Tentang dia, keringat dan derai yang tersembunyi dibalik tawa.
Kevano Bagaskara, si cowok humoris yang sering menangis.
⚠️Cerita berdasarkan pemikiran sendiri.
Ps : REVISI setelah end.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mbak Lilis selaku tetua yang ada di tempat laundry 'harum wangi' kini tengah mengemasi baju-baju yang sudah di setrika. Ia tak sendiri tapi dibantu dua orang pegawai lainnya termasuk Kevan. Mereka mengemas baju sambil sedikit berbincang hal-hal kecil.
Lonceng diatas pintu berbunyi, tandanya ada seseorang yang masuk kedalam tempat laundry ini. Semua atensi teralihkan pada seorang wanita yang baru saja masuk ke tempat laundry dan wanita itu nampak kesusahan membawa sekarung baju yang ia seret. Tanpa disuruh, Kevan berdiri dan membantu wanita itu.
Kevan menyeringit saat melihat wanita itu, seperti tidak asing pikirnya. Kemudian ingatan kejadian kemarin terlintas dipikirkannya. "Oh mbak klasik." Pekik Kevan sontak membuat wanita itu mendelik tak suka.
Sebelum wanita itu menyela Kevan, mbak Lilis lebih dulu menyelanya. "Sini mbak biar saya timbang dulu bajunya!"
Wanita itu langsung menyerahkan karung baju yang berat itu ke Mbak Lilis, tentunya dibantu oleh Kevan. Setelah dicek Mbak Lilis ternyata isi karung itu kebanyakan kebaya pengantin.
"Van, ini bajunya udah siap anter!" Ujar salah satu rekan kerjanya, Kevan langsung menghampirinya dan mengambil tas berisi baju-baju itu dan bergegas keluar. Dan wanita yang ditemui nya kemarin juga sudah menyelesaikan administrasi kemudian menyusul Kevan keluar laundry.
"Eh mas kita udah kenalan loh, kenapa nggak tau nama saya?" Ucap wanita itu yang sudah berdiri di sampingnya yang tengah menata tas di bagian depan motornya.
Kevan menghadap wanita itu dengan pandangan heran. "Kayaknya belum deh, saya belum kenalan perasaan."
Wanita itu berdecak kesal. "Ck, iya ya kemarin kurang elit kenalannya." Wanita itu kemudian menyodorkan tangannya.
Tak mau ambil pusing, Kevan membalas jabatan tangan itu sambil tersenyum.
"Saya Larasati Dyah Winerta, panggil aja Laras."
"Kenapa pake nama panjang?"
"Siapa tau butuh kan mas."
"Kata siapa?"
"Kata saya lah, gimana sih mas nya ini?" Ujar wanita itu nampak gemas dengan Kevan.
"Kevan." Ujar Kevan singkat padat dan jelas, kemudian melepas jabat tangan itu.
Laras mengangguk paham. "Emm mas Kevan jok belakangnya kosong kan?"
"Kenapa emang?"
Laras tersenyum. "Ehee mau nebeng dong."
Kevan agak kaget awalnya, kemudian menyahut. "Saya sibuk loh mbak."
Laras cemberut kesal karena Kevan tak menyebut namanya padahal mereka sudah berkenalan. "Ish, panggil Laras dong!"