Part 16: I Love You?

570 80 7
                                    

Hari demi hari sudah kujalani. Aku kuliah setiap hari Senin sampai Jumat dengan beberapa tugas untuk dikerjakan di rumah. Latihan setiap hari Rabu dan Sabtu. Dan aku lebih sering datang ke apartemen Sebastian. Kami lebih dekat daripada sebelumnya. Saat di apartemen Sebastian, terkadang kami berlatih drama, menonton film, bermain play station, atau bermain kartu yang kubawa dari rumahku. Kami juga beberapa kali pergi keluar untuk makan, menonton bioskop, atau hanya sekedar berbelanja. Latihan menjadi lebih intens dalam 3 minggu sebelum penampilan drama. Kami semua berlatih 4 kali dalam seminggu. Tidak terasa penampilan teater tinggal 2 hari lagi.

Aku, Sebastian, dan seluruh anggota teater mulai dari yang mendapat peran, peran cadangan, maupun tidak mendapat peran sama sekali sedang sibuk membuat properti. Kami sudah seminggu belakangan ini mengurus properti dan kostum.

"Jangan banyak bergerak" teriakku dari atas.

"Cepatlah. Sudah 10 menit lebih aku mengangkatmu" kata Sebastian dari bawah.

Yap. Aku duduk di pundak Sebastian untuk memasang properti yang agak tinggi. Sebastian menggendongku karena 2 tangga sedang digunakan oleh anggota lain memasang properti yang lebih sulit.

"Sebentar. Sedikit. Lagi" kataku. Aku fokus memasang paku payung dan selesai. "Sudah" kataku pada Sebastian.

Sebastian merendahkan badannya dan memegang tanganku agar aku bisa lompat untuk turun.

"Bagus, kan" kataku dengan bangga.

"Hm. Lumayan" jawab Sebastian sambil menganggukkan kepalanya. "Ambil tas-mu" bisik Sebastian.

"Kenapa?" tanyaku bingung.

"Cepat, ambil saja" bisiknya lagi.

Aku menuruti perintahnya. Aku mengambil tasku yang kuletakkan di atas kursi, lalu kembali ke Sebastian.

"Ikut aku" kata Sebastian menarik tanganku. Aku tidak dapat menahan tarikan Sebastian, atau aku bisa terjatuh.

"Mau kemana?" tanyaku sambil berjalan agak cepat mengikuti langkah Sebastian. Ia masih menggandeng tanganku.

"Bersenang-senang." Katanya dengan semangat.

"Tapi properti dan dekorasi belum selesai" kataku masih dengan langkah yang cepat.

"Biarkan saja yang lain mengurusi. Aku ingin bersenang-senang denganmu" katanya menarikku ke parkiran.

Aku masuk ke mobil Sebastian dan kami pergi dari sana. Aku tidak tahu kemana Sebastian akan membawaku pergi. Saat aku bertanya, ia enggan untuk menjawab dan hanya bilang "Lihat saja nanti". Aku agak tidak enak dengan teman-temanku yang lainnya di Teater. Tapi bagaimana lagi. Sudah setengah jam kami di perjalanan dan aku mulai bisa menebak kemana tujuan kami. Dan benar saja.

"Coney Island?" tanyaku sambil menoleh ke Sebastian.

Sebastian hanya tersenyum sambil menaikkan pundaknya. Ia membuka kaca jendela mobilnya untuk mengambil tiket parkir. Aku sudah lama sekali tidak pergi ke taman hiburan. Terakhir aku pergi ke taman hiburan bersama ibu dan ayahku kira-kira 10 tahun yang lalu. Jadi aku agak bernostalgia dengan ini. Dan di satu saat yang sama aku merindukan ayahku, tapi aku kecewa karena ia meninggalkan aku dan ibu terlalu cepat.

"Ada apa?" tanya Sebastian saat selesai parkir melihatku hanya terdiam.

"Terakhir aku kesini bersama ayahku 10 tahun lalu" kataku sambil tersenyum.

"Maaf, aku tidak tahu. Tapi ayolah, kita harus bersenang-senang" katanya.

Sebastian keluar dari mobil. Aku merapihkan rambutku pada cermin dan memakai lip tint sebentar. Sebastian membukakan pintu mobil untukku.

Knock Off (Sebastian Stan As Acting Coach X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang