09 | tragedi

26 13 146
                                    

Part ini berisi flashback Kevan 2 tahun yang lalu. Walau penulisannya tidak miring, ini tetap part flashback Kevan.

 Walau penulisannya tidak miring, ini tetap part flashback Kevan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Agustus 2018.

Kevan yang baru saja menerima surat kelulusan dengan nilai yang memuaskan, ia langsung bergegas pulang kerumah dengan vespa kesayangannya. Ia tak sabar menerima pelukan hangat mama nya dan hadiah yang dijanjikan papa nya bila ia mendapat nilai yang bagus.

Sesampainya di depan rumah, Kevan langsung mematung di atas motor saat melihat banyak orang di rumahnya dan sebuah mobil ambulans. Kevan langsung turun dari motornya dan berlari membelah kerumunan. Saat hendak masuk rumah, ia di tahan oleh paman nya.

Paman Kevan memeluk Kevan dengan erat kemudian mengelus punggungnya menenangkan. "Van, yang sabar ya!" Ucapan paman nya itu membuat Kevan semakin panik dan kalut apalagi saat mendengar tangis keras Varo dari dalam rumah. Kevan langsung mendorong paman nya dan memasuki rumah. Ia langsung bergetar hebat dan menjatuhkan kertas kelulusannya saat melihat kedua orangtuanya terbaring kaku diatas tikar dan sudah tertutup kain. Ia melihat Varo yang menangis hebat disamping mama nya dan Alden yang nampak kacau tengah melamun di dekat papa nya. Kevan langsung merosot kebawah dan menangis sejadi-jadinya sambil memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.

"Kenapa nggak ada yang ngabarin Kevan?!" Teriaknya sangat kencang sarat akan kemarahan dan kesedihan.

Tantenya yang melihat Kevan sangat kalut langsung menghampirinya dan memeluknya dari belakang. "Kita udah telpon kamu berkali-kali tapi nggak aktif Van." Ujar tantenya lirih.

Mendengar itu Kevan langsung mengambil ponselnya dari dalam saku, ponselnya ia silent dan ada sekitar 20 panggilan tak terjawab. Kevan langsung membanting ponselnya kesembarang arah hingga pecah.

Ia menangis lagi dan memukul-mukul kepalanya. "Bodoh bodoh Kevan bodoh!!" Ia semakin brutal memukuli dirinya sendiri sambil terus menangis.

Tantenya mencoba menghentikannya dengan kewalahan. "Van istighfar Van, ikhlas Van ini udah takdir." Ujar tantenya ikut menangis.

Para tetangga yang melihat itupun ikut sedih saat melihat ketiga anak pak Bagaskara yang harus kehilangan kedua orangtuanya secara bersamaan. Alden yang nampak seperti boneka hidup yang hanya diam menatap lurus kedepan dengan sisa-sisa air matanya dan si bungsu Varo yang menangis sejadi-jadinya sambil memeluk kedua orangtuanya yang sudah terbaring kaku.

Kevan yang mulai tenang langsung menghampiri kedua orangtuanya dan bersimpuh dihadapan keduanya.

"Maa-mama, katanya mau peluk Kevan kalau dapat nilai tinggi mana janji mama?" Tanya Kevan dengan terbata.

"Ke-kev-kevan dapat nilai tinggi maa, mama nggak mau buka mata dan liat nilai kakak ma?" Tanya Kevan masih terisak kemudian mengusap pipi mamanya yang pucat dan sudah sedingin es.

Kemudian ia beralih ke papa nya dan menggoyangkan tangan papa nya yang sudah kaku. Ia memanggil papanya dengan suara yang bergetar. "Paa, mana janjinya mau kasih hadiah kakak pa?"

J U A N G : KSJ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang