." Lanjutnya dengan sumringah.
Kevan yang mendengar itu langsung melempar kolor yang sedang ia jahit kearah Alden. "Ngopi mulu, hemat duit nggak bisa ya?"
"Yaelah bang, anak cowok mah biasa kali ngopi mah."
"Gue nggak gitu tuh."
"Bullshit lo gede ah bang." Ujar Alden kemudian berjalan menuju ke kamarnya untuk ganti baju.
Kevan mengelus dada sabar. "Sabar, sabar, punya adek satu minta di gelutin mulu."
Varo yang baru selesai buang air besar bingung saat melihat Alden yang sudah berpakaian rapi. Ia langsung bertanya. "Mau kemana bang?"
"Biasalah, menikmati masa muda." Ujarnya sambil membenarkan jaket.
Varo hanya geleng-geleng melihat kelakuan abangnya yang tak pernah betah duduk diam dirumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
J U A N G : KSJ
FanfictionTentang dia, keringat dan derai yang tersembunyi dibalik tawa. Kevano Bagaskara, si cowok humoris yang sering menangis. ⚠️Cerita berdasarkan pemikiran sendiri. Ps : REVISI setelah end.