Tirai merah beludru terbuka, sorot lampu panggung menyilaukan. Jantungku berpacu seperti kuda liar. Di balik tirai ini, ratusan mata menanti. Saatnya. Aku melangkah keluar, Sebastian sudah berdiri di sana, menungguku.
"Saat aku menatapmu, aku jatuh cinta, dan kamu tersenyum karena kamu mengetahuinya," ucapnya, suaranya dalam dan menghanyutkan.
"Romeo..." balasku, terhanyut dalam peran. Aku melangkah ke arahnya, tapi kakiku tersandung properti panggung yang tersembunyi.
BRUK!
Tubuhku terhempas ke lantai. Rasa sakit menyengat, tapi yang lebih menyakitkan adalah rasa malu yang membakar pipiku. Tawa penonton pecah, menggema di seluruh ruangan. Aku ingin menghilang, lenyap dari muka bumi.
Dum
Aku terbangun dengan keringat dingin, jantungku masih berpacu kencang. Mimpi buruk itu lagi. Aku menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri.
"Selalu Shakespeare," gerutuku, kesal dengan drama Romeo dan Juliet yang terus menghantuiku. Tapi kenapa Sebastian? Mimpi itu terasa begitu nyata, emosinya masih menempel di hatiku.
Malam itu, aku tak bisa berhenti memikirkan Sebastian. Aku membuka laptop, mengetik namanya di Google. Aku membaca biografinya, filmografinya, lalu tanpa sadar, aku mulai mencari tahu tentang wanita-wanita yang pernah singgah di hatinya. Seketika aku tersadar dan buru-buru menutup laptop.
"Ini tidak mungkin terjadi!" kataku pada diri sendiri. Tapi rasa penasaran menggerogotiku. Aku membuka kembali laptop, melanjutkan pencarian. Well, dia belum menikah dan sudah lama tidak memiliki pacar. Sebuah senyuman kecil tersungging di bibirku. Entah kenapa, informasi itu memberiku semangat.
Aku membuka Instagram, mencari akun Sebastian dan menekah tombol 'ikuti'. Sebelumnya, aku tak pernah tertarik mengikuti berita tentangnya. Tapi malam ini, semuanya berbeda.
Alarm ponselku berdering, membangunkanku dari tidur yang nyenyak. Aku meraih ponsel dengan mata setengah terbuka, tanpa sengaja membaca notifikasi di layar kunci.
@imsebastianstan started following you
Mataku langsung terbuka lebar. Rasa kantuk lenyap seketika, digantikan oleh senyum lebar yang tak bisa kutahan. Bagaimana mungkin? Kemungkinan Sebastian melihat profilku di antara jutaan notifikasi lainnya pasti sangat kecil. Tapi keajaiban itu terjadi.
Hari demi hari berlalu, dan akhirnya Sabtu tiba. Hari dimana aku akan bertemu Sebastian lagi. Aku bangun pagi-pagi, tak ingin mengulangi kesalahan minggu lalu. Aku harus tampil sempurna hari ini.
Aku tiba di kampus jauh sebelum kelas dimulai. Aku duduk di tempat biasa, membuka Instagram sambil menunggu yang lain datang. Notifikasi minggu lalu masih membuatku takjub. Bagaimana bisa Sebastian mengikutiku?
Tiba-tiba, seseorang masuk ke ruangan.
"Apa yang membuatmu tersenyum pagi sekali?"
Itu Sebastian Stan.
"Tidak ada... Pak," jawabku gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Knock Off (Sebastian Stan As Acting Coach X Reader)
Fanfiction[Y/N] seorang mahasiswi yang mengikuti komunitas teater drama berkesempatan untuk diajarkan langsung oleh Sebastian Stan.