Part 6: Not Really A Bad Day

515 81 0
                                    

Sara

Pengumuman, hari Sabtu ini akan ada audisi drama untuk acara Anniversarry kampus tanggal 31 Oktober 2020. Drama berjudul Antigone adaptasi dari karya milik Sophokles. Dibuka 9 tokoh peran dan 6 tokoh paduan suara.

Naskah untuk dipelajari ada di file ini:

*document*

Notifikasi pesan grup dari Sara membangunkanku. Aku langsung teringat dengan drama yang kemarin aku pelajari. Tapi tidak seharusnya aku memikirkan itu dahulu, aku ada presentasi hari ini. Aku segera bersiap-siap untuk berangkat kuliah. Seperti biasa aku naik bis dari Halte. Baru beberapa menit aku di bis, bis itu tiba-tiba berhenti mendadak. Seluruh penumpang sedikit panik. Supir bis pun keluar untuk mengecek keadaan. Dan tidak lama kemudian supir bis itu masuk kembali untuk memberi tahu kalau ban dari bis ini kempes dan perlu diperbaiki. Cukup menaikkan emosi-ku, apa lagi setelah mendengar keributan dari pria yang mengomel karena kejadian ini. Kami semua pun keluar dari bis untuk menunggu bis selanjutnya. Tidak terlalu lama, bis selanjutnya datang dan kami semua menaiki bis tersebut. Dengan ditambahnya jumlah penumpang dari bis-ku sebelumnya, keadaan di dalam bis cukup membuatku kesal. Bis dipenuhi penumpang dan aku tidak mendapatkan tempat duduk. Aku tidak terlalu masalah untuk berdiri, lagi pula aku masih muda.

Aku merasakan ada yang memegang pahaku, aku panik dan tidak dapat berkutik. Aku melihat perlahan ke arah bawah dan mendapati sebuah tangan besar sedang mengelus pahaku. Aku langsung berteriak dan itu membuat seluruh penumpang bis melihat ke arahku.

"Jangan sentuh aku!" ucapku dengan nada ketakutan.

"Ada apa?" kata seorang wanita yang terlihat seumuran dengan ibu-ku dengan nada khawatir.

"Pria ini memegang paha-ku." Jawabku sambil menjauh sedikit dari pria tersebut.

"Ti-tidak! Mengapa kamu menuduhku? Aneh" Kata pria itu membela dirinya.

"Aku percaya kepada gadis ini. Aku minta kamu turun dari bis segera!" kata wanita ini membelaku.

"Tidak! Aku tidak menyentuhnya sama sekali! Dia saja yang keluar!" kata pria sialan itu dengan lantang.

Orang lainnya disana hanya memperhatikan kami bertiga. Tidak ada yang mencampuri urusan kami. Parahnya lagi, hanya wanita ini yang membelaku. Sampai seorang kondektur datang menghampiri kami dan bertanya apa yang terjadi. Wanita ini menjelaskan karena aku sudah tidak dapat berkutik, aku begitu ketakutan.

"Pak, maaf sebaiknya anda keluar." Perintah kondektur bis itu kepada pria yang melecehkanku. Bis pun berhenti menunggu pria itu keluar.

"Dia sudah menuduhku! Aku bilang, aku tidak menyentuhnya!" Pria itu masih saja berbohong.

"B-biar aku s-saja yang turun.." kataku sambil meneteskan air mata.

Aku mendengar suara sedikit ribut karena membuat bis ini berhenti terlalu lama. Aku pun mengambil jalanku keluar, dan ternyata wanita yang tadi membelaku mengikutiku.

"Akan aku laporkan ke perusahaan bis ini!" ancam wanita itu kepada kondektur yang tidak tegas kepada pria yang melecehkanku.

Aku dan wanita itu keluar. Aku masih ketakutan sambil menangis pelan. Wanita itu mengajakku duduk di kursi pinggir jalan. Ia memberikan-ku sebotol air minum dari tas-nya.

"Aku tahu hal ini dapat membuatmu trauma, tapi kamu harus menenangkan dirimu dulu." Kata wanita itu sambil merangkulku. "Minum ini"

Aku mengangguk dan mengambil botol minum itu perlahan. Aku harap aku bisa tenang setelah minum sedikit. Aku mengatur napasku perlahan untuk menenangkan diri.

Knock Off (Sebastian Stan As Acting Coach X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang