Besok adalah hari dimana akan diadakan audisi untuk pentas Antigone. Aku sudah mempelajarinya setiap hari sepulang kuliah. Aku benar-benar percaya diri dengan acting-ku untuk memerankan Antigone.
"Aku rasa kamu akan mendapatkan karakter Antigone" kata Anna setelah melihat actingku saat latihan bersamanya.
"Aku harap. Apa kamu yakin tidak ingin mencoba karakter Antigone? Siapa tahu kamulah yang akan mendapatkannya" kataku heran mendapa ia memilih karakter lain.
"Ah, aku yakin actingmu lebih bagus dariku. Aku akan tetap memilih menjadi isteri Raja" kata Anna. "Lagi pula pasti Raja-nya kaya raya, kan?" lanjut Anna bercanda.
"Sekaya apapun Raja itu, kamu hanya beracting" jawabku sambil tertawa.
"Siapa tahu karakter ini menjadi nyata" kata Anna sambil menaikkan alis. Kami pun tertawa sedikit.
"Uh, mau berlatih di ruang teater? Aku ingin merasakan gema suaraku dan acting lebih nyata" saranku kepada Anna karena kelas kami sudah selesai.
"Ide bagus" kata Anna.
Aku dan Anna segera pergi ke gedung dimana ruangan teater berada. Kami masuk ke ruangan dan menyalakan satu lampu sorot. Cahaya hanya menerangi satu bagian panggung, sisi-sisi lain dan area kursi penonton tampak gelap, hanya terlihat remang-remang sedikit. Cahaya yang menyorot ini membuat acting lebih dramatisir. Aku dan Anna berlatih dengan sedikit bercanda. Setelah 15 menit kami berlatih, Sebastian menghubungiku.
"Maaf aku belum sempat melatih actingmu lagi semenjak hari Senin. Bagaimana naskahmu? Sudah kamu kuasai?" tanya Sebastian lewat telepon.
"Tidak apa, Sebastian. Aku sudah berlatih bersama Anna. Dan sekarang pun aku juga sedang berlatih di teater bersama Anna." Kataku menjawab Sebastian.
"Mau aku datang untuk.. um.. sekedar melihat atau mungkin memberi beberapa saran?" tanya Sebastian.
"Uh.. Boleh, dengan senang hati" kataku yang sudah merindukan Sebastian.
"Oke, tunggu aku. Aku segera kesana" kata Sebastian. Kemudian Sebastian mematikan telepon.
"Sebastian akan kesini" kataku kegirangan kepada Anna.
"Pasti aku akan menjadi nyamuk" kata Anna sambil tertawa
"Dia hanya akan mengajarkan kita" kataku sedikit memukul pundak Anna sambil tertawa.
Aku dan Anna mengambil waktu untuk istirahat sambil menunggu Sebastian datang. Kami keluar ruangan untuk membeli minuman soda dari vending machine. Kami mengobrol sebentar di luar sambil memberikan kalimat lelucon tentang siapapun yang lewat.
"Kamu lihat pria culun disana? Kau terlihat seperti itu di semester satu" kata Anna sambil menunjuk seorang mahasiswa berkaca mata yang memegang buku.
"Dia imut" jawabku berusaha melihatnya dari sudut yang positif.
"Sejak kapan [Y/N] menjadi malaikat seperti ini?" Anna tertawa sambil melihat ke arahku. "Oh, sejak Sebas—" belum selesai Anna menyelesaikan kalimatnya, aku langsung memukul tangan Anna dengan panik karena aku melihat Sebastian berjalan ke arah kami.
"Sshhh, dia datang" bisikku sambil berpura-pura cuek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Knock Off (Sebastian Stan As Acting Coach X Reader)
Fanfic[Y/N] seorang mahasiswi yang mengikuti komunitas teater drama berkesempatan untuk diajarkan langsung oleh Sebastian Stan.