"[Y/N]! Bangun! Semalam kamu minta dibangunkan jam tujuh" kata ibuku sambil mengetuk pintu.
"Aku sudah bangun, bu!" sahutku sambil asik menggambar.
Ibuku tidak menjawab, akupun lanjut menggambar Sebastian. Aku sudah menggambar selama 2 jam, tapi aku baru setengah proses. Aku memutuskan untuk menyudahi dahulu dan melanjutkan nanti saja. Aku pergi bersiap-siap untuk kuliah hari ini.
Hari kuliah berjalan lancar, aku hanya ada dua kelas hari ini.
Saat pulang kuliah, aku pulang sendiri. Sudah beberapa hari ini aku mau menghadapi rasa traumaku terhadap pelecehan yang pernah kualami saat di bis. Aku sangat bersemangat untuk pulang, aku sudah tidak sabar untuk menggambar lagi.
Sesampainya di rumah, aku beberes sebentar dan langsung kembali menggambar. 3 jam tak terasa, dan aku menyelesaikan gambarku. Aku sedikit merapihkan gambar dan memasukannya ke bingkai yang sudah aku beli kemarin.
Aku mem-foto gambarku dari ponselku dan mengirimkannya kepada Anna.
[Y/N]
Bagaimana menurutmu?
Anna
AMAZING! Kau harus berikan kepada Sebastian!!!
[Y/N]
Aku takut ia ill-feel kepadaku
Anna
TIDAK MUNGKIN! Aku saja yang membencimu akan sangat menerima jika di gambar seperti itu :P
[Y/N]
Ia saja tidak menghubungiku berhari-hari
Anna
Ya mungkin giliranmu yang menghubunginya
[Y/N]
Kau gila?
Anna
Dari pada menyesal tidak mencoba
Aku mencoba memberanikan diriku untuk menghubungi Sebastian. Haruskah aku chat atau aku telepon? Tapi aku tidak tahu apa yang harus aku bahas. Apa aku sebaiknya ke apartemennya langsung? Aku benar-benar butuh saran dari seseorang yang berpengalaman. Ibuku.
Aku turun ke bawah menemui ibuku yang sedang bermain ponsel. Aku duduk di sampingnya, menatapnya sehingga ia sadar kalau aku ingin sesuatu.
"Ada apa?" kata ibuku mengunci layar ponselnya.
"Jika ibu..... menyukai seseorang..... dan ia sudah lama tidak menghubungi.... Um...." kataku bingung bagaimana cara mengatakannya.
"Datangi saja" kata ibuku karena tidak sabar menungguku berbicara.
"Aku kirim pesan atau telepon dahulu?" kataku.
"Dulu ibu tidak ada ponsel. Ibu langsung menemuinya. Dia akan melihat kamu memiliki niat" jawab ibuku. Aku mengangguk.
"Memang laki-laki mana yang berani untuk meninggalkanmu. Ayo cerita, sudah lama kamu tidak bercerita apa pun" kata Ibuku.
"Aku takut ibu marah" kataku dengan mudah. Aku sebenarnya sangat ingin menceritakan tentang Sebastian.
"Hey, aku merasa tersindir. Bukankah ibu tidak pernah judge kamu?" kata Ibuku mengerutkan dahinya.
"Dia 16 tahun lebih tua dariku. Dan dia seorang aktor." Jawabku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Knock Off (Sebastian Stan As Acting Coach X Reader)
Fiksi Penggemar[Y/N] seorang mahasiswi yang mengikuti komunitas teater drama berkesempatan untuk diajarkan langsung oleh Sebastian Stan.